Mohon tunggu...
HENDRA SUGIANTORO
HENDRA SUGIANTORO Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pena Profetik

MENGALIR BUKAN AIR: Percikan Spirit Hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

RESENSI: Perempuan Keriting Klan Bulan

30 Mei 2020   08:41 Diperbarui: 30 Mei 2020   10:13 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            “Kamu memiliki mata yang tajam, Selena. Jangan berkecil hati jika teman-temanmu mengolokmu,” kata Ayah.

            “Itulah kelebihanmu, Selena. Kamu memang tidak pandai menghilang atau menguasai teknik Klan Bulan lainnya, tapi matamu setajam elang Pegunungan Berkabut. Ingatanmu sekuat gurat air di sungai-sungai jauh,” kata Ibu (Novel Selena, hlm. 8-9).

Menjelang 15 tahun, Selena harus menjadi yatim piatu. Ayahnya meninggal saat dia berusia 14 tahun. Ibunya menyusul kemudian. Ada wasiat dari ibunya agar Selena hendaknya pergi ke Kota Tishri menemui Paman Raf. Pamannya itu akan merawat dan membesarkannya. Wasiat ibunya dalam sepucuk surat ini ternyata ampuh bukan main! Wasiat sebagai titik awal perubahan hidup Selena!

Tanpa wasiat itu, Selena tak mungkin bisa mengoptimalkan kekuatan besarnya. Pun, takkan bersua Raib, Seli, dan Ali yang membuat petualangan dunia paralel kian memikat. Tere Liye pun harus berterimakasih kepada Selena. Coba bayangkan jika Selena tak patuhi wasiat ibunya. Tere Liye bisa-bisa tak menyusun novel Bumi dan kelanjutannya itu :)

Memang, sungguh ajaib! Wasiat ibunya membuat Selena tak hanya memiliki ketajaman penglihatan dan ingatan super kuat, sehingga bisa menjelma sebagai pengintai handal. Tetapi, dia juga bisa menyempurnakan teknik Klan Bulan.

Namun, sebelum semua itu terjadi, kita saksikan keluguan, kenaifan, kegigihan, ketabahan, bahkan keusilan Selena di Kota Tishri terlebih dahulu.

Sesampai di rumah Paman Raf, Selena disambut hangat Bibi Leh. Tiba di kota itu, Selena takjub tak terkira melihat kemegahan dan kemajuan teknologinya. Yang mengagetkan, Selena diwajibkan bekerja oleh Paman Raf. Bibi Leh yang seolah mendapatkan anak perempuan tak kepalang kagetnya. Buat apa boleh, apa boleh buat, Bibi Leh tak bisa mencegah kebijakan suaminya. Itu juga kebijakan Paman Raf terhadap kelima anak laki-lakinya. Semua butuh makan, biaya hidup mahal, semua harus bekerja keras!

Yups, Selena dijadikan pekerja profesional di proyek konstruksi kereta bawah tanah. Selena bekerja dengan gaji pantas. Setiap bulan gajinya 9.000 Kredit, mata uang Klan Bulan.

Bukan main-main tempat kerja Selena ini. Ada empat titik bawah tanah yang dikerjakan. Salah satunya bermasalah karena terhambat zona gas dan minyak serta kerasnya bebatuan (Novel Selena, hlm. 24). Selena ditempatkan di “salah satunya” itu.

Yang terjadi, sungguh dahsyat! Pekerjaan konstruksi rel kereta api itu mampu merubah Selena memandang diri dan kehidupan. Dalam pekerjaan inilah, Selena mampu mendayagunakan kekuatan “mata tajam”. Potensi terpendam Selena muncul. Selena pun perlahan piawai Matematika. Dulu di kebun jagung, Selena mana sempat memikirkan sekolah. Tapi, sungguh dahsyat! Perempuan berambut keriting ini jadi hobi membaca. Bahkan, dia berani bercita-cita sekolah di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi (ABTT). Ini bukan sembarang sekolah yang gurunya hanya Pak Bin. Bukan. Itu sekolah terbaik Klan Bulan. Hanya khusus anak-anak jempolan. Dahsyat! Cara pandang Selena terhadap kehidupan berubah.

Apa yang sebenarnya terjadi? Baca dong novelnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun