“Saya pemimpin pasukan di sini!”
“Saya bilang: PIMPINAN TERTINGGI BAPAK!” sengaja kutekan kalimatku.
Baru saja kalimatku usai, ketika letus keras bergema menyentak udara. Langsung kutinggalkan gonteng sengak yang tersenyum mengejek itu, melesat secepat kilat menuju aula utama.
“Barangkali akan lebih baik jika aku ikut mereka, Samu...” bisik Semut Begawan setibanya aku di sana.
“Tidak, Begawan tidak boleh ikut mereka.” sergahku.
“Tapi Samu, aku khawatir akan jatuh korban...”
“Tidak, Begawan… Tidak! Tak akan kubiarkan mereka memindahkan Begawan sejengkalpun dari padepokan!” tegasku.
Kuperintahkan seluruh resi dan pandita melindungi Semut Begawan.
“Jangan pernah kalian bergeser sedikitpun dari sisi Begawan!”
Ini tentang kebenaran, tentang harkat martabat serta perikehewanan, bisikku riuh sambil menyelulup ke episentrum yang siap berbaku hantam itu.
Berhasil! Dan di sinilah aku sekarang berada, tepat di depan wajah-wajah angkuh yang sebelumnya bersilat kata denganku.