Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[AAA] Cersil Usil is Back: Penyerbuan ke Palmerah

31 Januari 2016   20:41 Diperbarui: 31 Januari 2016   20:55 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cersil Usil Menyentil, Season 01, Volume 01…^_

 

dalam pembicaraan terakhir tentang cinta

kami memutuskan

kami harus bekerja

memahati lagi tepi demi tepi

hamparan gersang rerumputan

hingga jadi belukar kata

yang penuh aroma bunga

(‘Elegi’ dalam Di Bawah Kibaran Dosa)
 

Pagoda Palmerah, Waktu Indonesia Bagian Kitab Sakti.

“Angin keras…! Siapkan Barisan Tujuh Bintang Tujuh Keliling..!!!” Perintah Paw Phie Nug kepada seluruh cantrik yang tengah khusuk jaga lilin di lantai enam, membuat situasi sesaat menjadi amat hingar.

“Ada apa sebenarnya ini, Toasuhu?” Tanya Ise Jet Kaw sebagai cantrik tertua yang bersemayam di lantai enam Pagoda Palmerah, sambil tangannya sibuk memberi aba-aba agar jajaran staf cantrik membentuk formasi Barisan Tujuh Bintang Tujuh Keliling yang diperintahkan tadi. Sebuah susunan langsung terbentuk seketika itu juga, dengan pola yang jauh lebih kuat dari barisan yang biasa dipergunakan oleh Partai Persilatan manapun.

Bukannya menjawab, Paw Phie Nug menatap pemandangan gersang Palmerah yang penuh debu dengan amat sendu. Sesekali dia mengusap janggut serta alisnya yang menjuntai panjang berkilat keperakan, untuk kemudian bergumam pelan, “Ada informasi dari Banyu Butek yang baru diangkat menjadi Kuku Garuda, bahwa kabarnya akan berlangsung penyerbuan ke Pagoda Palmerah beberapa hari ini, untuk memperebutkan kitab sakti ‘Andai Aku Admin’ yang berisi jurus-jurus pamungkas menyakiti hati sesama.”

Kembali Paw Phie Nug memain-mainkan alis peraknya, sebelum akhirnya masuk ke ruang penjagaan kitab pusaka ‘Andai Aku Admin’ yang menjadi pegangan hidupnya banyak tahun belakangan ini.

***

dan, begitulah

kami menjelma penanda

bagi setiap kematian

berlabel: Cinta

bagi setiap keterpurukan

atas nama cinta

sebab sebuah kota memang tak tegak dalam bilangan hari

 

Tebing Jomblo Berjoged, Waktu Indonesia Bagian Pemilihan Bengcu Gocap.

Tengah asyiknya Bay dan Na mematangkan gabungan Jurus Pedang Hujan dan Pukulan Kitab Catatan Seorang Sufi, ketika sebuah celana menyerang dengan amat lesat, membawa serta kekuatan yang tidak olah-olah dahsyatnya.

Tak sempat berpikir panjang, tubuh Bay berpusing lebih cepat, sambil tangannya menjentik dengan jurus Menyentil Admin Menjewer Ketidak adilan, yang merupakan penyempurnaan dari jurus Menyentil Koruptor Keluar Grup pada episode Gerus Timbunan dulu.

Tapi agaknya jalur tenaga yang terdapat dalam serangan celana tersebut bersifat im, lembut juga dingin, membuat selentikan Bay serasa membentur kapas dan membal ke diri sendiri dengan sengatan dingin menyerang melalui jemarinya.

Menyadari situasi yang kurang menguntungkan, Na yang mengambang satu depa di atas kepala Bay sontak membabatkan pedangnya dengan jurus Dari Hujan ke Hujan Kita Menggigil Bersama, yang disambung dengan sabetan Bersama Gerimis Menghapus Sedih yang Mengiris.

Sret! Bret…!!!

Celana sobek pas di antara kedua pipa kaki, untuk kemudian terdorong dan meluncur ke balik tebing, membuat Bay yang tersulut emosinya mengejar dengan Langkah Bayangan Mengejar Sinar andalannya.

Belum lagi Bay berhasil mengejar celana tersebut, ketika Na berteriak memberi peringatan.

“Hati-hati terhadap jurus Mengecup Embun Melindungi Hutan, Bay…!!!”

Brakkk!!!

Agak bergidik Bay melihat legokan tebing yang terpapar serangan gelap tadi, membuatnya bersyukur karena di saat yang genting barusan, dia masih sempat berkelit dengan gerakan Lenggang Jakarta Semakin Kadaluarsa.

Belum lagi Bay mengerti apa yang terjadi, ketika dilihatnya dua pendekar nyentrik saling berbaku hamtam sambil berteriak-teriak dengan bisingnya.

“Mengapa mereka datang dan berkelahi di Tebing Jomblo Berjoged ini?” tanya Bay dengan mata yang terus mengawasi pertempuran di hadapannya. Sekilas dilihatnya Na mengeluarkan papan persegi panjang dari kayu cendana, dan memencet beberapa tonjolan yang ada di bagian bawah.

“Sepertinya mereka adalah musuh lama, Bay,” Na mendekatkan potongan kayu cendana ke arah Bay, membuat jidat Bay berkerut mirip papan penggilasan.

“Apa itu, Na?”

“Mustika guruku,” sahut Na. “Beliau menamakan benda ini dengan kotak seluler, walau akupun tak begitu paham apa maknanya. Namun dari papan cendana ini kita bisa mencari informasi dari situs gaul tempat mangkal para pendekar nusantara dengan lebih cepat.” terang Na.

Agak pusing juga nalar Bay menangkap penjabaran Na, hingga dia hanya bisa diam. Sementara pertarungan antara dua pendekar nyentrik itu semakin mendekati titik puncak.

“Ternyata nyawamu panjang juga, Aldy. Sudah berminat menyusul anggota Pang Kehutananmu yang lain? Heu… heu… heu…!” ucap salah satu pendekar itu sambil melontar celana dengan jurus Biji Cempedak Menyosor Almond yang sebat namun penuh aura kedewasaan itu.

“Jangan kau ungkit-ungkit lagi masalah itu, Peb. Dan lagi, sepertinya kau telah dicampakan oleh Desol pasangan Belati Hawa Nafsumu itu,” geram Aldy. Kedua kakinya saling menutul meminjam gaya khas pijakan Memanjat Awan Bersama Asap Kebakaran Hutan Kemarin yang kini kian sempurna gerakannya, hingga terhindar dari serangan celana sakti milik Pebrianov.

Tak berhenti sampai di situ, Aldy meluncur ke bawah dengan gerakan Langit Mencinta Bumi Menerima, yang disusul dengan pukulan Bersikap Responsif Bukan Reaktif serta Membakar Lahan Dibenarkan Negara.

Pebrianov mengibas celana saktinya sambil melesat kebelakang, lalu jatuh tersimpuh sambil meratap penuh rindu. Agaknya serangan kata yang diucapkan Aldy menohok tepat ke relung hati terdalamnya, yang memang sejak awal teramat peka… jika itu tentang Desol.

“Des… Aimisyu… Des…”

Ratapan Pebrianov semakin menderu saat mengingat beberapa jurus sakti yang pernah dimainkan bersama Desol, yang sempat menggegerkan dunia persilatan pada episode yang lalu.

Melihat Maut Sambil Berfiksi, Serpihan Rindu di Ruang Hampa, serta jurus yang masih terekam kuat dalam benaknya, yaitu Si Ella Kawin Kemarin! Lalu Kita Kapan Kawin? Hingga akhirnya dia teringat pada jurus pamungkas terakhir, sesaat sebelum akhirnya mereka terpisah berwaktu-waktu: Jurus Kentut Melempar Iblis…!!!

“Des… Jangan tinggalkan aku, Des…”

“Des… TIIIDAAAAAKKKKKKKKKKK…!!!”

Dengan kondisi kejiwaan yang terguncang, Pebrianov melempar celana andalannya sepenuh tenaga, yang langsung menancap tegak lurus pada dinding Tebing Jomblo Berjoged hingga hanya menyisakan bagian sabuknya. Sungguh tingkatan tenaga dalam yang amat sukar diukur!

Melihat keadaan yang amat mengibakan itu, hati Aldy Sang Mantan Pemimpin Pang Kehutanan itu  mau tak mau merasa terenyuh juga. Ingatannya langsung berpulang ke masa sebelumnya, saat dia tergeletak tak berdaya dengan napas kembang-kempis efek pukulan gabungan Pebri dan Desol.

Masih segar dalam ingatan betapa berkali-kali dia mencoba bangkit, tapi selalu berakhir dengan kegagalan layaknya ABG yang sukar bangkit dari kisah cintanya yang lebay menyedihkan, yang masih ditambah dengan beberapa sel syarafnya yang terputus buah pertemuan kekuatan mereka. Hingga akhirnya pada sebuah gua Kalimantan, Lihiap muda dari Tanah Jawa menyelamatkannya melalu serangkaian totok-menotok yang ampuh moncer tokcer… :P

“Ternyata dia Pebrianov Si Pendekar Belati Hawa Nafsu rekan duet Desol itu, Na… Tapi mengapa kini dia bersenjata celana? Kenapa tidak sempak saja sekalian agar bisa kembaran dengan Arke?” tanya Bay masih dengan bingung yang sama.

Belum lagi Pendekar Pedang Hujan itu menjawab, ketika sebuah suara bersahut-sahutan dari jarak satu lie jauhnya.

“Dasar gemblung! Jangan coba-coba menggangguku karena aku punya kakak yang salah koordinat. Ia seharusnya dilahirkan dan dibesarkan di kandang pit bull.”

“Tapi keris kanoman itu apa? Kenapa saya baru dengar? Apa itu jenis keris model tertentu?”

“Yang penting bundesliga tetap jaya, Bro. Urusan yang lain ga peduli. Adik kelas mana adik kelas…?!”

“Hak… hak… hak…! Siapa itu yang manggil-manggil saya? Mau tek timpuk pake bidak-bidak catur andalan saya apa? Hak… hak… hak…!”

***

Tap! Tap! Tap! Tap! Tap!

Satu persatu sosok manusia gagah mendarat di hadapan Bay, yang tanpa basa-basi langsung merangkul pundak Bay sambil berteriak-teriak dengan amat hingar.

“Hahaha…! Dicari kemana-mana tak ketemu, ternyata tengah asyik di tebing bersama… eh, ehem…!” teriak Mbah Mupeang melirik Na, sambil melempar-lempar papan caturnya ke udara dengan gerakan ular melingkar di atas pagar.

“Sudahlah, Peang, jangan menggoda terus. Bagaimanapun juga, Bro kita ini selain Pemimpin Liga Pendekar Nusantara, sekarang telah menjadi Kongcu Tebing Jomblo Berjoged bersama Lihiap cantik ini” goda Elde, membuat Pendekar Pedang Hujan yang berdiri di samping Bay tersipu malu.

“Itu Pak Ngah sama Pak Mude ga usah lebay. Sini kita kumpul semua!” ledek Mahaguru Jati sambil memilin-milin kumis kucing pink kesayangannya dengan amat mesra, membuat Aldy dan Pebrianov mau tak mau merapat walau dengan agak bersungut.

“Sayang Vahami tidak bisa ikut ke tempat ini,” sesal Suyono Apol Si Pendekar Di Atas Langit Ada Langit. “Hey, lihat! Siapa yang baru hadir itu…!”

Serentak semua memandang ke arah yang ditunjuk Pendekar Di Atas Langit Ada Langit. Dan… benar saja. Dari kejauhan berbondong-bondong orang masuk ke dalam Tebing Jomblo Berjoged.

“Salam hangat dan selalu mantap buatmu, Pem,” ucap Ki Axtea dengan komen khasnya, membuat Bay rikuh dan balas mengepal tangan ke dada pertanda hormat.

“Panggil saya Bay saja, Ki Axtea, karena saya bukan lagi seorang pemimpin.”

Di belakang Ki Axtea, berturut-turut saling menghormat Susy Haryawan Si Pendekar Edab Edabi, Thomson Cyrus, Ariyani Na, Lilik Fatimah serta tak ketinggalan Pendekar Kalong Michael Sendow yang gemar masuk inbok saat yang lain terlanjur lelap.

Berdiri di kejauhan lima bersaudara Anhus asyik melempar-lembar titik yang biasa mereka tebar di kolom komen tanpa makna yang jelas itu. Sementara pada sisi yang bersembarangan, Biyanca Kenlim, S Aji juga Sarwo terkekeh-kekeh mengoda Didi yang panik antara mempertahankan burung emprit kebanggaannya atau mengikhlaskan berbie pujaannya yang selalu coba direbut. Sementara agak jauh di tepi danau, Mike Reyssent, Gasa dan Ninoy berdiri tegak dengan sorot mata hambar, mengingatkan pada sosok yang telah moksa dan menganggap semua yang ada di dunia ini tak lebih dari kehampaan belaka. Kosong. Bohong. Samsara.

“Masih ada yang belum hadir?” tanya Mbah Peyang dengan suara yang penuh kewibawaan.

“Tukang catetnya belum hadir…!” ucap seseorang yang sepertinya wajah baru, yang kontan menimbulkan pertanyaan bising tentang siapa dia.

“Dia Yon Bayu Si Pendekar Lembah Kematian. Saya yang memasukan beliau ke gocap,” ucap Bay singkat, yang seketika bersambut ‘Ooh…’ riuh dari yang hadir.

“Gue di sini, Bay…!” seru seseorang yang baru datang. Ternyata Cinta WP, si tukang catet yang gemar bercap-cus ke sana kemari itu. Tapi kali ini dia datang hanya sendiri, tanpa Dwi serta Nudia yang biasa threesome kemana-mana… :P

“Lihiap Naftalia tengah sibuk memeriksa kejiwaan seorang bocah besar yang jiwanya tersesat ke alam ghaib sejak masih bocah dan mengaku-aku sebagai tokoh hebat,” jelas Peb sebelum ada yang bertanya. Sementara Aldy Si Mantan Pemimpin Pang Kehutanan mengatakan, bahwa Trio Hery Syofyan, Yosmo dan Achmad Suwefi baru akan muncul di episode mendatang, yang memang lebih berfokus ke cersil olahraga.

***
“Seperti yang kita ketahui bersama, pusaka rimba hijau “Andai Aku Admin” telah jatuh ke tangan Partai Pagoda Palmerah Asuhan Paw Phie Nug.” Ucap Mbah Mupeang di tengah lingkaran pendekar yang asyik menikmati kopi peram. “Untuk itulah kita semua berkumpul di sini, memilih Bengcu Gocap Rimba Persilatan demi menentang kedzaliman yang mereka lakukan buah kesewenang-senangan kekuasaan…!!!” lanjut Mbah Mupeang dengan suara yang serak-serak geram.

“Betul, Mbah!” teriak Suyono Apol Pendekar Di Atas Langit Ada Langit dan Susy Haryawan Pendekar Edab-Edabi berbarengan. “Coba bayangkan. Masa isu pembajakan akun kompasianerspun mereka cuekin? Apa memang sebegitu tingginya kedudukan mereka, hingga amat sombong, bahkan untuk sekedar mampir di kolom komen dan memberi sedikit penjelasan…?!!!”

“Selain Vahami yang asyik dan peduli sama kompasianers, biasanya Gion suka mampir juga di kolom komen memberi penjelasan. Tapi untuk kasus ini Gion pun sepertinya masuk angin kaya MKD kemarin,” terang Gasa sambil memberikan link [AAA] Reza Zontor dimana satu-satunya cantrik Pagoda Palmerah itu mampir terakhir sambil mindik-mindik, serta link saat Gion menjelaskan tentang kanal fiksi yang terus diobrak-abrik oleh sekelompok elite cantrik hingga sepi dengan alasan akan diberi kandang khusus, melalui ucapannya yang manis manja grup itu:

“Padahal kanal fiksi yang paling difokuskan setelah publish Kompasiana versi baru... Belum dirilis memang, bertahap...”

yang ketika saya, Mike, Mariam Umm serta Pendekar Kompasiana lainnya turut nimbrung, dia langsung raib lagi secara amat ghaib di link Percakapan Terakhir dengan Den Bhaghoese dan Alasannya Pergi dari K ini. Hingga akhirnya tetap saja prediksi saya yang benar bahwa kanal fiksiana, seperti sengaja dipaksa untuk sekarat dengan gaya yang seakan amat eksklusif.”

“Apa Gion itu maksudnya Kevinalegion? Yang sempat terpapar isu pembocoran pemenang Award tahunan K’ers di lapak FBnya satu minggu sebelumnya? Yang juga sekaligus menyanggah tentang pemilihan k’ers 100 Istana dengan ucapan yang memiliki data amat lemah itu?” tanya salah seorang pendekar.

“Kevinalegion? Siapa itu? Saya ga kenal. Yang saya maksud adalah Wagiono,” jawab Gasa Si Pendekar Partai Ambyar singkat.

“Biar nanti urusan itu saya tangani lebih lanjut melalui penerawangan ghoib,” lanjut Ninoy yang pada kehidupan pararelnya seringkali merupakan penjelmaan dari Ki Sabdo Panditoratu yang pernah suillan bertahun-tahun di lembah ketiadaan itu, membuat semua yang hadir tanpa terasa agak bergidik membayangkan cara serta gaya penerawangan dari pendekar yang berbau mistis ini. Walau kadang semua berharap agar Ninoy tak sekedar menerawang cantrik Pagoda Palmerah, melainkan -jika bisa- sekalian saja mengirim kulkas ke dalam perut mereka, agar tetap tejaga suhunya dan tak mengantuk saat jaga lilin di depan layar kedip.

Percakapan kian memanas dengan sederet dosa para cantrik yang keberadaan mereka akhir-akhir ini amat khayali itu, hingga akhirnya Lihiap Mike Reyssent maju ke tengah forum sambil menenteng bambu hijau mustika yang membuat semua mata terbelalak saking kagetnya.

“Benar. Saya adalah Ketua Kaypang Perjuangan aliran baju bersih generasi cetiaw lebih gocap,” Lihiap Mike Reyssent membuka jati diri yang selama ini ditutupinya, sebelum akhirnya kembali melanjutkan pembicaraan. “Dan saya telah berhasil menyempurnakan jurus leluhur menjadi lebih pamungkas, yang saya rangkum dalam Jurus Tongkat Penggebuk Admin ini. Mohon bimbingan para pendekar sekalian untuk memberi masukan.”

Tanpa sungkan Lihiap Mike Reyssent mulai memperagakan Salah satu dari dua jurus utama Partai Kaypang setelah 18 Tapak Penakluk Naga itu. Dan seperti jurus yang asli sebelumnya, Tongkat Penggebuk Admin inipun memiliki perubahan yang bervariasi dan sangat sulit diduga. Dasar jurus ini dibagi menjadi beberapa bagian seperti membelit, memutar, menusuk, memukul, menyalip dan menghentak. Hingga bahkan tanpa menggunakan tenaga dalam sekalipun, jurus ini sudah bisa menghajar admin hingga terjengkang tunggang langgang. Apalagi jika dipadukan dengan tenaga dalam dank e-eneg-an buah ketidak adilan yang dirasakan, kehebatannya tentu saja akan menjadi berlipat ganda dahsyatnya! (Bersambung ke episode #2 karena kepanjangan, Kawan…^_)

 

dan dalam pembicaraan terakhir tentang cinta

kami memutuskan, hanya memutuskan

bahwa segalanya tak harus lagi memiliki makna, dalam cinta

 

: untuk hidup, kadang, kita harus mati.

(‘Elegi’ dalam Di Bawah Kibaran Dosa)
 

Secangkir Kopi Cersil Usil Menyentil, ThornVille-Kompasiana, Ujung Januari 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun