Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anonim 4/4 (Selesai)

14 Mei 2022   10:01 Diperbarui: 14 Mei 2022   10:34 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mama mendekap anak semata wayangnya itu dengan sesenggukan sambil berkata, "Maafkan Mama, Nak. Mama belum bisa menjadi ibu yang baik bagimu. Bahkan setelah Papa pergi, Mama gagal menggantikan beliau. Mama kerap abai padamu. Mama terlalu sibuk memikirkan diri sendiri. Mama sungguh menyesal. Maafkanlah Mama. Mama akan selalu bersamamu. Apapun yang terjadi."

.......

Sambil menahan sakit kepala yang sesekali muncul lalu hilang, ia mengenang kembali hari-harinya yang telah berlalu. Betapa singkat hidup ini. Sekolah, kuliah, bekerja, menikah bahkan bermusik dan berpolitik sempat ia geluti. Pernah berada di puncak kejayaan, semua hal telah berhasil ia raih. Namun hidup tidak selalu berjalan mulus dan sesuai dengan harapan. Tak ada yang abadi. Dunia hanya sementara.

Dalam doanya ia bermunajat kepada Sang Pencipta, "Tuhanku, jika waktuku telah tiba, tak ada yang lagi ku sesali. Engkau telah berikan aku begitu banyak kenikmatan. Aku bahagia semua jalan telah ku lalui. Aku bersyukur atas segala nikmat yang ku peroleh. Namun, ku akui aku hamba-Mu yang lemah dan lalai. Untuk itu, ampunilah segala dosa dan kesalahanku. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pemberi ampunan. Terimalah amal ibadahku yang tidak seberapa ini. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pemberi balasan. Perkenankanlah doa hamba ini. Aamiin."

.......

Beberapa hari terakhir kondisinya menurun drastis sehingga ia terpaksa harus istirahat total dari seluruh aktivitas dan pekerjaannya. Selama masa itu ia dirawat seorang perawat yang dipilihkan Mama untuk mengurusnya selama menjalani perawatan di rumah.

Suatu ketika saat pria itu sedang merebahkan diri di pembaringan, ia berkata pada si perawat yang telah merawatnya dengan sabar dan telaten.

"Terima kasih telah merawatku selama ini. Dan juga telah mau mendengarkan celotehanku. Aku berutang budi banyak padamu. Semoga kelak aku bisa membalas kebaikanmu," ujarnya.

Suatu hari pria itu memberikan sesuatu ke si perawat sambil berkata, "Terimalah ini. Walaupun tidak berharga, aku sangat senang jika kau mau menerimanya."

Buku agenda itu adalah sebuah diary yang berisi kenangan dan pengalaman hidupnya semasa kecil dan remaja. Selain diary, si perawat pernah dihadiahi sebuah hp di masa awal tugasnya dengan maksud untuk memudahkan komunikasi selama perawatan. Si pria juga pernah memberikan sejumlah pakaiannya untuk suami si perawat dan berharap ukurannya sesuai.

Selang beberapa hari, si perawat yang biasa datang setiap pagi, mendapati sang pasien sudah tidak bernyawa lagi. Pria itu meninggal dalam tidurnya menurut pemeriksaan yang dilakukan dokter. Ia wafat dalam kesendirian dan kesepian. Di sampingnya tergeletak sebuah buku berjudul "Sweet Death" yang biasa dibacanya akhir-akhir ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun