Betapa tak enaknya hidup, ketika kita merasa telah mengeluarkan kemampuan hingga ke batas terakhir yang dimiliki, akhirnya tetap tak mampu melawan kenyataan, dan dipaksa untuk sujud pada ketidak berdayaan.
Bay merasa pikirannya semakin kosong, hingga akhirnya hanya mampu menyerahkan segalanya kepada Dia Sang Maha Isi.
Deg.
Kosong?
Isi?
Dia…
Sang Maha… Isi…?
Ah, ternyata begitu…!!!
Sebuah kesadaran yang tak disengaja membuat dada Bay seperti meledak saking girangnya. Kesadaran yang langsung menyemai ulang tunas harapannya yang sempat ranggas, hingga kembali melahirkan kuncup-kuncup daya juang yang kian merimbun.
Bay teringat bagian terakhir Kitab Bayangan Mengejar Sinar yang tak pernah berhasil ia latih, Â Â karena maknanya yang memang terlalu dalam dan tak terjangkau daya nalarnya. Tapi, siapa tahu? Justru pada saat sekarat seperti inilah ia justru berhasil menyingkap hakikatnya!
Bergegas Bay mendawam ulang kiam hoat tersebut, sambil bathinnya khusuk menelad setiap garis dan gurat yang terkandung di dalamnya.