Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

#2: Dongeng untuk Jokowi

21 Desember 2015   05:11 Diperbarui: 23 Januari 2016   08:34 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sudah cukup tertawa Saudara?”

Aku mengangguk jengah.

“Hanya ada satu pertanyaan untuk Saudara,” lanjutnya. “Jika Saudara memperoleh buah simalakama, apa yang akan saudara lakukan. Memakannya? Atau tidak memakannya?”

Kembali aku terbengong. Tapi kulihat raut di depanku –lagi-lagi- tak menunjukkan gejala canda sedikitpun, membuatku bingung bercampur jengkel karena merasa dipermainkan. Sebenarnya ada apa dengan semua ini?

“Saya tidak akan melakukan keduanya,” jawabku dengan suara yang agak tegang. Barangkali terbawa perasaan kurang suka yang baru saja menyelinap.

“Lantas?”

“Karena saya lebih memilih untuk menjualnya, lalu menyumbangkan hasilnya kepada fakir-miskin berderet di luar sana,” tegasku dengan gaya sengak menantang, karena siapapun jelas mengerti, bahwa jawaban yang kuberikan hanyalah banyolan liar diluar konteks serta nalar umum.

Dan... benar saja. Pria setengah baya tersebut langsung menggebrak meja keras-keras.

“Bagus!!!”

Lagi-lagi aku terbengong. Bagus, katanya… Apanya yang bagus?

Belum lagi kebingunganku redam, ketika pria setengah baya itu memberi isyarat agar aku mengikutinya. Tibalah kami pada sebuah meja pertemuan yang nyaris penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun