Meski ada stigma sosial terhadap industri JAV, banyak bintang yang tetap diterima di dunia hiburan mainstream Jepang. Hal ini menciptakan ilusi bahwa ketenaran dapat diraih dengan lebih mudah melalui industri ini, dibandingkan dengan meniti karier di jalur konvensional seperti modeling atau akting.
Namun, keputusan untuk mengejar popularitas melalui industri JAV bukan tanpa risiko. Emiri sendiri mengakui bahwa terlibat dalam industri ini memberikan tekanan emosional yang besar dan stigma sosial yang sulit dihapuskan. Depresi yang dialaminya sebelum memasuki industri sering kali menjadi lebih berat bagi banyak perempuan ketika mereka harus menghadapi realitas kehidupan di industri ini.
Keinginan untuk terkenal adalah salah satu alasan utama yang mendorong perempuan Jepang, seperti Emiri Okazaki dan Maria Ozawa, untuk menjadi bintang JAV. Industri ini menawarkan jalan pintas untuk mendapatkan popularitas dan pengakuan, tetapi datang dengan konsekuensi besar, baik secara emosional maupun sosial. Kisah Emiri menjadi pengingat bahwa keputusan seperti ini sering kali didasarkan pada situasi pribadi yang kompleks dan tekanan untuk memenuhi harapan masyarakat atau diri sendiri.
Penyesalan
Kisah Emiri Okazaki menggambarkan sisi emosional dan sosial yang penuh tantangan dari keputusannya terjun ke industri JAV. Meskipun awalnya ia merasa bahwa pilihannya adalah keputusan pribadi, Emiri tidak bisa menghindari perasaan bersalah yang mendalam, terutama terhadap keluarganya. Pengalaman ini menunjukkan bahwa dampak pekerjaan di industri JAV sering kali meluas ke hubungan keluarga, pasangan, dan kesehatan mental.
1. Konflik dengan Keluarga
Emiri mengungkapkan bahwa setelah memasuki dunia JAV, ia merasa bersalah terhadap orang tuanya meskipun menyadari bahwa ini adalah pilihannya sendiri. Ibunya sangat kecewa hingga:
a. Memutus hubungan komunikasi dengan Emiri selama enam bulan, termasuk memblokir panggilan teleponnya.
b. Merasa malu atas keputusan putrinya, yang menambah beban emosional bagi Emiri.
Masalah keluarga ini berdampak besar pada kondisi mentalnya, menyebabkan stres yang lebih parah daripada tekanan dari pekerjaannya sendiri. Namun, ada momen rekonsiliasi yang mengubah hubungan mereka. Ketika ibunya akhirnya menelepon, ia berkata, "Saya tidak akan pernah memahami karir Anda atau mendukung Anda. Tapi Anda adalah putri saya, dan itu tidak akan pernah berubah." Pernyataan ini membuka jalan untuk hubungan yang lebih baik meskipun tetap ada jarak emosional mengenai pilihan karier Emiri.
2. Konflik dengan Pasangan