Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

#2: Dongeng untuk Jokowi

21 Desember 2015   05:11 Diperbarui: 23 Januari 2016   08:34 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(#1 : Tanah Air Mata, kenangan saat masih sering di-HL Admin karena -mungkin- masih jarang menyentil…^_)

***

“Kau? Staf Khusus Penasehat Kepresidenan?”

Aku tersenyum kecut mendengar nada tak percaya itu. Sudah biasa. Lagi pula, siapa juga yang akan percaya? Dengan tongkronganku yang bohemian ini, paling banter orang-orang hanya akan menyangka bahwa aku tak lebih dari sejenis ‘Seniman Tanpa Tanda dan Tanpa Jasa’. Atau paling terhormat mungkin difitnah sebagai pemilik usaha kecil-kecilan, yang itupun terasa amat dipaksakan hanya karena kulitku yang agak bening.

Masih jelas terekam di benakku, saat beberapa pria cepak berbadan tegap masuk ke ruangan kantor, dan langsung duduk di depanku memperlihatkan beberapa berkas.

“Tidak memiliki badan hukum, tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan prasyarat yang dibutuhkan, tidak menggunakan kurikulum UU Sisdiknas yang berlaku…”

“Januari 2015 mendirikan Lembaga Pengelolaan Dana Masyarakat tanpa izin. Maret 2015 percobaan pembuatan rumah susun illegal di wilayah X. Agustus 2015 melakukan… ”

“Saudara tinggal memilih, apakah ingin kami gelandang dengan sembilan puluh sembilan pasal berlapis yang telah kami persiapkan, atau ikut kami secara baik-baik.”

“Apakah Bapak-bapak memiliki surat perintah pengadilan untuk menangkap saya?” getirku, yang dengan amat sigap lembar sakti tersebut langsung terhampar di atas meja.

Menit berikutnya, aku telah duduk satu mobil dengan mereka.

“Kemana tujuan kita?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun