Alangkah rumitnya cinta!
Sudah tiga hari ini ia memikirkannya, namun cinta tetap mengunci maknanya rapat-rapat. Segala kenangan telah ia hamparkan, juga segala kesan. Tapi tak satupun pemahaman baru yang ia peroleh.
Ia memang tahu bahwa cintanya kepada Dahlia begitu besar. Tapi ia juga tahu bahwa Allah lebih mencintai Dahlia. Dan dengan cinta itu, Dahlia mensucikan lagi cintanya hingga menjadi cinta kepada –Nya. Dan ia? Apakah ini adalah teguran untuknya? Karena ia telah mencuri milik –Nya… tanpa ‘perdagangan’ yang sah? Ataukah memang selalu begini, akhir dari fitrah yang terefleksi secara salah?
Sampai di sini ceritanya berhenti. Sebuah beban kembali terhambur dari napasnya. Keras. Berat. Sebelum akhirnya ia berrsuara lagi.
“Itulah terakhir kalinya aku melihat Rado, setelah sore harinya ia berpamitan kepadaku.”
“Apakah ia bilang hendak kemana?” tanyaku cepat, penasaran.
Lelaki tua itu menggeleng pelan. “Ia hanya bilang ingin mencari sesuatu. Ia hanya bilang tak ingin terjebak dalam lingkaran tanpa akhir.”
Ada haru ada gembira aku mendengar ucapannya. Ternyata Rado tak lantas ‘terkubur’.
Dalam sebuah buku Islam pernah kubaca, bahwa ketika usia seseorang telah genap lima belas tahun, maka genap pulalah segala hormon dan kelengkapan tubuhnya. Barangkali itu salah satu faktor yang memicu ‘Tragedi Rado’, selain faktor media informasi dan yang lainnya, tentu saja. Bukankah film- film sejenis Gita Cinta Dari SMU begitu merebak? Begitu booming hingga menginspirasi lahirnya gita-gita baru dari SMU, yang hanya mengandalkan cinta sebagai ‘titik pusat’ nya? Alangkah naifnya…
Dalam hati aku merasa simpati kepada Rado. Aku memang belum pernah merasakan cinta. Kalau tawuran pernah, ketika aku masih duduk di bangku STM. Tapi dari yang pernah kudengar, seseorang akan sangat sukar untuk lepas dari cinta yang menjeratnya. Dan ketika cinta itu kandas, segala yang indah-indah seketika menjelma kenangan yang begitu buruk, yang melahirkan khayal-khayal kengerian yang terus mendera.
Tapi Rado justru berbeda. Dengan gagahnya ia bertahan, mencoba melepaskan diri dari segala belenggu yang coba membuatnya tak berdaya, walau dengan segala keterpurukan yang ia rasakan.