Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Susahnya Pacaran dalam Islam

14 Juli 2015   03:50 Diperbarui: 14 Juli 2015   03:50 1779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tergiurkah saya? Beberapa kali giur itu menghampiri saat kejadiannya. Mengapa tidak? Mereka terlihat cukup menarik. Namun logika dan terutama sekali: Dogma, berulang kali menjadi penyelamat saya. Penyelamat yang menyeret dengan amat enggan dan lamban untuk saya keluar dan meninggalkan mereka, setelah sebelumnya tak lupa saya beri mereka sesuatu yang khas: Nyengir bego saya!

Dan saya semakin tidak habis pikir lagi, waktu tahu betapa lamanya seorang wanita sanggup untuk menyimpan perasaan. Karena, entah kenapa, selalu saja saya berjumpa ulang dengan mereka banyak tahun sesudahnya, dengan tetap merasa gugup juga risih akan perasaan yang mereka refleksikan. Bahkan saya pernah tercengang mendengar pengakuan seseorang, yang menyimpan perasaan cintanya selama lebih dari 40 kali panen jagung, sejak pertama kali bertemu, tanpa saya sedikitpun mengetahuinya. Alangkah anehnya...!!!

 

Detoksifikasi jelaga cinta yang paling menyenangkan.

Dengan semua ‘keajaiban’ tersebut, bukan berarti saya tak pernah tertarik pada wanita. Beberapa dari mereka justru meninggalkan kesan yang teramat mendalam di relung hati, yang jelas tak akan pernah bisa untuk saya abaikan begitu saja seumur hidup.

Mereka pacar-pacar lo, Bay...?

Dengan tegas saya menjawab: Bukan. Dan dengan ketegasan yang sama pula saya yakinkan bahwa mereka, sekedar teman buat saya. Hanya saja sebuah dialog yang diucapkan cewek cepak bergaya imo dalam FTV ‘I Know What You Did Last Summer on Facebook’ menggoyahkan ketegasan barusan.

“Teman enggak ciuman... Teman enggak ML, Jing...!” begitu dialog si rambut cepak tadi, yang langsung membuat saya mutung dan menjadi banyak termenung-menung.

Beberapa murid besar saya jelas tak masuk hitungan, walau dengan semua gaya kenes yang memang milik dunia mereka. Juga L’es dari Peternakan IPB, karena saya cuma pernah ‘kagum sekilas’ dengan kemanisan wajah yang dia punya. Atau beberapa cewek manis UI dari tingkat yang berbeda, yang saya benar-benar enggak ngeh banget akan respect mereka yang begitu tinggi terhadap saya waktu itu. Pun sobat-sobit cantik dari LP3I, Al-Azhar dan Gunadarma, yang masih kerap membuat saya tersenyum sendiri saat tengah mengingat mereka.

Tapi teman wanita yang paling saya hormati melebihi siapapun mungkin cuma Wida, Si Borju dari Kedokteran Yarsi, dengan berbagai hal dan alasan yang sayangnya tidak bisa saya kemukakan dalam tulisan ini. Yang jelas, itulah pertama kalinya saya begitu minder dan amat mindik-mindik dalam pergaulan dengan wanita.

Mungkin karena status saya yang saat itu pengangguran tidak jelas, atau bisa juga buah aura yang dia punya, yang membuat saya jadi sekecil kutu waktu berinteraksi bersamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun