Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anonim 4/4 (Selesai)

14 Mei 2022   10:01 Diperbarui: 14 Mei 2022   10:34 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir di setiap kampanye yang diikuti sang caleg, tampak selalu dihadiri si wanita. Begitu pun ketika sang caleg dilantik menjadi anggota DPR, si wanita dengan setia menyertainya. Merasakan arti pentingnya kehadiran satu sama lain, keduanya mantap akan segera meresmikan hubungan mereka pasca pelantikan tersebut.

.........

Hari itu hari yang bersejarah bagi kedua mempelai. Setelah pagi akad nikah dapat terselenggara dengan baik, malamnya dilanjutkan dengan resepsi pernikahan di sebuah ballroom hotel. Keduanya tampak bahagia duduk bersanding di pelaminan. Dengan penuh suka cita, kedua pengantin menyambut dan menerima ribuan tamu undangan yang datang untuk mengucapkan selamat atas pernikahan tersebut.
 
Hampir dua tahun mereka menjalin hubungan sebelum pernikahan itu terlaksana. Perihal rencana berumah tangga itu telah disampaikan ke Mama tak lama setelah sang anak dilantik. Sudah mengenal baik calon pasangan anaknya, Mama menyambut gembira rencana itu. Ia bahagia sang anak kini sudah mapan pekerjaannya ditambah punya karir politik dan semakin lengkap kebahagiaan itu dengan rencana untuk menikah.

Sesekali Mama mengusap matamya karena terharu selama berlangsungnya prosesi akad maupun resepsi pernikahan sang anak. Di momen spesial, langka, dan berharga itu, ia terkenang mendiang sang suami yang perwaliannya diwakilkan kepada adik iparnya atau paman si pengantin pria.

Hatinya sedih mengingat Papa sudah tidak bersama mereka lagi dan menyaksikan kebahagian di hari itu. Sulit bagi Mama untuk tidak terbawa hanyut perasaannya di momen sakral dan syarat makna itu. Namun ia berusaha agar tetap kuat dan tegar. Sang anaklah yang menjadi motivasi utama dalam hidupnya sejak kepergian sang suami untuk selamanya.

........

Partai politik yang ia masuki untuk menyebarkan ide dan aspirasi yang ia bawa, nyatanya tidak seperti yang diharapkan. Parpol telah tereduksi dan dijadikan alat perpanjangan tangan kekuasaan untuk berkuasa dan menjadi penguasa. Parpol tidaklah berjuang demi rakyat melainkan mengatasnamakan rakyat demi kepentingan kelompok atau golongannya.

Bak jebakan yang sudah disiapkan, parpol menjerat orang-orang seperti dirinya untuk bergabung kemudian terpaksa terikat dengan seperangkat aturan main yang telah ditentukan. Setelah bergabung, kantong mereka akan terkuras habis dengan berbagai macam cara dengan dalih untuk memajukan dan membesarkan partai. Parpol dianggap telah berjasa mengantarkan mereka masuk ke parlemen sehingga sudah semestinya para anggota berbakti dan berkontribusi pada partai.

Bak dua sisi dari sebuah koin, parpol dan politisi tidak terpisahkan satu sama lain. Keduanya saling tergantung, terkait, dan terikat. Politisi memerlukan parpol sebagai sarana agar bisa masuk ke parlemen. Sebaliknya, parpol hanya bisa eksis dengan bantuan dan dukungan baik bersifat materi maupun non materi dari para politisi.

Pada titik itu, parpol tak ubahnya seperti perusahaan. Suaranya sangat dipengaruhi oleh para politisi yang notabene pemilik saham di perusahaan itu. Kebijakannya rentan terhadap perubahan akibat dari hegemoni elit tertentu yang memiliki power dan kontrol atas resources yang dimiliki partai.

Pada gilirannya, kondisi itu akan berdampak buruk pada kebebasan berpendapat para anggota partai yang memiliki komitmen dan integritas pada tujuan perjuangan. Friksi dan polarisasi yang tidak sehat memicu suasana internal partai menjadi tidak kondusif. Parpol sudah tidak lagi berada di jalur yang semestinya. Alih-alih muncul sosok pemimpin ideal di masa depan, yang terjadi malah sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun