Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Terbaik Menipu Tuhan

3 Juli 2015   21:11 Diperbarui: 3 Juli 2015   21:11 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Seperti mencangking anak kucing tengkuk saya dicengkeram, dicecoki dengan segala ramuan ini dan itu tentang teknologi dasar berjejaring sosial, serta sejumput besar wanti-wanti untuk tak begitu serta begini, yang sayangnya kurang saya dengar dengan jelas sebab ada sesuatu yang jauh lebih menggairahkan buat saya waktu itu.

ah, teknologi ini! jejaring ini!

alangkah akrabnya dengan duniaku yang dulu itu...!

dengan duniaku yang terakhir kali

beberapa waktu sebelum hidup merampasnya dan menyisakan melulu cuma debu...

Saya tahu semuanya! Ucap saya deja vu dari masa dan tulisan yang dulu itu. Sebab saya memang nyaris tahu tentang semua hal.

 Lebih dari sepuluh tahun saya bersama tim aneh multi disiplin sosial mencetak lulusan paling kontroversial di dunia Pendidikan Anak Usia Dini, dengan segala macam TIU, TIK, SAP serta banyak lagi bahasa pendidikan lainnya yang saya terapkan, yang jelas-jelas amat tak umum seperti yang saya kutif dalam paragraf pembuka posting ini.

Ilegalkah yang saya lakukan mengingat tahap pencapaiannya yang melangit tinggi? Saya menjawabnya hanya dengan tersenyum, plus setumpuk berkas legatitas pendidikan formal lengkap dengan badan hukum serta sederet kutipan lainnya tentang kurikulum berciri khas yang memang cukup sakti untuk meladeni UU Sisdiknas yang manapun. Bahkan saya melakukannya tepat di depan hidung kantor Kasi Pendidikan setempat…!!!

 Dengan waktu yang relatif tak berbeda pula saya jalani semua prototipe bisnis ajaib yang telah saya jelaskan di atas itu, yang –sekali lagi- tak ada yang berani untuk menyatakan kelegalan dan atau keinformalannya.

Lantas bagaimana dengan peluang-peluang lain yang ada disekeliling kita?

Kembali saya terkekeh-kekeh layaknya figur aki-aki tua yang masih itu-itu juga, yang terlihat mabuk karena terlalu banyak menghirup nikmat teh tubruk, dengan janggut khayal sepanjang dengkul yang saling angguk kian kemari layaknya jentrat-jentrit penari jaipong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun