Timor-timur  merupakan wilayah yang terintegrasi dengan Indonesia pada tanggal 17 Juli 1976 yang dimana terintegrasinya setelah 31 tahun Indonesia menyakan kemerdekannya. Timor-timur sendiri dulunya wilayah koloni milik Portugis kemudian masuk menjadi provinsi ke-27 Indonesia dengan referendum.Â
Gubernur pertamanaya Arnaldo Dos Reis Aruujo dan wakilnya Francisco Xavier Loperz Da Cruz dengan Keputusan Presiden RI No. 92/M/1976 dan No. 93/M/1976. Â Kemudian digantikan Guilerme Maria Goncalves KEPRES RI No. 164/M/1978, kemudian pada tahun 1982 digantikan Ir. Mario Viegas Carrascaloa. Utuk jabatan Daerah II Dijabat oleh Bupati dan setiap kecamatan dijabat oleh Camat.
Di Timor timur sebelum terintegrasi dengan Indonesia ada beberapa partai yang sudah berdiri seperti Frente Revolucionaria de Timor-Leste Independente (Fretilin) yang menginginkan Timor Timur menjadi negara sendiri, kemudian ada partaic Unio Democratic Timorense yang menginginkan Timor Timur menjadi wilayah persemakmuran negara Portugis (UDT), sedangkan ada salah satu partai yang mengingkinkan Timor Timur bergabung kedalam wilayah indonesia yaitu Associacao Popular Democratica de Timor (APODETI). Â Partai-partai ini berusaha memeperebutkan hegemoninya di Timor timur demi kebaikan saudara-saudara mereka.Â
Partai Frente Revolucionaria de Timor-Leste Independente (Fretilin) melakukan boikot ketika diadakan konferensi tingkat tinggi di Macau yang seharusnya didatangi 3 partai yaitu partai Fretilin, UDT, dan APODETI akan tetapi partai Fretilin tidak mendatangi konferensi tersebut dan menyatakan akan melakukan gerakan kemerdekaan Timor Leste dan di dukukung oleh FALINTIL yang merupakan militer yang dipihak Fretilin.Â
Daerah yang paling sering bentrok antara ABRI dengan kelompok FALINTIL adalah Kota Lospalos. Para Pro-Kmerdekaan mengajak kurang lebih 85% masyarakat Timor Timur untuk melakukan gerilya dan masuk ke hutan.
Menurut data sensus 1980 di Timor Timur ada 109.190 kepala rumah tangga dan mayoritas pemasukannya berasal dari Bertani. Pemerintah membuat program yang beranama BIPIK yaitu Bimbingan Pengembangan Industri Kecil yang dimana program ini memliki tujuan untuk menunjang sektor pertanian di Timor Timur. Tunjangan yang diberikan yaitu alat-alat pertanian, Industri, pendidikan dan pelatihan pertanian.Â
Selain program untuk sektor pertanian ada juga program untuk mengembangkan di sektor pendidikan dengan membangun untuk SD total ada 400 bangunan untuk SLTP 35 bangunan SLTA 7 bangunan, A dan juga disana dibangun Universitas Terbuka padatahun 1986/1987 dengan 3 Fakultas yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Keguruan, dan Fakultas Sosiak-Poltik. Yang dimana utuk jumlah tenaga pedidiknya masih mengalami kekurangan tenaga pendidik.
Selaian masyarakat asli Timor Timur sendiri ada banyak orang yang bermigrasi dengan tujuan untuk membuat peruntungan disana. Â Pendatang paling banyak beral dari Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa, Maluku, Bali. Pemerintah memeperbolehkan para pendatang untuk membuat usaha di Timor Timur dan diberikan subsidi.
Dalam bidang pertanian pemerintah mengutus Dinas Pertanian Pusat untuk mengirimkan anggota ke wilayah Timor Timur untuk membantu mengembangkan program Bimbingan Pengembangan Industri Kecil. Salah satu anggotanya bernama Dwi Nugroho yang dimana beliau bekerja di Dinas Pertanian Pusat di Jakarta.Â
Beliau ditawari untuk bekerja di Timor timur selama 1 tahun dengan iming-iming mendapatkan gaji insentif. Sebelum berangkat diadakan pelatihan selama 3 bulan. Beliau berangkat pada bulan maret tahun 1980 dengan beberapa temannya. Seampainya di kota Dili bapak Dwi mulai berfikir keras karena kota dili sendiri kota yang gersang dan bingung mau ditanami tumbuhan apa.Â
Beliau diutus dibagian distrik barat yaitu di Kota Dili akan tetapi karena temannya yang bernama Rojali tidak mau karena takut mau ke sektor timur kota lospalos karena disana merupakan daerah zona merah yang dimana sering terjadi bentrok dengan gerilyawan pro kermerdekaan.