Mohon tunggu...
Ahmad Effendi
Ahmad Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Berjalan sendiri adalah pilihan, bergumul dengan sosial adalah hakekat.

Mahasiswa Sejarah di salah satu perguruan tinggi kota Yogyakarta. Pecinta sastra dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pasukan Kelelawar yang Merindukan Malam Hari

7 Desember 2019   00:49 Diperbarui: 7 Desember 2019   00:48 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bayangin! Kita cukup lompat pager, congkel jendela belakang, masuk dan aku tahu dimana Pak Suhadi menyimpannya. Di lemari samping ranjangnya. Bayangin, dia orangtua, nggak bakal ngasih perlawanan kalau pun ketahuan. Pikirkan dengan jernih. Kita dulu ahli dalam melakukannya." Tegas Malik.

"Aku ikut!" Tegas Somad.

Mereka beberapa waktu saling memandang. Taqim sibuk menyeka keringat yang mengucur di kepalanya. Sementara Rabul masih mencoba mengatur nafasnya yang mulai tak karuan.

"Hidup maling! Panjang umur permalingan. Pasukan Kelelawar sampai mati!" Teriak Rabul, yang diikuti yang lain.

"Hidup maling! Panjang umur permalingan. Pasukan Kelelawar sampai mati!"

**

Pasukan Kelalawar memulai aksinya. Bersama gelap malam mereka mulai mengendap. Dengan jobdesk masing-masing, mereka mulai beraksi memasuki halaman rumah Pak Suhadi. Seperti biasa, Taqim yang bertugas mencongkel jendela dan menjaganya. Ia begitu menikmatinya.

Sementara yang lain mulai masuk. Malik mempimpin operasi. Bagai pasukan khusus yang hafal medan perang, ia menyusuri ruangan per ruangan dan berhenti tepat di depan pintu ruang kamar,

"Ini kamar Pak Suhadi. Dia biasanya keluar kamar pukul 3.30 untuk sholat Tahajud, mengaji dan sholat subuh. Artinya, kita punya waktu satu jam dari sekarang." Malik mencoba memberi instruksi.

Dengan perlahan, Somad membuka pintu. Spontan saja, Malik tertawa girang.

"Ha-ha-haaa.. Orang-orang bodoh"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun