Hari menjemput bulan, bulan menjemput tahun. Selena asyik belajar di ABTT. Banyak pengetahuan dan keterampilan bertarung didapatkannya. Dia selalu rangking kedua di bawah Tazk, cucu bekas panglima Pasukan Bayangan. Kemampuan perempuan keriting itu dalam ilmu mengintai pun semakin mantap.
Untuk mata kuliah Malam dan Misterinya—kelak di tingkat lanjut Siang dan Keramaiannya--, Selena memang murid satu-satunya. Banyak yang ingin mengikuti mata kuliah ini, namun hanya perempuan keriting itu yang berhasil menemukan lokasi kuliahnya. Tere Liye? Mungkin malah tersesat menemui Bibi Gill, dosennya.
“Kamu mahasiswa kedua yang berhasil tiba di sini pada malam pertama. Beberapa ratus tahun lalu juga ada anak muda, laki-laki, yang berhasil tiba di sini dalam waktu satu jam,” ucap Bibi Gill ke Selena (Novel Selena, hlm. 152)
Anak muda laki-laki? Eit, jangan-jangan Tere Liye murid laki-laki itu.
Namun, urusan Selena tak sekadar belajar. Dia harus menuntaskan misi Tamus. Tugas pertama mencuri perkamen tua terbuat dari kulit hewan berkelir perak. Tempat perkamen itu bukan main-main: Bagian Terlarang Perpustakaan Sentral Kota Tishri! Bagian perpustakaan dengan pengamanan tingkat tinggi dan pintu berlapis. Berhasilkah?
Seru! Pekerjaan mencuri perkamen tua tambah mengasyikkan dengan Selena yang sok ingin tahu. Setelah bersusah payah menembus Bagian Terlarang perpustakaan itu, Selena memang melihat perkamen tua. Namun, dia tak berhasil mencurinya. Perempuan keriting itu gagal membawa perkamen keluar dari perpustakaan.
Dasar Selena! Dia tak habis akal. Dengan potensi mata tajam dan ingatan kuat, perempuan keriting itu merekam setiap tulisan dan gambar dalam perkamen. Detail. Ini sih tak mengejutkan. Itu memang kekuatan aslinya, pengintai.
Selesaikah? Yang terlihat dalam perkamen bukan bahasa umumnya. Harus diterjemahkan. Panjang ceritanya. Baca novelnya deh.
Singkat cerita, begini terjemahannya:
Wahai, aku akan pergi sendiri
Ke tempat yang tak pernah dikunjungi