Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Susahnya Pacaran dalam Islam

14 Juli 2015   03:50 Diperbarui: 14 Juli 2015   03:50 1779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga akhirnya, dengan sangat tidak bahagia saya beri Mulan kado ultah terindah yang paling membuatnya bahagia: Ketidak bersamaan kami. Hanya demi menghilangkan ‘dosa’ yang Mulan derita jika kami terus bersama, yang tak lama setelahnya saya tinggalkan semua ‘cetak biru’ yang pernah kami rangkai berdua.

Demi hidup yang lebih baik, kata Mulan dulu.

Demi hidup yang terus bisa bersama Mulan, ucap saya dalam waktu yang senada.

Karena saya memang tidak pernah peduli harus seperti apa hidup yang lebih baik itu. Karena saya memang cuma tahu satu hal, bahwa hidup yang lebih baik adalah semua jenis kehidupan apapun di manapun dan bagaimanapun: Selama ada Mulan di samping saya!

Setelah itu, Mulan pergi. Dia bilang, dia sedang mencari Tuhan, yang tanpa dia sadari bahwa Tuhan yang saya punya turut pula pergi bersamanya. (Situasi yang lebih nyata dan lengkap saya tulis dalam bentuk cerpen, yang dapat dibaca pada link ini.)

Tapi bahkan dengan segala ‘tragedi’ itu, Mulan tetap saja tak pernah melepas saya, dan menciptakan bingung yang terus menggunung tanpa ujung waktu ke waktu.

Mulan menghindari hubungan dengan saya, namun dia juga tak rela jika saya tak lagi cinta kepadanya, dan tak pernah bisa untuk membiarkan saya mengalihkan perasaan tersebut kepada yang lain. Juga kepada Na, atau Na-Na yang lain setelah Na.

“Benar-benar sebuah pengharaman pacaran yang amat shahih...!!!” rutuk saya dengan kebencian yang melangit. Terutama setelah mengetahui alangkah lamanya saya terkubur dalam ilusi ‘mempunyai tapi tak memiliki’ tersebut, yang tidak hanya membuat agama dan keimanan saya centang-perenang, melainkan juga menjadikan hidup yang saya jalani jauh lebih berkelok serta memiliki begitu banyak simpangan, yang bahkan mungkin lebih berbelit dari labirin atau ular tangga: Dengan setan yang menjadi dadunya... setelah sebelumnya berpura-pura menjelma malaikat atau nabi juga dewa!

 

Pertemanan, sebuah petualangan pembelajaran yang amat menyenangkan.

Setelah ‘Na yang nyaman’, saya masih punya Na yang lainnya lagi. Dan ini mungkin satu-satunya wanita yang bukan ‘orang dekat’ saya namun berani nyasar ke kolom ini, yang membuktikan bahwa dia memang punya ‘kelas’, atau setidaknya memiliki sesuatu yang barangkali pantas untuk dicermati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun