sementara… hari terus berganti
engkau pergi… dengan dendam membara…
di hati…
Usai memainkan lagu pesanan sang pengarang cersil usil tersebut, keduanya saling menatap sambil tersenyum. Dan sebuah tatapan bersama secercah senyum, seringkali menjadi bahasa paling purba dari cinta yang tak perlu lagi diungkap lewat kata.
Cinta bertanya jawab dengan cinta. Cinta menggenggam erat jemari cinta. Dan cinta, seperti tak berhenti untuk berkata:
betapa amat bertubi-tubi peristiwa yang menghampiri
memberi heran bahwa telah sejauh itu waktu berlalu
mendampar kita pada tepi yang kini
sambil sesekali melintas persimpangan lalu dan nanti
dan menyibak rindu dalam entah berapa banyak temu.
“Saat-saat seperti ini entah mengapa mengingatkanku pada kisah roller coaster cinta yang penuh bertabur emosi, tentang seseorang yang pernah menghabiskan hidupnya dengan terus berlari. Pernahkah kau membaca kisahnya, Bay…? Jika tidak salah, yang bertitel Dunia Aneh Si Bayangan jilid 1…”
Bay mengangguk. Tentu saja dia tahu! Sebab dia adalah pemeran utama di kisah cinta yang pedih itu, dengan sosok Mulan sebagai lawan mainnya, yang pernah diposting di Kompasiana pada masa-masa awal.