Pada tahun 1982 bapak Dwi menunggu SK kementriannya turun karena di dalam SK yang kedua tidak ada keterangan bahwa di tugaskannya adalah satu tahun sedangkan di SK yang pertama jelas didalam surat itu hanya ditugaskan selama setahun. Akhir tahun 1982 bapak Dwi kembai ke kantor pusat di Jakarta untuk menghadap kekepegawaian di departemen pertanian karena ketidak jelasan dari statusnya di Timor timur.Â
Pada awal tahun 1983 beliau diberikan dua pilihan kembali ke Jawa atau tetap di Timor Timur, karena di Timor Timur akan dibentuk Kantor Wilayah Pertanian sementara. Pada akhirnya bapak Dwi memilih menetap di Timor Timur sebagai tenaga inti/pendahulu untuk Kantor Wilayah Pertanian di Timor Timur.Â
Pada awal 1983 terjadi kontak damai antara pemerintah dengan pasukan pro kemerdekaan selama beberapa bulan. Para pemimpin dari pasukan pro kemerdekaan di bujuk untuk tidak melakukan pemberontakan lagi dan menjadi warga negara indonesia. Akan tetapi masa damai itu dimanfaatkan para pasukan pro kemerdekaan untuk mengumpulkan informasi, logistik, dan pasukan. Kontak damai ini bertahan sampai bulan agustus 1983.
Pada bulan juni 1984 bapak Dwi menikah dengan warga Timor Timur lebih tepatnya kota Lospalos. Disaat bersamaan di kota Lospalos pada malam hari terjadi penyerangan yang dilakukan oleh pasukan pro kemerdekaan dan korbanya sekitar 7 orang yang meninggal. Pada tahun 1987 sampai 1990 bapak Dwi disekolahkan kembali di kota Malang bersama keluarga.Â
Pada awal 1990 kembali lagi ke Timor Timur ditugaskan di kota Dili mengisi jabatan struktural di Kantor Wilayah Dinas Pertanian. Pada tahun 1990 Gerilyawan Pro Kemerdekaan ini yang tadinya gerkan berbasis militer berubah ke kegerakan berbasis politik yang dimana yang digerakan tersebut pelajar SLTA dan Mahasiswa di Timor Timur pada waktu itu sudah ada universitas. Â
Mereka juga melakukan teror pada orang-orang luar pulau. Ketika berdemo yang di angkat hanyalah isu-isu tentang HAM padahal pembangunan di Timor Timur pada waktu itu sudah baik.
Pada tahun 1991 bapak Dwi dipindah tugaskan di Kota Lospalos dengan alasan keluarga yang berasal dari sana dan lebih mudah untuk bekerja sama dengan orang sana. Bapak Dwi ditugaskan dibagian Kasubak TU/ Sektretaris Dinas. Dalam menjalankan program Bapak Dwi tidak mengalami kesusahan lagi karena bantuan yang diberikan pemerintah tidak hanya benih seperti di awal kedatangannya.Â
Pada tahun 1990 mulai diberikan peralatan pertanian seperti tractor dan lain lain dan juga personil petugas pertanian juag ditambah yang berasal dari Sulawesi,NTB,NTT, dan masyarakat lokal karena di kota Lospalos sendiri sudah didirikan sekolah pertanian menengah/SMK. Bapak Dwi selain bertugas di bidangg pertanian beliau juga ikut menjadi tenaga pendidik di sekolah-sekolah.
Pemilu tahun 1997 dilakukan di Timor Timur pada saat terjadi pemilu terjadi penyerangan di Sektor Timur Kota Lospalos yang dimana peneyerangan tersebut dilakukan dibeberapa TPS. Â Pada tahun 1998 ada informasi BJ. Habibie menjadi presiden dan kemudian di umumkan diadakan referendum dengan tujuan masyarakat Timor Timur mau memilih tetap di Indonesia dengan otonomi khusus atau pisah dengan Indonesia.Â
Disaat itu Timor timur mulai kacau dan masyarakat lokal yakin bahwa Indonesia akan kalah dalam referendum ini dan berita tentang diadakannya referendum ini tidak hanya dibahas di media Indonesia akan tetapi juga media luar negeri seperti Australia mereka juga melakukan survei kemasyarakat dan hasil dari survei tersebut kebanyakan ingin Timor Timur pisah dengan Indonesia.
Pada tanggal 20 april 1999 Jendral Wiranto pergi ke Dili untuk menemui pimpinan pro kemerdekaan dan pro integrasi untuk melakukan perjanjian perdamaian dan tidak melakukan kekerasan. Â Pada bulan maret 1999 indonesia mengadakan pemungutan suara langsung yang dinamakan "konsultais rakyat". Stelah mengambil keputusam tersebut, Ali Alatas bersama Sekjen PBB Koffi Annan dan Menlu Portugal merundingkan tentang jajak pendapat di Timor Timur dibawah naungan PBB.