“Maukah kau berjanji, Bay, bahwa kisah kita tak akan pernah serupa sedihnya dengan si mahasiswa muda dan Mulan di kisah tersebut…?”
Bay kembali mengangguk. Kali ini sambil menggigit bibir kuat-kuat, menahan kenangan yang pernah amat memilukan itu.
“Terima kasih atas kesediaanmu, Bay, karena aku tahu, bahwa kau tak pernah menganggap enteng janji sekecil apapun kepada siapapun. Terima kasih juga untuk pembuatan ending cersil usil ini, yang sekaligus membuktikan, bahwa si pelari itu… kini benar-benar tak akan pernah lagi berlari, untuk selamanya…”
Mendadak Na melompat dari sampan. Tubuhnya berpusing beberapa kali di udara secara terbalik, untuk kemudian hinggap dengan anggun di atas daun teratai yang mengapung di tepi telaga, sambil menggaungkan sebait sajak pendek yang menyiratkan berakhirnya kisah masa lalu yang pernah riuh itu.
“tepat saat kakinya berhenti berlari, semesta hening…”
Terpancing oleh ucapan Na sebelumnya, Bay sontak menjawab dengan hikmah yang terpetik dari kisah yang sama.
“aku lelah, ucapku nyeri
meski cuma pada diri sendiri
setelah semua yang datang lalu pergi lagi
setelah semua yang datang untuk tak lagi kembali