“SIAPA YANG KEBAKARAN JENGGOT DAN LANGSUNG MENGADAKAN RAPAATTTT…!!!” raung Rhino langsung menghantam Paman Bay dengan rangkaian jurus Tak Jadi Masuk Hotel Prodeo Sambil Pura-Pura Marah, yang disusul dengan sapuan Beking Yang Kuat Amat Bermanfaat Pada Masa Darurat.
Wuutt…!
Secepat kilat Paman Bay menghindar dengan gerakan Lenggang Jakarta Semakin Kedaluarsa.
Tapi agaknya gerakan itu memang benar-benar sudah kedaluarsa sesuai dengan namanya. Kecepatannya kalah setindak dari tangan hitam yang datang menggempur.
Sret! Sret!
Paman Bay mengeluh tertahan. Punggung lengannya tercabik dan langsung hangus terserempet pukulan Rhino, membuatnya berpusing satu kali sebelum akhirnya terdagar-dagar ke belakang. Jubah hitamnya koyak dan tercerabut tak karuan, dengan luka pedih yang anehnya membawa serta sejenis perasaan malu yang menjalar dari mulut luka.
“Tujuh Pukulan Korupsi Penuh Bisa…!” desis Paman Bay dengan penuh kaget. “Sejak kapan Si Rhino menguasai jurus-jurus keji Kitab Senayan Memalukan yang kabarnya warisan VOC itu?” pikir Paman Bay.
Tapi Paman Bay tak sempat berpikir lama, karena kembali Rhino menghantam dengan jurus Iklan Besar-besaran Semua Pasti Beres yang tak kalah keji dari jurus sebelumnya.
Tak sempat mengelak, Paman Bay langsung menghirup napas dua kali dua sama dengan empat (kenapa jadi kayak anak SD yah?) dan menyongsong hantaman Rhino dengan gagah berani.
“Tapak Kerinduan Yang Memuncraaattt…! Hiyaaaatttt…!!!”
Dess…! Dess…!