“Tidak… tidak… aku masih tak paham tentang apapun…”
Kembali Kelvin dan Sri Subekti bertabik, untuk kemudian menceritakan kejadian menghilangnya salah satu leluhur partai setelah ontran-ontran yang amat menggemparkan itu.
“Demikianlah Kokoh, setelah Kokoh berkelana dengan ci-hu Febri dan menggegerkan Rt persilatan dengan jurus Belati Hawa Nafsu, sejak itulah tak ada lagi angkatan kami yang mampu melatih ilmu tersebut. Bahkan kiamhoat jurus Sajak Sikil Papat pun tak pernah berhasil kami selami karena maknanya yang terlalu dalam…” terang Kelvin seraya langsung melantunkan kiamhoat berbentuk tembang tersebut dengan amat lantang dan berirama.
Bapak pucung…
Sikil papaaat… nganggo kuukuuuu…
Buuntuuuut nglewer doowooo
Gaweaneee tungguuu pariii
Tikus tekooo… ditubruk mati sekolooo…
“Dan kiamhoat lanjutannya semakin membuat kami bingung memaknainya, Kokoh,” lanjut Kelvin, yang lalu kembali menembang.