Doxa adalah pandangan dunia atau ideologi yang diterima secara umum tanpa pertanyaan kritis, dan sering kali ini mencerminkan pandangan atau nilai-nilai yang dibawa oleh penguasa atau kelompok dominan dalam masyarakat. Doxa berfungsi sebagai cara untuk mempertahankan kekuasaan karena pandangan atau ideologi ini dianggap sebagai kebenaran yang tidak bisa dipertanyakan. Masyarakat menerima pandangan ini tanpa analisis rasional atau bukti yang mendalam, sehingga tidak ada ruang untuk perdebatan atau perbedaan pendapat.
Doxa sebagai sloganistik merujuk pada bagaimana pandangan dunia yang dikemukakan oleh penguasa sering kali berbentuk slogan atau pemahaman yang sederhana tanpa dasar rasional atau bukti. Misalnya, dalam konteks pajak, suatu negara mungkin mempromosikan ideologi tertentu, seperti "pajak membangun negeri", yang tidak selalu didasarkan pada fakta atau analisis kritis tentang bagaimana kebijakan itu diterapkan atau siapa yang sebenarnya mendapat manfaat darinya.
Doxa dalam konteks Controlled Foreign Company dapat merujuk pada pandangan dominan dalam dunia bisnis yang melihat penghindaran pajak melalui Controlled Foreign Company sebagai praktik yang sah dan diinginkan. Pandangan ini sering kali tidak dipertanyakan oleh banyak orang dalam dunia bisnis atau bahkan oleh pembuat kebijakan yang mungkin memiliki kapital sosial dengan pengusaha besar.
Pandangan penguasa dalam dunia bisnis global adalah bahwa perusahaan harus memaksimalkan keuntungan dan melindungi laba mereka dari beban pajak yang tinggi dengan cara memanfaatkan perbedaan tarif pajak antar negara. Doxa ini diterima secara luas di kalangan perusahaan multinasional, tanpa banyak pertanyaan atau kritik terhadap implikasi sosialnya, seperti pengurangan dana untuk layanan publik di negara asal. Hal ini diperkuat oleh bahasa ekonomi yang menganggap penghindaran pajak sebagai cara yang rasional dan cerdas untuk beroperasi dalam pasar global.
3. Bahasa adalah Simbol Kekuasaan
Kedua dominasi simbolik diatas terjadi melalui bahasa. Bahasa bukanlah alat yang netral, melainkan simbol kekuasaan yang digunakan oleh kelas sosial tertentu untuk mempertahankan dominasi mereka. Bahasa menjadi medium utama untuk mentransmisikan ideologi, norma, dan nilai yang mendukung struktur sosial yang ada.
Dalam masyarakat, bahasa yang digunakan oleh kelas sosial yang dominan (seperti politisi, akademisi, atau pengusaha) sering kali dianggap lebih sah dan lebih "tepat". Sementara bahasa yang digunakan oleh kelas sosial yang lebih rendah atau terpinggirkan sering kali dianggap "kurang terpelajar" atau tidak sah. Bahasa ini berfungsi untuk memperkuat posisi sosial mereka, mengkomunikasikan dan menyebarkan pandangan dunia yang mendukung status quo.
Bourdieu berargumen bahwa bahasa adalah alat dominasi yang digunakan oleh kelompok dominan untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Dalam konteks Controlled Foreign Company, mereka memanfaatkan struktur perpajakan internasional untuk mengalihkan laba dan meminimalkan kewajiban pajak. Bahasa hukum dan regulasi yang kompleks, seperti yang tercermin dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.03/2017 dan Nomor 93/PMK.03/2019, digunakan sebagai sarana dominasi untuk membingungkan atau membatasi akses informasi bagi pihak-pihak yang tidak memiliki pemahaman mendalam tentang mekanisme perpajakan internasional. Dengan demikian, mereka yang memiliki "modal budaya" berupa pemahaman tentang peraturan ini dapat memaksimalkan keuntungan pajak, sementara mereka yang tidak memiliki akses terhadap pengetahuan tersebut terjebak dalam sistem yang menguntungkan pihak-pihak besar. Bahasa dalam regulasi ini, yang seringkali teknis dan sulit dipahami, secara tidak langsung memperkuat ketimpangan kekuasaan antara mereka yang menguasai sistem dan mereka yang tidak.
Para pengusaha dan pemangku kepentingan bisnis yang terlibat dalam Controlled Foreign Company menggunakan bahasa yang tidak hanya mendefinisikan praktik ini sebagai sesuatu yang sah, tetapi juga sebagai sesuatu yang rasional dan cerdas dalam dunia bisnis global. Mereka mungkin menggunakan bahasa teknis untuk memperkuat posisi mereka dan untuk meyakinkan publik bahwa mereka hanya mengikuti aturan main yang berlaku di arena ekonomi global. Sebaliknya, negara-negara dengan tarif pajak lebih tinggi, yang berusaha mengurangi penghindaran pajak ini, dianggap terlalu kaku atau tidak memahami kebutuhan pasar global.
Bahasa ini menjadi simbol kekuasaan bagi kelompok yang memiliki akses ke kapital sosial, seperti konsultan pajak internasional atau pejabat pemerintah yang mendukung kebijakan pajak yang memungkinkan praktik Controlled Foreign Company. Mereka memiliki kapital sosial yang memungkinkan mereka untuk memahami dan memanipulasi bahasa-bahasa ini untuk keuntungan mereka, sekaligus membuatnya tampak sah dan diterima secara luas.
Bourdieu menunjukkan bahwa praksis sosial (tindakan sosial) terjadi dalam ruang sosial yang disebut arena, di mana individu atau kelompok berinteraksi dengan memanfaatkan kapital (sumber daya atau modal), dan habitus (disposisi atau kebiasaan yang terbentuk oleh pengalaman dan struktur sosial). Dominasi dalam masyarakat sering kali terwujud melalui dominasi simbolik, yang tidak tampak jelas tetapi terus memperkuat struktur kekuasaan yang ada. Doxa, pandangan dunia yang diterima tanpa pertanyaan, mengarahkan perilaku dan pola pikir individu melalui bahasa, yang bertindak sebagai simbol kekuasaan kelas sosial. Dominasi simbolik yang terjadi melalui bahasa ini memungkinkan pihak yang dominan untuk menjaga keberlanjutan kekuasaan mereka, sementara yang ditindas tidak menyadari bahwa mereka terperangkap dalam struktur sosial yang menindas tersebut.