Dengan akan diadakannya jajak pendapat dibawah naungan PBB kedua belah pihak yaitu pro kemerdekaan dan pro integrasi mulai memperkuat dominasinya dengan merombak organisasinya di pihak pro kemerdekaan merombak organisasinya menjadi Conselho Nacional da Resistencia Timorense atau Dewan Naional Perlawanan Bangsa Timor dengan dukungan dari sayap militer ada 4 region ada pemimpin setiap region yaitu Lere Anantimur, Taur Mantan Ruak, Falur Rate Laik, Vergilho Dos Anjos dan pemimpin dari  semua region dan CNRT adalah Xanana Gusmao.Â
Sedangkan di pihak Pro Integrasi dari sayap poltik ada 2 organisasi yaitu UNIF dan BRTT serta 13 Partai Pro Integrasi dan dari Sayap Militer ada dari TNI dan 9 milisi. Mereka saling memeperkuat dominasinya di Timor Timur dan tidak segan-segan melakukan bentrok di saat masa damai.
Pada tanggal 30 Agustus 1999 dilaksanakannya jajak pendapat dan yang tidak boleh mengikuti referendum ini hanyala kelompok dari Falintil. Â Selama masa pemilihan nasib dari Timor Timur banyak terjadi intimidasi yang dilakukan oleh Pro kemerdekaan maupun pro Integrasi.Â
Pada tannggal 4 september 1999 diumumkan hasil jajak pendapat dan hasilnya Timor Timur resmi lepas dari Indonesia. Selama masa transisi ke pemerintahan Timor Leste masyarakat yang indonesia yang disana mengalami kesulitan yang tadinya memiliki rumah dan tanah yang luas ketika indonesia kalah mereka menjaddi miskin ketika kembali ke kampung halamannya.Â
Hal ini juga di alami bapak Dwi yang dimana tadinya beliau menjadi petinggi di Kantor wilayah di kota Lautem ibu kota Lospalos menjadi pegawai biasa di kota Jember. Beliau merasa bersyukur tidak menjadi gila karena perubahan nasibnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H