Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Utopia, Ethiopia, Indonesia

4 Juli 2015   20:46 Diperbarui: 4 Juli 2015   20:46 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Negeri yang terluka.

Bilakah negeri ini bermetamorfosa?

Menjadi negeri mercusuar bagi cahaya Ilahi,

menjadi cahaya di Timur,

tempat kami semua… berpijar.

 

Kutatapi lagi satu demi satu ‘prasasti dinding’ yang tak beraturan itu. Alangkah banyaknya jubah yang tergantung di sana! Jubah yang terangkai dari benang-benang hidup yang sarat dengan emosi. Jubah yang penuh dengan warna; kesedihan, asa, kejujuran dan warna-warna lainnya yang belum sempat diberi nama oleh manusia. Alangkah ramainya hidup! Berapa kamar lagikah yang kubutuhkan untuk menulisi sisa hidupku? Bahkan hari inipun aku telah menyiapkan lagi sebuah goresan baru: Duka.

Jika saja emosi dan benda tak perlu diberi nama, tentulah aku tak akan bersusah-susah lagi membuat daftar baru untuk mereka. Daftar baru untuk bocah-bocah belasan tahun yang –dengan terpaksa- merelakan tubuhnya, hanya demi sesuap nasi. Daftar baru untuk mereka yang terdampar nasib di kolong jembatan, di emper-emper swalayan yang gemerlap, atau untuk mereka yang tak tahu lagi harus berbuat apa hingga malam-malam yang mengalir, hanya dipenuhi dengan gambar-gambar tentang rumah… yang akan mereka curi! Tapi, benarkah sebuah daftar cukup berarti buat mereka?

***

Hari ini aku merasa begitu letih. Jiwaku kembali terdampar.

Hari ini, kenyataan kembali memberiku nama: Pemakluman. Begitu populernya kata-kata itu hingga aku dapat dengan mudah menemuinya di manapun. Di dusun, di kota, di tempat sampah, di selokan-selokan, bahkan dalam saku-saku mewah jas para pemimpin negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun