Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Dongeng Negeri Bayangan 2: Penyerbuan

7 November 2015   18:44 Diperbarui: 7 November 2015   21:19 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali teriakanku sia-sia. Tak ada lagi komando. Tak ada lagi barisan yang tak tertembus. Yang terlihat hanya tubuh yang berjatuhan dijejak sepatu kerajaan, kepala termakan pentungan, serta leleh merah bercampur daging menyerpih ke tanah.

Beberapa semut cantrik mencoba melawan. Buk! Buk! Satu-dua gonteng bengis oleng terhajar tinju, lalu berganti mereka yang terhuyung dibabat pentung.

Kulewati tubuh-tubuh yang tengah bergelut. Beberapa kali aku ikut memukul, beberapa kali pula aku terpukul. Tapi aku tak peduli. Tekadku hanya satu: Aku harus melindungi Begawan!

Langkahku bagai tak menyentuh bumi. Tapi jarak masih terbentang di antara kami. Kulihat berpasang tangan mencengkeram Semut Begawan, namun segera ditepis oleh pasang tangan yang lain.

“Cepat bawa pergi Begawan! Tinggalkan segera padepokan in…”

Sebuah hantam amat telak mendarat tepat di belakang kepala, memaksa lidahku untuk mengebiri teriaknya seketika itu juga. Sesaat semua menggelap

Sekuat tenaga aku mencoba  berdiri. Tapi belum lagi pijakku kukuh, ketika sebuah gebuk kembali menyengat.

Kali ini aku tersungkur, tak mampu lagi untuk bangkit. Samar masih kulihat gelimang tubuh lain yang bernasib sama denganku. Tersungkur, bagai sehelai daun kering yang melayang diterjang angin.

Satu tubuh, dua tubuh, bahkan kini tak hanya semut cantrik yang terjungkal. Satu demi satu border Semut Begawan juga turut luruh.

Dan sebelum kesadaranku benar-benar hilang, kembali kudengar sebuah letusan. Bersamaan dengan sesosok tubuh tua menggelosor ke bawah. Melayang, menuju lantai aula utama, diikuti oleh beberapa tubuh lain yang juga melayang. Luruh, seperti daun jatuh.

-----o0o----- 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun