(#1 : Tanah Air Mata, kenangan saat masih sering di-HL Admin karena -mungkin- masih jarang menyentil…^_)
***
“Kau? Staf Khusus Penasehat Kepresidenan?”
Aku tersenyum kecut mendengar nada tak percaya itu. Sudah biasa. Lagi pula, siapa juga yang akan percaya? Dengan tongkronganku yang bohemian ini, paling banter orang-orang hanya akan menyangka bahwa aku tak lebih dari sejenis ‘Seniman Tanpa Tanda dan Tanpa Jasa’. Atau paling terhormat mungkin difitnah sebagai pemilik usaha kecil-kecilan, yang itupun terasa amat dipaksakan hanya karena kulitku yang agak bening.
Masih jelas terekam di benakku, saat beberapa pria cepak berbadan tegap masuk ke ruangan kantor, dan langsung duduk di depanku memperlihatkan beberapa berkas.
“Tidak memiliki badan hukum, tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan prasyarat yang dibutuhkan, tidak menggunakan kurikulum UU Sisdiknas yang berlaku…”
“Januari 2015 mendirikan Lembaga Pengelolaan Dana Masyarakat tanpa izin. Maret 2015 percobaan pembuatan rumah susun illegal di wilayah X. Agustus 2015 melakukan… ”
“Saudara tinggal memilih, apakah ingin kami gelandang dengan sembilan puluh sembilan pasal berlapis yang telah kami persiapkan, atau ikut kami secara baik-baik.”
“Apakah Bapak-bapak memiliki surat perintah pengadilan untuk menangkap saya?” getirku, yang dengan amat sigap lembar sakti tersebut langsung terhampar di atas meja.
Menit berikutnya, aku telah duduk satu mobil dengan mereka.
“Kemana tujuan kita?”