Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

FOMO: Ketakutan yang Membuat Kita Kehilangan Kehidupan Nyata

7 Oktober 2024   18:26 Diperbarui: 7 Oktober 2024   18:38 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

a. Tekanan Sosial dan Media Sosial

Media sosial memegang peran besar dalam memperkuat FOMO. Platform seperti Instagram atau TikTok sering menampilkan gaya hidup mewah, tren mode terbaru, gadget canggih, atau liburan eksklusif yang dilakukan oleh orang lain. Melihat postingan ini berulang kali membuat seseorang merasa bahwa mereka perlu mengikuti tren tersebut agar tidak tertinggal atau merasa terasing. Akibatnya, mereka terdorong untuk membeli barang-barang yang mungkin tidak mereka butuhkan, hanya untuk tetap terlihat up-to-date dan "in" di mata orang lain.

b. Keinginan untuk Diakui dan Diterima

Banyak orang yang merasa bahwa mengikuti tren adalah cara untuk mendapatkan pengakuan sosial. Mereka membeli barang-barang terbaru, seperti pakaian, gadget, atau produk kecantikan, dengan harapan bisa terlihat seperti orang-orang yang mereka idolakan atau teman-teman di lingkaran sosial mereka. Rasa takut bahwa mereka akan dianggap "tidak gaul" atau "tidak relevan" jika tidak mengikuti tren memaksa mereka untuk mengeluarkan uang lebih dari kemampuan finansial mereka. Ini bisa mencakup membeli ponsel terbaru, pakaian dari merek terkenal, atau bahkan mengikuti gaya hidup tertentu seperti sering makan di tempat-tempat mewah.

c. Pembenaran Diri

Salah satu aspek dari FOMO adalah kecenderungan untuk membenarkan pengeluaran yang sebenarnya tidak perlu. Seseorang mungkin meyakinkan dirinya bahwa membeli barang-barang tertentu adalah bentuk "investasi" sosial atau penting agar tidak ketinggalan zaman. Dalam banyak kasus, mereka menganggap bahwa pengeluaran ini adalah hal yang wajar untuk mendapatkan pengakuan sosial atau agar tetap diterima di komunitas tertentu. Namun, pembenaran ini sering kali menutupi kenyataan bahwa barang-barang tersebut sebenarnya tidak esensial dan hanya dibeli untuk mengejar kesan atau validasi dari orang lain.

d. Kecemasan Akan Kehilangan Peluang

FOMO membuat seseorang merasa bahwa mereka harus segera mengambil bagian dalam tren atau membeli produk tertentu sebelum kesempatan tersebut hilang. Misalnya, saat ada produk yang sedang viral, banyak orang yang merasa tertekan untuk segera membelinya agar tidak ketinggalan momen, meskipun barang tersebut tidak benar-benar penting dalam hidup mereka. Ini menyebabkan keputusan keuangan yang impulsif, di mana seseorang mengabaikan kondisi keuangan mereka demi mengejar tren sementara.

e. Akumulasi Utang dan Tekanan Finansial

Sayangnya, kebiasaan mengeluarkan uang melebihi kemampuan karena FOMO dapat menyebabkan akumulasi utang dan masalah finansial yang serius. Seseorang mungkin merasa terpaksa menggunakan kartu kredit atau meminjam uang untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak penting. Ini bisa memicu siklus berbahaya, di mana mereka terus-menerus terjebak dalam tekanan sosial dan finansial. Utang yang menumpuk akibat pengeluaran yang tidak terkontrol ini pada akhirnya bisa mengganggu kesejahteraan mental dan emosional mereka.

f. Ketidakpuasan Jangka Panjang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun