Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Resolusi Jihad: Semangat Perjuangan Santri dalam Sejarah dan Penetapan Hari Santri 22 Oktober

22 Oktober 2024   07:15 Diperbarui: 22 Oktober 2024   07:25 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Dok. Kemenag RI)/detik.com

Pendahuluan

Hari Santri Nasional, yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober, memiliki makna sejarah yang mendalam bagi bangsa Indonesia, khususnya kalangan santri dan ulama. Tanggal ini merujuk pada peristiwa bersejarah tahun 1945, ketika KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), mengeluarkan Resolusi Jihad sebagai seruan bagi rakyat, terutama santri dan ulama, untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru diproklamasikan. Seruan ini menggugah semangat jihad dalam mempertahankan tanah air dari ancaman kolonialisme yang ingin kembali menguasai Indonesia.

Pengaruh besar dari Resolusi Jihad ini menjadikannya momen penting dalam perjalanan sejarah bangsa, terutama dalam konteks peran santri dan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan. Pemerintah Indonesia, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015, mengabadikan tanggal ini sebagai Hari Santri Nasional, sebagai bentuk penghormatan dan pengingat akan kontribusi besar santri dalam perjuangan kemerdekaan.

Naskah Resolusi Jihad 22 Oktober 1945

Bismillahirrahmanirrahim

Resolusi

Rapat besar wakil-wakil daerah (Konsul-konsul) Perhimpunan Nahdlatul Ulama seluruh Jawa-Madura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaya.

Mendengar:

Bahwa di tiap-tiap daerah di seluruh Jawa-Madura ternyata betapa besarnya hasrat umat Islam dan Alim ulama di tempatnya masing-masing untuk mempertahankan dan menegakkan AGAMA, KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MERDEKA.

Menimbang:

a. Bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum AGAMA ISLAM, termasuk sebagai suatu kewajiban bagi tiap-tiap orang Islam

b. Bahwa di Indonesia ini warga Negaranya adalah sebagian besar terdiri dari Umat Islam.

Mengingat:

a. Bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dan Jepang yang datang dan berada di sini telah banyak sekali dijalankan banyak kejahatan dan kekejaman yang mengganggu ketenteraman umum.

b. Bahwa semua yang dilakukan oleh semua mereka itu dengan maksud melanggar Kedaulatan Republik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali menjajah di sini, maka di beberapa tempat telah terjadi pertempuran yang mengorbankan beberapa banyak jiwa manusia.

c. Bahwa pertempuran-pertempuran itu sebagian besar telah dilakukan umat Islam yang merasa wajib menurut hukum agamanya untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanya.

d. Bahwa di dalam menghadapi sekalian kejadian-kejadian itu belum mendapat perintah dan tuntutan yang nyata dari Pemerintah Republik Indonesia yang sesuai dengan kejadian-kejadian tersebut.

Memutuskan:

1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan kemerdekaan Agama dan Negara Indonesia, terutama terhadap pihak Belanda dan kaki tangan.

2. Supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat "sabilillah" untuk tegaknya Negara Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.

Surabaya, 22 Oktober 1945

NAHDLATUL ULAMA

Penjelasan Resolusi Jihad 22 Oktober 1945

Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) pada 22 Oktober 1945 di Surabaya merupakan sebuah seruan yang sangat penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Resolusi ini muncul dari hasil rapat besar wakil-wakil daerah (konsul) NU se-Jawa dan Madura yang berlangsung pada 21-22 Oktober 1945. Dalam rapat tersebut, para ulama dan santri merespon ancaman nyata dari Belanda (melalui NICA) dan Jepang yang berusaha untuk mengganggu kedaulatan Indonesia yang baru saja diproklamasikan. Berikut adalah elemen-elemen penting dari resolusi tersebut:

1. Mendengar

Para ulama mencatat bahwa hasrat masyarakat Muslim, terutama di Jawa dan Madura, sangat besar untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang baru berdiri. Mereka merasa terpanggil secara agama untuk membela negara dan agama dari ancaman penjajahan.

2. Menimbang

Ada dua alasan utama yang dipertimbangkan dalam Resolusi Jihad ini:

a. Kewajiban Agama

Menurut hukum Islam, mempertahankan kedaulatan negara adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Oleh karena itu, perjuangan mempertahankan kemerdekaan dianggap sebagai bagian dari kewajiban agama.

b. Mayoritas Umat Islam

Sebagian besar penduduk Indonesia adalah Muslim, sehingga mereka memiliki peran penting dalam menjaga kedaulatan negara dan agama.

3. Mengingat

Para ulama mengingat kejahatan dan kekejaman yang dilakukan oleh Belanda (NICA) dan Jepang di Indonesia, yang menyebabkan ketidakstabilan dan gangguan terhadap kedaulatan negara. Mereka juga menyadari bahwa banyak pertempuran yang telah terjadi, di mana umat Islam menjadi bagian utama yang berjuang karena mereka merasa berkewajiban membela kemerdekaan dan agama.

Selain itu, pada saat itu pemerintah Republik Indonesia belum memberikan arahan atau tindakan yang jelas dalam menghadapi ancaman tersebut. Oleh sebab itu, ulama merasa perlu mengeluarkan seruan untuk melanjutkan perjuangan.

4. Keputusan

Resolusi ini menghasilkan dua keputusan penting:

a. Memohon sikap tegas pemerintah

Para ulama meminta pemerintah Republik Indonesia untuk menentukan sikap yang tegas dan nyata dalam menghadapi ancaman dari Belanda dan Jepang yang ingin menjajah kembali.

b. Perintah melanjutkan perjuangan

Resolusi ini menyerukan agar umat Islam melanjutkan perjuangan bersifat "sabilillah" atau perjuangan di jalan Allah, untuk menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia dan mempertahankan agama Islam.

Makna Resolusi Jihad

Resolusi Jihad menjadi salah satu pemicu penting dalam Pertempuran Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945. Fatwa dari KH Hasyim Asy'ari yang tertuang dalam Resolusi Jihad ini memberikan dasar religius kepada santri, ulama, dan masyarakat Muslim lainnya untuk terjun dalam medan perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ini menegaskan bahwa perjuangan mempertahankan kedaulatan negara dianggap sebagai bentuk jihad fisabilillah, yang dalam konteks ini berarti perjuangan suci membela tanah air dan agama.

Keberanian dan tekad yang lahir dari resolusi ini menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia, dan itulah sebabnya pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015. Hari ini menjadi simbol penghormatan kepada peran santri dan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Gagasan Penetapan Hari Santri

Gagasan untuk menetapkan Hari Santri Nasional muncul dalam konteks kampanye Pemilihan Umum Presiden pada tahun 2014, ketika Joko Widodo (Jokowi) mencalonkan diri sebagai presiden. Pada tanggal 27 Juni 2014, Jokowi mengunjungi Pondok Pesantren Babussalam di Banjarejo, Malang, Jawa Timur. Dalam kunjungannya, KH Thoriq Darwis, seorang tokoh pesantren, mengemukakan ide untuk menetapkan Hari Santri. Ia meminta agar tanggal 1 Muharram dijadikan sebagai Hari Santri Nasional.

1. Latar Belakang Gagasan Penetapan Hari Santri

a. Kampanye Pemilu 2014

Pada tahun 2014, Indonesia sedang memasuki masa kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden. Joko Widodo (Jokowi) mencalonkan diri sebagai presiden dan menjadi salah satu kandidat yang paling populer, terutama di kalangan masyarakat Muslim. Dalam konteks ini, kunjungan Jokowi ke pesantren merupakan strategi penting untuk mendekati basis pemilih yang berlandaskan agama. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki pengaruh besar di kalangan umat Islam, menjadi tempat yang ideal untuk menjalin komunikasi dan mendengarkan aspirasi santri serta ulama.

Melalui kunjungan ini, Jokowi tidak hanya ingin memperkenalkan dirinya kepada komunitas Muslim, tetapi juga menunjukkan komitmennya untuk memperhatikan kepentingan mereka. Kunjungan ke pesantren ini menjadi simbol bahwa Jokowi menghargai tradisi keagamaan dan siap mendukung program-program yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat Muslim.

b. Ide dari Tokoh Pesantren

Gagasan untuk menetapkan Hari Santri berasal dari KH Thoriq Darwis, seorang tokoh di Pondok Pesantren Babussalam di Banjarejo, Malang, Jawa Timur. Dalam pertemuannya dengan Jokowi, KH Thoriq Darwis menyampaikan harapannya agar negara menetapkan Hari Santri sebagai bentuk penghormatan terhadap kontribusi santri dan ulama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ide ini mencerminkan pengakuan akan peran penting santri dalam sejarah bangsa, terutama dalam konteks perjuangan melawan penjajahan. Santri tidak hanya berfungsi sebagai pelajar agama, tetapi juga sebagai pejuang yang berkontribusi langsung dalam mempertahankan kemerdekaan. Permintaan KH Thoriq Darwis ini merupakan refleksi dari keinginan masyarakat Muslim agar identitas dan peran mereka diakui dalam narasi sejarah bangsa.

2. Respon Jokowi  
Jokowi merespons gagasan tersebut dengan sangat positif. Dalam pernyataan yang ia sampaikan di hadapan para santri dan tokoh masyarakat, ia mengungkapkan dukungannya untuk menetapkan 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional. Pernyataannya, 

"Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirahim, saya mendukung 1 Muharram ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Pernyataan ini juga saya tandatangani," menunjukkan keseriusannya dalam mewujudkan ide tersebut.

Respon ini memiliki beberapa implikasi penting:

a. Komitmen Terhadap Umat Islam

Dukungan Jokowi terhadap penetapan Hari Santri mencerminkan komitmennya untuk mendengarkan dan memperhatikan aspirasi umat Islam di Indonesia. Ini menjadi sinyal positif bagi komunitas Muslim bahwa suara mereka akan diperhitungkan dalam kebijakan pemerintahan.

b. Pengakuan Resmi

Dengan menyatakan dukungan secara resmi, Jokowi menandai awal dari pengakuan resmi terhadap kontribusi santri dan ulama dalam sejarah perjuangan bangsa. Hal ini diharapkan akan membawa dampak positif dalam pengembangan kebijakan yang pro terhadap pendidikan Islam dan kesejahteraan umat.

c. Peningkatan Kesadaran Masyarakat

Pernyataan tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran santri dan ulama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hari Santri yang ditetapkan nantinya akan menjadi momentum untuk merayakan kontribusi mereka.

Secara keseluruhan, dukungan Jokowi terhadap gagasan ini menunjukkan bagaimana aspirasi dari kalangan santri dan ulama dapat berperan dalam membentuk kebijakan publik yang lebih inklusif dan berorientasi pada nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan.

3. Komitmen untuk Mewujudkan Hari Santri

Pernyataan dukungan Joko Widodo (Jokowi) terhadap penetapan Hari Santri Nasional menunjukkan komitmen yang kuat untuk mewujudkan gagasan ini setelah terpilih sebagai presiden. Komitmen ini memiliki beberapa dimensi penting:

a. Simbol Dukungan terhadap Kalangan Santri

Dengan menyatakan dukungannya secara terbuka di hadapan para santri dan tokoh masyarakat, Jokowi memberikan sinyal bahwa pemerintahan yang ia pimpin akan memberikan perhatian khusus kepada kalangan santri. Ini menjadi simbol pengakuan bahwa santri bukan hanya sebagai pelajar agama, tetapi juga sebagai bagian integral dari masyarakat yang berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Dukungan ini berpotensi untuk memperkuat hubungan antara pemerintah dan komunitas pesantren, yang selama ini memiliki pengaruh signifikan dalam kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat.

b. Pengakuan Terhadap Peran Santri dalam Sejarah

Penetapan Hari Santri sebagai bagian dari kebijakan pemerintahan juga berarti pengakuan resmi terhadap kontribusi santri dan ulama dalam sejarah perjuangan Indonesia. Ini sangat penting, mengingat peran mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan sering kali kurang terekspos dalam narasi sejarah nasional. Dengan merayakan Hari Santri, pemerintah membantu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya peran ini, serta mendorong generasi muda untuk menghargai dan melanjutkan warisan perjuangan tersebut.

c. Mendorong Kesadaran Sosial dan Keagamaan

Komitmen untuk mewujudkan Hari Santri juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai keagamaan, solidaritas, dan perjuangan kolektif. Melalui peringatan Hari Santri, diharapkan akan ada lebih banyak kegiatan yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kedaulatan negara dan berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Hal ini menciptakan peluang bagi santri dan ulama untuk terlibat dalam berbagai inisiatif sosial, politik, dan ekonomi yang berdampak positif.

d. Mewujudkan Kebijakan Pro-Santri

Komitmen Jokowi untuk mewujudkan Hari Santri juga mencerminkan keinginan untuk mengembangkan kebijakan yang lebih pro-santeri. Ini bisa mencakup peningkatan anggaran untuk pendidikan pesantren, dukungan terhadap program-program pemberdayaan ekonomi bagi santri, serta promosi nilai-nilai moderasi beragama. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan santri dapat berperan lebih aktif dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan toleran.

e. Memperkuat Identitas Nasional

Peringatan Hari Santri dapat memperkuat identitas nasional Indonesia sebagai negara dengan keragaman agama dan budaya. Dalam konteks ini, santri sebagai representasi umat Islam di Indonesia memiliki peran penting dalam membangun toleransi dan saling pengertian antarumat beragama. Dengan memperingati Hari Santri, pemerintah menunjukkan komitmennya untuk menjaga harmoni sosial dan merayakan keberagaman sebagai kekuatan bangsa.

Secara keseluruhan, komitmen Jokowi untuk mewujudkan Hari Santri mencerminkan pengakuan terhadap pentingnya peran santri dalam konteks kebangsaan dan keagamaan. Ini menjadi langkah strategis untuk memperkuat hubungan antara pemerintah dan komunitas santri, serta untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan menghargai sejarah perjuangan bangsa. Melalui penetapan Hari Santri, diharapkan santri dapat terus berkontribusi dalam upaya menjaga kemerdekaan, membangun peradaban, dan memperkuat identitas nasional Indonesia.

4. Signifikansi Penetapan Hari Santri

Penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 oleh Jokowi memiliki makna yang mendalam dan multi-dimensional. Signifikansi penetapan ini dapat dilihat dari beberapa aspek penting:

a. Penghormatan Terhadap Perjuangan Santri

Hari Santri Nasional diakui sebagai bentuk penghormatan yang nyata terhadap kontribusi santri dan ulama dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Dalam konteks sejarah, santri memiliki peran yang sangat vital, terutama dalam melawan penjajahan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Penetapan ini mengingatkan masyarakat akan dedikasi dan pengorbanan santri, yang seringkali tidak tercatat secara mencolok dalam narasi sejarah resmi. Melalui peringatan ini, diharapkan generasi muda dapat terinspirasi oleh nilai-nilai keberanian, pengorbanan, dan komitmen yang ditunjukkan oleh para santri pada masa lalu.

b. Peningkatan Kesadaran Sosial

Dengan penetapan Hari Santri, terdapat upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran santri dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di bidang keagamaan, sosial, dan politik. Hari Santri menjadi momen untuk menggugah masyarakat agar lebih memahami dan menghargai kontribusi santri, serta mengakui peran mereka dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Kegiatan yang diadakan dalam rangka memperingati Hari Santri, seperti seminar, diskusi, dan berbagai kegiatan sosial, juga dapat memberikan ruang bagi masyarakat untuk berdialog dan memahami tantangan yang dihadapi santri dalam konteks modern.

c. Memperkuat Identitas Islam

Peringatan Hari Santri juga berperan penting dalam memperkuat identitas Islam di Indonesia. Dengan diadakannya Hari Santri, masyarakat diajak untuk lebih mengenal dan menghargai nilai-nilai perjuangan yang dibawa oleh santri dalam menjaga kedaulatan dan identitas bangsa. Santri, sebagai bagian dari umat Islam, memiliki tanggung jawab untuk meneruskan tradisi perjuangan dan nilai-nilai keislaman yang moderat. Penetapan ini diharapkan dapat memfasilitasi dialog antaragama dan menjadikan santri sebagai contoh dalam menciptakan harmoni dan toleransi dalam masyarakat yang multikultural.

d. Pengakuan dan Pemberdayaan Komunitas Santri

Melalui penetapan Hari Santri, pemerintah memberikan pengakuan resmi terhadap komunitas santri dan peran mereka dalam pembangunan bangsa. Ini menjadi sinyal positif bagi santri dan pesantren bahwa kontribusi mereka dihargai. Selain itu, penetapan ini dapat mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan kesejahteraan pesantren dan santri melalui kebijakan yang mendukung pendidikan, pelatihan, dan pengembangan ekonomi di kalangan santri.

e. Membangun Harmoni Sosial

Dengan merayakan Hari Santri, diharapkan terjadi sinergi antara berbagai elemen masyarakat. Penetapan ini menciptakan ruang untuk merayakan keberagaman dan memperkuat persatuan dalam menghadapi tantangan global yang kompleks. Ini menjadi kesempatan bagi umat Islam dan komunitas lain untuk saling menghargai dan bekerja sama demi kebaikan bersama.

Secara keseluruhan, gagasan penetapan Hari Santri Nasional mencerminkan pengakuan terhadap peran santri dalam sejarah Indonesia serta komitmen pemerintah untuk menghormati dan merayakan warisan budaya dan perjuangan umat Islam di tanah air. Dengan adanya Hari Santri, diharapkan masyarakat lebih menghargai kontribusi santri, mendorong dialog antaragama, serta membangun kesadaran sosial yang lebih kuat dalam masyarakat yang beragam. Hari Santri tidak hanya menjadi perayaan, tetapi juga menjadi momentum untuk merenungkan dan mengaplikasikan nilai-nilai perjuangan santri dalam konteks kehidupan modern.

Makna Tema "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan" dalam Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Tahun 2024 menandai peringatan Hari Santri Nasional yang kesepuluh, dengan tema "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan." Tema ini memiliki makna yang dalam dan multifaset, yang relevan dengan konteks sejarah serta tantangan zaman yang dihadapi oleh santri saat ini. Berikut adalah penjelasan mengenai makna tema tersebut:

1. Melanjutkan Semangat Juang Para Santri Terdahulu

Tema ini menekankan pentingnya semangat juang para santri yang telah berjuang keras untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Semangat ini menjadi pondasi bagi generasi santri masa kini untuk terus berupaya meraih cita-cita bangsa. Dengan menghormati dan mengenang perjuangan santri terdahulu, para santri diharapkan dapat meresapi nilai-nilai keberanian, ketahanan, dan komitmen terhadap kemaslahatan masyarakat.

2. Relevansi dengan Zaman Sekarang

Di era modern ini, tantangan yang dihadapi santri tidak lagi berupa penjajahan fisik, tetapi lebih kepada tantangan sosial, ekonomi, dan teknologi. Santri dihadapkan pada perubahan cepat dalam berbagai aspek kehidupan, seperti globalisasi, perkembangan teknologi informasi, dan dinamika sosial yang kompleks. Dengan tema ini, para santri diajak untuk merenungkan bagaimana semangat juang yang sama dapat diterapkan dalam menghadapi tantangan zaman, sehingga mereka dapat beradaptasi dan berinovasi dalam konteks yang relevan.

3. Menaklukkan Tantangan Zaman

Menyambung juang berarti para santri harus siap untuk menghadapi tantangan baru yang muncul di depan mereka. Ini mencakup berbagai isu, seperti pendidikan yang berkualitas, pengentasan kemiskinan, dan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan. Dalam menghadapi tantangan ini, santri diharapkan tidak hanya menjadi penerus tradisi, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif dalam masyarakat. Mereka perlu berani mengambil langkah untuk menciptakan solusi dan berkontribusi pada pembangunan bangsa.

4. Motivasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Dengan memahami makna tema "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan" dengan baik, diharapkan para santri dapat termotivasi untuk melanjutkan semangat juang ini. Ini bukan hanya tentang merayakan sejarah, tetapi juga tentang mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih baik. Santri diajak untuk berkontribusi aktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik, melalui pendidikan, kewirausahaan, dan pengembangan karakter.

5. Penanaman Nilai-nilai Keislaman

Tema ini juga mengajak para santri untuk terus menanamkan nilai-nilai keislaman dalam setiap aspek kehidupan. Dalam menghadapi tantangan zaman, santri diharapkan tetap berpegang pada prinsip-prinsip moral dan etika yang diajarkan dalam Islam. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi individu yang sukses secara material, tetapi juga mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan sosial dan masyarakat.

Secara keseluruhan, tema "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan" dalam peringatan Hari Santri Nasional 2024 merupakan ajakan untuk melanjutkan semangat perjuangan santri terdahulu, sekaligus mendorong generasi santri masa kini untuk beradaptasi dan mengatasi tantangan zaman. Melalui pemahaman yang mendalam tentang tema ini, para santri diharapkan dapat menjadi pelopor perubahan dan kontribusi positif bagi Indonesia, sambil tetap menghormati warisan perjuangan yang telah ditinggalkan oleh pendahulu mereka. Dengan semangat yang menyala, santri akan siap menghadapi masa depan dan berkontribusi pada kemajuan bangsa.

Pesan untuk Hari Santri Nasional 2024

Selamat Hari Santri Nasional!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Di tahun 2024 ini, kita memperingati Hari Santri Nasional yang kesepuluh dengan tema "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan." Tema ini mengingatkan kita bahwa semangat juang para santri terdahulu, yang telah berkorban demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa, masih sangat relevan untuk kita bawa ke dalam konteks saat ini.

Mari kita renungkan bahwa tantangan yang kita hadapi saat ini berbeda, tetapi semangat dan tekad untuk berjuang demi kebaikan bangsa harus tetap berkobar. Kita sebagai santri bukan hanya penerus tradisi, tetapi juga agen perubahan yang mampu menaklukkan tantangan zaman.

Dengan semangat kebersamaan, mari kita tingkatkan kesadaran untuk terus belajar, berinovasi, dan berkontribusi pada masyarakat. Jadilah teladan dalam tindakan, dan teruslah berjuang untuk Indonesia yang lebih baik.

Selamat berjuang, semoga semangat juang ini menginspirasi kita semua untuk merengkuh masa depan yang lebih cerah!

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun