Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Utopia, Ethiopia, Indonesia

4 Juli 2015   20:46 Diperbarui: 4 Juli 2015   20:46 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Juga ketika mereka bertanya tentang iuran dan pendaftaran. Semua jawab kami membeku, dalam senyum yang bingung.

Kompleks pendidikan itu begitu luas dan rapi. Bersahaja. Tak ada yang menyangka bahwa pendopo-pendopo itu, dibangun tanpa memungut sepeserpun uang gedung dari siswa. Bahkan biaya pendidikannyapun, walau tidak gratis, hanya sekedarnya. Sekedar pengganti buku dan paket yang digunakan. Tapi bukan berarti kesejahteraan guru dan pengurusnya menjadi sangat minim. Sulapkah? Ternyata bukan. Kepercayaanlah jawabnya. Juga keajaiban dunia virtual.

Matahari bersinar semakin terik, seakan-akan ingin mencurahkan semua pijar yang ia miliki. Sayup-sayup terdengar suara pengajar dari pendopo hijau, menerangkan tentang bazaar dan pembentukan kios majalah sebagai wahana memperoleh informasi secara gratis. Sementara pada pendopo kuning terlihat banyak sekali kesibukan. Ada yang membuat layang-layang, kartu bergambar, pigura, juga makanan ringan dan ‘es kebo’. Beberapa siswa terlihat menyerahkan kaligrafi dan ‘lukisan’ abstrak di atas kaos oblong kepada pengajar.

Kulangkahkan kaki menuju pendopo biru. Hari ini salah satu pengajar tidak masuk.

Setelah berdoa bersama, kunyalakan OHP dan sebuah transparansi kuletakkan di atasnya.

“Ini namanya huruf alif, anak-anak. Bentuknya lurus, seperti menara masjid, seperti tiang listrik…”

Dan tunas-tunas muda itu terlihat begitu antusias, mendengarkan penjelasan tentang bentuk-bentuk dasar kecakapan manusia. Senyum dan tawa sesekali keluar dari mulut-mulut kecil mereka. Sementara tangan-tangan mungil mereka terlihat begitu sibuk, mencorat-coret sesuatu pada buku. Sibuk merangkai cahaya…

 

Thorn Village-02

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun