Wainii…!!!
Saya cuma bisa angkat topi tinggi-tinggi bagi karya ini. Jiwa dalam karya ini kuat sekali, menjadikan pembaca yang memang penikmat fiksi langsung mendapat sedihnya, harunya, dan entah akhiran ‘nya’ apalagi yang lainnya.
Besar dugaan saya, Ang Tek Khun membuat karya ini dengan sekali jadi tanpa editan. Dan setelah setelah karya tersebut selesai, barulah ia fokus bin serius mengeditnya. Coba bandingkan dengan orang yang baru belajar menulis fiksi. Bagaimana tidak akan macet idenya, lha wong baru juga nulis satu kalimat udah langsung diedit ratusan kali, hihihi…^_
Kenapa saya menduga seperti itu? Karena saya teringat ucapan Affandi, salah satu pelukis besar negeri ini. Beliau mengatakan selalu menyelesaikan lukisannya sekali jadi sampai selesai, dan tidak ingin menundanya. Alasannya tak lain dan tak bukan hanya demi mencurahkan semua emosi yang dimiliki saat menggarap sebuah tema lukisan, yang jika ditunda maka emosi yang ada telah berubah dari yang semula.
Akhirnya saya pribadi paham, tentang mengapa karya burukpun berhasil menjadi juara. Dan ini tidak hanya berlaku di even besutan Fiksiana Community saja, melainkan merata pada belahan fiksi serta dunia sastra yang lainnya.
Dari studi kasus even pertama yang saya ikuti ini, saya mendapat cukup banyak amunisi untuk menggarap kasus-kasus yang lainnya, yang tentu saja masih berkaitan dengan dunia perfiksian. Berikut bocorannya, Kawan…^_
Â
- Ingin Mahir Berfiksi? Jangan Pernah Menggunakan Teori Sastra Selain Membuangnya.
Studi kasus berfiksi otodidak ala anak jalanan non sekolahan, dengan Kompasianer Desol sebagai kandidat kelinci percobaan, mempreteli segala kelebihan dan kekurangan cara model ini, yang biasanya tidak pernah disadari oleh pelakunya.
- Mengeplak Admin, Merebut Kanal NT.
Studi kasus even [Merah-Putih RTC], pembicaraan singkat melalui kolom komen dengan Kompasianer Bambang Setyawan, Suyono Apol dan Agung Soni. Clue dari artikel ini adalah menormalisasi kekuasaan admin agar tak sehebat ‘tuhan’ dalam menentukan karya baik dan buruk, tanpa harus melakukan ‘canglimen’ alias jualan asongan ’kacang-link-permen’ yang biasanya hanya berakhir dengan perolehan komen autobot. Dengan memodifikasi cara ini, diharapkan ke depannya akan muncul gairah sastra melalui pengujian karya di sesama fiksianer, yang kelak akan berimbas dengan lahirnya kembali sosok-sosok sastrawan muda dari kompasiana seperti era Leil Fataya di Kompasiana lama.
- Jangan Bangga Gila Menjadi Admin, Sebelum Paham Apa Fungsi Utama Admin yang Sebenarnya.
Studi kasus terhadap beberapa oknum yang gembelengan petantang-petenteng menyunggi jabatan admin, tanpa mau paham apa tugas admin yang paling mendasar.
- Mengkloning Sekar Mayang, Mencetak Stok Editor Komunitas.
Tips n trik memperbanyak jumlah stok editor komunitas tanpa perlu berlelah-lelah makan bangku sekolahan dan belajar materi fiksi hingga sakit gigi. Singkat, padat, muncrat.
- Mengembalikan Keangkeran Komunitas di Era Individual.