a. Tekanan Sosial dan Media Sosial
Media sosial memegang peran besar dalam memperkuat FOMO. Platform seperti Instagram atau TikTok sering menampilkan gaya hidup mewah, tren mode terbaru, gadget canggih, atau liburan eksklusif yang dilakukan oleh orang lain. Melihat postingan ini berulang kali membuat seseorang merasa bahwa mereka perlu mengikuti tren tersebut agar tidak tertinggal atau merasa terasing. Akibatnya, mereka terdorong untuk membeli barang-barang yang mungkin tidak mereka butuhkan, hanya untuk tetap terlihat up-to-date dan "in" di mata orang lain.
b. Keinginan untuk Diakui dan Diterima
Banyak orang yang merasa bahwa mengikuti tren adalah cara untuk mendapatkan pengakuan sosial. Mereka membeli barang-barang terbaru, seperti pakaian, gadget, atau produk kecantikan, dengan harapan bisa terlihat seperti orang-orang yang mereka idolakan atau teman-teman di lingkaran sosial mereka. Rasa takut bahwa mereka akan dianggap "tidak gaul" atau "tidak relevan" jika tidak mengikuti tren memaksa mereka untuk mengeluarkan uang lebih dari kemampuan finansial mereka. Ini bisa mencakup membeli ponsel terbaru, pakaian dari merek terkenal, atau bahkan mengikuti gaya hidup tertentu seperti sering makan di tempat-tempat mewah.
c. Pembenaran Diri
Salah satu aspek dari FOMO adalah kecenderungan untuk membenarkan pengeluaran yang sebenarnya tidak perlu. Seseorang mungkin meyakinkan dirinya bahwa membeli barang-barang tertentu adalah bentuk "investasi" sosial atau penting agar tidak ketinggalan zaman. Dalam banyak kasus, mereka menganggap bahwa pengeluaran ini adalah hal yang wajar untuk mendapatkan pengakuan sosial atau agar tetap diterima di komunitas tertentu. Namun, pembenaran ini sering kali menutupi kenyataan bahwa barang-barang tersebut sebenarnya tidak esensial dan hanya dibeli untuk mengejar kesan atau validasi dari orang lain.
d. Kecemasan Akan Kehilangan Peluang
FOMO membuat seseorang merasa bahwa mereka harus segera mengambil bagian dalam tren atau membeli produk tertentu sebelum kesempatan tersebut hilang. Misalnya, saat ada produk yang sedang viral, banyak orang yang merasa tertekan untuk segera membelinya agar tidak ketinggalan momen, meskipun barang tersebut tidak benar-benar penting dalam hidup mereka. Ini menyebabkan keputusan keuangan yang impulsif, di mana seseorang mengabaikan kondisi keuangan mereka demi mengejar tren sementara.
e. Akumulasi Utang dan Tekanan Finansial
Sayangnya, kebiasaan mengeluarkan uang melebihi kemampuan karena FOMO dapat menyebabkan akumulasi utang dan masalah finansial yang serius. Seseorang mungkin merasa terpaksa menggunakan kartu kredit atau meminjam uang untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak penting. Ini bisa memicu siklus berbahaya, di mana mereka terus-menerus terjebak dalam tekanan sosial dan finansial. Utang yang menumpuk akibat pengeluaran yang tidak terkontrol ini pada akhirnya bisa mengganggu kesejahteraan mental dan emosional mereka.
f. Ketidakpuasan Jangka Panjang