Sontak, Rabul dan Taqim kompak saling memandang sebelum akhirnya menyadari apa yang sesungguhnya terjadi. Taqim yang mendengar suara tertawa terbahak dari dalam langsung menuju ke sumber suara.
Amarah berpadu dengan adrenalin mereka yang lama tak diasah lagi. Mereka hanya menjumpai ruang kosong. Tanpa isi. Tak ada Pak Suhadi, tak ada uang dua ratus lima puluh juta. Mereka bertiga melotot, kompak mengarahkan pandangan ke arah Malik yang masih terbahak-bahak.
"Gila kau, bajingan" Sontak Taqim memukul Malik hingga terkapar. Namun, Malik masih tertawa girang.
"Kamu sudah gila. Tak ada otak. Pengangguran edan! Cuih!" Somad meludah ke arah Malik.
"Aku hanya rindu, Sob. Aku hanya rindu dunia malam."
"Aku telah mengatakan kepada warga bahwa Pasukan Kelelawar akan beraksi lagi malam ini di rumah ini pukul 3.30. Kuharap skill kabur kalian masih bagus. Oh, iya. Kantong-kantong persembunyian kita di hutan sama sekali belum terjamah manusia. Jadi selamat datang kembali!"
"Hidup maling! Panjang umur permalingan. Pasukan Kelelawar sampai mati!"
Ungkapan tersebut diteriakan Malik sebelum akhirnya mereka tersadar ada suara keramaian dengan umpatan-umpatan amarah yang semakin mendekat. Dan mulai mengepung rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H