"Sambalnya lagi?" bujuknya kembali.
"Udah, udah," tolaknya lagi.
......
Jauh sebelum makan malam itu, sesuatu telah mengusik diri sang suami. Berawal dari facebook, media sosial yang populer pada medio tahun 2000-an. Sang istri adalah facebooker sejati. Ia aktif dan rajin dalam mem-posting aktivitasnya. Awalnya tidak ada yang dirasa aneh dengan posting-an yang dimuatnya.
Suatu hari secara tidak terduga, sang suami yang sedang makan di sebuah restoran mendapati sang istri datang bersama seorang pria ke restoran yang sama. Mengetahui hal tersebut, sang suami yang terkejut bergegas kabur dengan harapan sang istri tidak melihatnya. Berusaha menyangkal kecurigaannya, ia tidak ingin gegabah dalam menarik kesimpulan dari peristiwa yang ia saksikan langsung itu. Â
Setelah diingat-ingat, wajah pria di restoran itu tampak tak asing baginya. Insting membimbingnya untuk mengecek facebook sang istri. Benar saja pria itu pernah muncul bersama sang istri di beberapa kali posting-an. Belakangan diketahui si pria adalah teman kuliahnya sang istri dulu sewaktu S1.
Masih tidak percaya jika sang istri berbuat seperti itu, ia pun berharap kecurigaan itu tidak benar. Namun apa yang ia temukan kemudian tidaklah menggugurkan kecurigaan itu malah justru sebaliknya. Suatu ketika ia secara tidak sengaja mendengar pembicaraan sang istri dengan seseorang di telepon tanpa sepengetahuan sang istri. Betapa mengejutkan karena isi obrolan itu seperti layaknya sepasang kekasih.
Mengetahui jika perselingkuhan itu tidak diragukan lagi, sang suami shock berat. Bagaimana tidak? Selama ini sang istri adalah sosok yang ideal baginya terlepas dari ketidaksuburannya secara medis. Ia betul-betul tidak menyangka sang istri berselingkuh. Ia benar-benar tidak habis pikir betapa teganya sang istri berkhianat. Betapa kejinya sang istri telah menyeleweng dan merusak janji suci sehidup semati yang diikrarkan di saat awal pernikahan.
Bukti sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan segalanya. Sungguh berat menerima kenyataan jika rumah tangganya rusak gara-gara orang ketiga. Bak dihantam badai dahsyat, hidupnya hancur berantakan. Sempat dilanda stres berat beberapa waktu namun ia teringat pesan almarhum ayahnya.
Saat musibah datang, tak ada yang dapat kita lakukan selain berbesar hati dan merelakan apa yang telah terjadi sesulit dan seberat apapun. Lalu segera bangkit kembali untuk melanjutkan kehidupan yang terus berjalan. Pesan yang pernah mendiang Papa sampaikan saat ia masih SMA itu masih begitu membekas dalam dirinya.
Di suatu hari yang sudah direncanakan, ia pergi dari rumah dan tinggalkan sang istri tanpa pesan. Tidak ada pilihan lain baginya. Keputusan itu tidak terhindarkan. Namun perceraian bukanlah jalan yang ia tempuh. Keputusan berpisah itu diambil semata-mata agar tidak menyakiti perasaan Mama. Secara legal formal status keduanya masih sebagai pasangan suami istri yang sah tapi faktanya sudah pisah.