Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[AAA] Cersil Usil is Back: Penyerbuan ke Palmerah

31 Januari 2016   20:41 Diperbarui: 31 Januari 2016   20:55 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Brakkk!!!

Agak bergidik Bay melihat legokan tebing yang terpapar serangan gelap tadi, membuatnya bersyukur karena di saat yang genting barusan, dia masih sempat berkelit dengan gerakan Lenggang Jakarta Semakin Kadaluarsa.

Belum lagi Bay mengerti apa yang terjadi, ketika dilihatnya dua pendekar nyentrik saling berbaku hamtam sambil berteriak-teriak dengan bisingnya.

“Mengapa mereka datang dan berkelahi di Tebing Jomblo Berjoged ini?” tanya Bay dengan mata yang terus mengawasi pertempuran di hadapannya. Sekilas dilihatnya Na mengeluarkan papan persegi panjang dari kayu cendana, dan memencet beberapa tonjolan yang ada di bagian bawah.

“Sepertinya mereka adalah musuh lama, Bay,” Na mendekatkan potongan kayu cendana ke arah Bay, membuat jidat Bay berkerut mirip papan penggilasan.

“Apa itu, Na?”

“Mustika guruku,” sahut Na. “Beliau menamakan benda ini dengan kotak seluler, walau akupun tak begitu paham apa maknanya. Namun dari papan cendana ini kita bisa mencari informasi dari situs gaul tempat mangkal para pendekar nusantara dengan lebih cepat.” terang Na.

Agak pusing juga nalar Bay menangkap penjabaran Na, hingga dia hanya bisa diam. Sementara pertarungan antara dua pendekar nyentrik itu semakin mendekati titik puncak.

“Ternyata nyawamu panjang juga, Aldy. Sudah berminat menyusul anggota Pang Kehutananmu yang lain? Heu… heu… heu…!” ucap salah satu pendekar itu sambil melontar celana dengan jurus Biji Cempedak Menyosor Almond yang sebat namun penuh aura kedewasaan itu.

“Jangan kau ungkit-ungkit lagi masalah itu, Peb. Dan lagi, sepertinya kau telah dicampakan oleh Desol pasangan Belati Hawa Nafsumu itu,” geram Aldy. Kedua kakinya saling menutul meminjam gaya khas pijakan Memanjat Awan Bersama Asap Kebakaran Hutan Kemarin yang kini kian sempurna gerakannya, hingga terhindar dari serangan celana sakti milik Pebrianov.

Tak berhenti sampai di situ, Aldy meluncur ke bawah dengan gerakan Langit Mencinta Bumi Menerima, yang disusul dengan pukulan Bersikap Responsif Bukan Reaktif serta Membakar Lahan Dibenarkan Negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun