Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anonim 4/4 (Selesai)

14 Mei 2022   10:01 Diperbarui: 14 Mei 2022   10:34 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menimbang, akhirnya sebuah keputusan kompromis yang dapat mengakomodir baik kepentingan dirinya maupun kepentingan Mama, diputuskan. Ia akan memenuhi permintaan itu namun dengan satu syarat. Sebelum resmi bergabung ia minta diberi waktu terlebih dahulu untuk menyiapkan diri. Tujuannya agar ia benar-benar siap pada saat nanti dirinya bergabung.

.......

Panggilan berpolitik begitu menggebu dalam dirinya. Sebuah kenangan di masa kecil yang tidak pernah hilang dari benaknya, perlahan tapi pasti menjelma menjadi sebuah obsesi yang masih terus terawat hingga dirinya dewasa. Kini sang waktu seakan menuntut dirinya untuk membuktikan idealisme itu bukan lagi hanya sebatas teori atau mimpi belaka namun dalam tataran empiris dan realita.

Seiring bergulirnya Orde Reformasi, semangat untuk mewujudkan perubahan kian bergelora. Cita-cita Indonesia yang lebih maju, adil, makmur, dan sejahtera bukan sesuatu yang utopis. Banyak negara di dunia telah berhasil mewujudkan hal tersebut.

Dengan potensi yang dimiliki, Indonesia juga semestinya bisa melakukan hal yang sama.  Berangkat dari pemikiran itu, tanpa ragu ia memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Pengalaman dan pergaulannya selama jadi aktivis, mendorongnya untuk bergabung dengan partai politik yang sesuai dengan platform perjuangannya. Baginya, parpol merupakan instrumen efektif dalam sistem demokrasi untuk menyalurkan aspirasi atau agenda tertentu yang hendak diperjuangkan.

Menurutnya, tidak ada cara lain bahwa perubahan harus dimulai dari level teratas yakni pemimpin. Karakter dan kualitasl pemimpin adalah kunci keberhasilan dari perubahan yang dilakukan. Indonesia perlu pemimpin yang berjiwa negarawan, mengutamakan kepentingan rakyat, amanah, bermotivasi, berdedikasi, dan bermoral luhur lainnya. Pemimpin yang "tercerahkan" inilah yang akan mampu membawa Indonesia terpandang dan terhormat di mata dunia internasional.

Melalui mekanisme parpol, pemimpin ideal itu semestinya dapat muncul ke permukaan. Dalam praktiknya parpol bisa menjadi semacam agen pencari bakat yang mampu memantau atau mengendus calon-calon pemimpin potensial di masa depan. Dengan cara itu, ia yakin dan optimis jika pemimpin yang diidamkan itu akan ditemukan. Hal inilah yang ingin ia buktikan ketika memutuskan untuk masuk ke kancah politik.

......

Setelah benar-benar siap, ia akhirnya bergabung di perusahaan milik sang kakek. Keputusan itu disambut baik Mama. Tak butuh waktu yang lama, ia langsung dapat beradaptasi dengan suasana kerja di perusahaan itu. Kendati sudah tidak aktif lagi, sang kakek masih berada di dalam jabatan struktural. Saran dan pendapatnya masih dijadikan bahan pertimbangan terkait keputusan penting dan strategis di perusahaan. Kini kendali perusahaan dipegang oleh generasi kedua yaitu adiknya Mama.

Dengan posisi, fasilitas, dan income yang diperoleh dari pekerjaannya, hidupnya terjamin sudah. Mama senang melihat anaknya terlihat nyaman dan betah di perusahaan milik keluarga itu. Mama sendiri berangsur pulih kondisi mentalnya sejak  kepergian sang suami dan mulai menata kembali hidupnya yang sempat tak menentu.

Perihal aktivitas politik itu, telah disampaikannya ke Mama. Ia tidak keberatan jika sang anak punya kegiatan lain diluar pekerjaannya asalkan mampu me-manage-nya dengan baik. Namun Mama mengingatkannya jika prioritas utama haruslah tetap pekerjaan. Meski begitu, tersirat kesan kekurangsetujuan Mama atas niat anaknya itu. Mama mewanti-wantinya agar berhati-hati dalam setiap gerak dan langkah yang diambil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun