Arafah adalah hari kesembilan dalam bulan Zulhijah dalam kalender Islam, yang memiliki makna penting dalam praktik ibadah haji. Pada hari ini, umat Islam yang sedang menjalani ibadah haji berkumpul di Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf, salah satu rukun haji yang penting.
HariArafah sendiri adalah nama gunung di dekat Mekah, tempat Nabi Muhammad memberikan khutbah penting dalam perjalanan terakhirnya. Khutbah ini dikenal sebagai Khutbah Wada' (Khutbah Perpisahan), di mana Nabi menyampaikan pesan-pesan agama yang fundamental kepada umat Islam.
Bagi jemaah haji, waktu wukuf dimulai dari terbenamnya matahari pada tanggal 9 Zulhijah (waktu zhuhur) hingga terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah. Wukuf ini merupakan waktu yang sangat dianjurkan untuk berdoa, bertawaf, dan mengingat Allah dengan penuh khusyuk.
Bagi umat Islam yang tidak sedang menjalankan ibadah haji, disunahkan untuk melakukan Puasa Arafah pada tanggal 9 Zulhijah. Puasa ini memiliki keutamaan besar, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa-dosa selama dua tahun: satu tahun yang telah berlalu dan satu tahun yang akan datang.
Hadis ini menunjukkan betapa besar keutamaan puasa pada hari Arafah dalam Islam, karena di dalamnya terkandung ampunan dosa-dosa dan kesempatan untuk mendapatkan pahala besar dari Allah SWT.
Secara keseluruhan, Hari Arafah adalah hari yang memuliakan umat Islam yang berhaji, dengan wukuf di Arafah sebagai salah satu puncak ibadah haji yang menunjukkan kesatuan umat Muslim dalam menyembah Allah SWT. Bagi umat Islam yang tidak berhaji, melaksanakan puasa pada hari ini merupakan kesempatan untuk mendapatkan ampunan dan pahala yang besar.
Penamaan
Kata "Arafah" dalam kamus terjemahan berarti "mengetahui". Penamaan Arafah untuk gunung tersebut memiliki beberapa alasan yang mendalam dan bersejarah dalam tradisi Islam. Berikut penjelasan lengkap dan mendetail mengenai alasan-alasan tersebut:
1. Tempat Berkumpulnya Manusia untuk Saling Mengenal (Ta'aruf)
Gunung Arafah dikenal sebagai tempat di mana manusia berkumpul dalam jumlah besar selama ibadah haji. Dalam momen ini, para jamaah dari berbagai penjuru dunia saling bertemu dan mengenal satu sama lain. Proses pertemuan dan interaksi ini dikenal sebagai "ta'aruf", yang secara harfiah berarti "saling mengenal". Oleh karena itu, nama Arafah dikaitkan dengan aktivitas mengenal satu sama lain yang terjadi di tempat ini.
2. Pertemuan Nabi Adam dan Hawa
Salah satu cerita yang terkenal dalam tradisi Islam adalah bahwa Gunung Arafah merupakan tempat pertemuan kembali Nabi Adam dan Hawa setelah mereka diturunkan dari surga ke bumi. Setelah pencarian yang panjang, mereka akhirnya bertemu di Arafah. Pertemuan ini menjadi simbol pengetahuan dan pengakuan kembali satu sama lain setelah terpisah. Inilah salah satu alasan mengapa tempat ini dinamakan Arafah, yang berarti "mengetahui" atau "mengenal".
3. Wukuf di Arafah Sebagai Puncak Ibadah Haji
Selama ibadah haji, salah satu rukun yang paling penting adalah wukuf di Arafah. Pada hari Arafah, para jamaah haji menghabiskan waktu di Padang Arafah untuk berdoa dan merenung. Aktivitas ini juga melibatkan pengenalan diri yang mendalam, introspeksi, dan pengakuan akan keagungan Allah. Nama Arafah dalam konteks ini mencerminkan proses spiritual "mengetahui" diri sendiri dan mengenal kebesaran Allah SWT.
4. Makna Simbolis Pengetahuan dan Kesadaran
Secara lebih luas, Arafah juga memiliki makna simbolis sebagai tempat memperoleh pengetahuan dan kesadaran. Ketika jamaah berkumpul di Arafah, mereka didorong untuk merenungkan kehidupan mereka, mengakui dosa-dosa mereka, dan mencari ampunan dari Allah. Proses ini adalah bentuk pencapaian pengetahuan dan kesadaran spiritual yang mendalam.
Dengan demikian, nama Arafah tidak hanya mengandung arti "mengetahui" dalam kamus terjemahan, tetapi juga memiliki makna yang kaya dalam konteks sejarah, spiritual, dan sosial. Gunung Arafah menjadi simbol penting dalam tradisi Islam, tempat di mana pengetahuan, pengakuan, dan pertemuan memiliki arti yang sangat mendalam bagi umat Muslim.
Lokasi
Gunung Arafah adalah sebuah bukit granit yang terletak sekitar 20 km (12 mil) di tenggara Mekah, di dataran Arafah. Bukit ini mencapai ketinggian sekitar 70 meter (230 kaki) dan dikenal dengan sebutan "Gunung Kasih Sayang" atau dalam bahasa Arab disebut Jabal ar-Rahmah. Nama ini mencerminkan makna spiritual yang mendalam dan hubungan erat dengan momen-momen penting dalam sejarah Islam.
1. Lokasi dan Geografi
Gunung Arafah terletak di dataran Arafah, sebuah wilayah yang menjadi pusat perhatian umat Islam selama ibadah haji. Wilayah ini merupakan salah satu tempat paling suci dalam Islam, terutama karena keterkaitannya dengan berbagai peristiwa penting dalam sejarah agama ini.
2. Khutbah Perpisahan Nabi Muhammad saw
Menurut ajaran Islam, Gunung Arafah adalah tempat di mana Nabi Muhammad saw. berdiri dan menyampaikan khutbah perpisahan kepada para sahabat dan pengikutnya yang menemani beliau dalam ibadah haji terakhir. Khutbah ini dikenal sebagai Khutbah Wada', yang berarti Khutbah Perpisahan. Dalam khutbah tersebut, Nabi Muhammad saw. memberikan nasihat penting yang mencakup hak-hak asasi manusia, keadilan, dan persatuan umat Islam. Pesan-pesan dalam khutbah ini menjadi dasar penting bagi ajaran dan praktik Islam hingga hari ini.
3. Simbol Kasih Sayang
Gunung Arafah juga dikenal dengan sebutan "Gunung Kasih Sayang" atau Jabal ar-Rahmah. Nama ini mencerminkan kasih sayang Allah kepada umat manusia serta kasih sayang yang Nabi Muhammad saw. tunjukkan kepada para pengikutnya. Khutbah yang disampaikan di tempat ini penuh dengan pesan cinta, perdamaian, dan persatuan, menggarisbawahi pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan seorang Muslim.
4. Peranan dalam Ibadah Haji
Salah satu rukun haji yang paling penting adalah wukuf di Arafah. Pada hari Arafah, tanggal 9 Zulhijah, para jamaah haji berkumpul di dataran Arafah, termasuk di sekitar Gunung Arafah, untuk berdoa, berdzikir, dan memohon ampunan dari Allah. Momen wukuf ini adalah saat yang sangat khusyuk dan spiritual, di mana jamaah haji berusaha untuk mencapai kedekatan dengan Allah.
5. Peninggalan dan Warisan
Gunung Arafah tidak hanya menjadi saksi bisu dari khutbah perpisahan Nabi Muhammad saw., tetapi juga menjadi simbol warisan spiritual yang diturunkan dari generasi ke generasi. Tempat ini mengingatkan umat Islam akan pentingnya mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. dan menjaga nilai-nilai yang beliau sampaikan dalam khutbah terakhirnya.
Secara keseluruhan, Gunung Arafah adalah tempat yang sangat penting dalam tradisi dan sejarah Islam. Ketinggiannya yang mencapai 70 meter dan posisinya di dataran Arafah menjadikannya pusat perhatian selama ibadah haji. Sebagai "Gunung Kasih Sayang", tempat ini menyimpan banyak kenangan dan pesan-pesan spiritual yang terus dihayati oleh umat Islam di seluruh dunia.
Pelaksanaan
Pada tanggal 9 Zulhijah, sebelum waktu zuhur, jemaah haji tiba di Arafah, sebuah dataran tandus yang terletak sekitar 20 kilometer (12 mil) di timur Mekah. Di tempat ini, jemaah haji melakukan serangkaian ritual penting yang merupakan bagian dari ibadah haji.
1. Kedatangan dan Persiapan
Jemaah haji tiba di Arafah sebelum waktu zuhur, mempersiapkan diri untuk menjalani salah satu rukun haji yang paling utama, yaitu wukuf di Arafah. Arafah adalah dataran yang luas dan tandus, menjadi tempat berkumpulnya jutaan jemaah haji dari seluruh dunia.
2. Wuquf di Arafah
Wuquf, yang secara harfiah berarti "berdiri," adalah salah satu kegiatan haji yang paling penting. Selama wuquf, jemaah haji berdiri dalam keadaan kewaspadaan kontemplatif, berdoa, bertobat, dan menebus dosa-dosa masa lalu mereka. Mereka mencari belas kasih dan ampunan dari Allah SWT, dengan penuh kesungguhan dan kerendahan hati.
3. Doa dan Tobat
Dalam keadaan wuquf, jemaah haji memanfaatkan waktu ini untuk berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon ampunan atas dosa-dosa mereka, dan bertekad untuk memperbaiki diri. Momen ini dianggap sangat sakral dan penting dalam perjalanan spiritual seorang Muslim, karena diyakini bahwa doa-doa mereka pada hari ini sangat mustajab (dikabulkan).
4. Khotbah dari Imam
Salah satu bagian penting dari ritual di Arafah adalah mendengarkan khotbah dari imam yang disampaikan dari dekat Gunung Arafah. Khotbah ini berlangsung dari siang hingga matahari terbenam, memberikan nasihat dan pengajaran kepada jemaah haji tentang berbagai aspek keagamaan dan moral.
5. Salat di Masjid Namirah
Di Masjid Namirah, yang terletak di Arafah, jemaah haji melakukan salat Dhuhur dan Asar secara berjamaah pada tengah hari. Salat ini dilakukan dengan cara jama' (menggabungkan) dan qashar (mempersingkat) sebagai bagian dari keringanan yang diberikan dalam ibadah haji.
6. Sore Hari di Arafah
Haji seorang jemaah dianggap tidak sah jika dia tidak menghabiskan sore harinya di Arafah. Oleh karena itu, kehadiran dan ibadah di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah ini sangat penting dan menjadi penentu sah atau tidaknya pelaksanaan haji mereka. Jemaah haji tetap berada di Arafah hingga matahari terbenam, menghabiskan waktu tersebut dengan berdoa, berdzikir, dan merenung.
Secara keseluruhan, ritual di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah haji. Dengan berdiri di hadapan Allah dalam keadaan wuquf, jemaah haji mempersembahkan diri mereka dalam doa, tobat, dan pencarian ampunan. Kegiatan ini, yang mencakup doa, khotbah, dan salat bersama, adalah momen yang sangat khusyuk dan penuh makna, menggarisbawahi pentingnya Arafah sebagai salah satu tempat suci dalam Islam.
Shalat Arafah
Sebagaimana Husain bin Ali membacakan doa selama haji di Gunung Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah, umat Muslim Syiah melanjutkan tradisi ini dengan membaca Doa Arafah selama pelaksanaan haji. Doa ini dibacakan dari waktu sholat Dhuhur hingga matahari terbenam.
1. Sejarah Doa Arafah
Doa Arafah yang dibacakan oleh Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad saw., adalah salah satu doa yang paling terkenal dan sering dibacakan selama hari Arafah. Doa ini mengandung pujian, syukur, permohonan ampun, dan permintaan rahmat dari Allah SWT. Doa ini mencerminkan ketulusan hati dan kerendahan diri di hadapan Allah.
2. Praktik Doa Arafah oleh Muslim Syiah
Muslim Syiah secara khusus memperingati hari Arafah dengan membaca Doa Arafah, mengikuti tradisi yang diwariskan oleh Husain bin Ali. Mereka memulai pembacaan doa ini setelah sholat Dhuhur dan terus berdoa hingga matahari terbenam. Doa ini dibacakan dengan penuh khidmat dan kekhusyukan, mencerminkan penghayatan spiritual yang mendalam.
3. Hari Arafah sebagai Hari Salat
Hari Arafah juga disebut sebagai hari salat bagi mereka yang berdiri di atas Gunung Arafah. Bagi jemaah haji, hari ini adalah waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui doa, zikir, dan permohonan ampunan. Pengalaman spiritual di Gunung Arafah menjadi salah satu puncak ibadah haji.
4. Doa Arafah bagi yang Tidak Berhaji
Bagi mereka yang tidak dapat pergi ke Mekah, tradisi membaca Doa Arafah tetap dapat dilakukan di tempat-tempat suci lainnya, seperti masjid. Muslim di berbagai belahan dunia berkumpul di masjid-masjid untuk bersama-sama membaca Doa Arafah. Meskipun tidak berada di Arafah, mereka berusaha merasakan kedekatan spiritual dengan Allah dan memohon ampunan serta rahmat-Nya.
5. Makna Doa Arafah
Doa Arafah mengandung berbagai tema penting, seperti pengakuan akan kebesaran Allah, penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan, dan permohonan untuk bimbingan dan rahmat di masa depan. Doa ini juga mencerminkan rasa syukur dan pengabdian yang mendalam kepada Allah SWT.
Doa Arafah yang dibacakan oleh Husain bin Ali dan dilanjutkan oleh Muslim Syiah pada tanggal 9 Zulhijjah adalah tradisi yang sangat penting dalam Islam. Dengan membaca Doa Arafah dari waktu Dhuhur hingga matahari terbenam, umat Muslim Syiah merayakan hari Arafah dengan penuh kekhusyukan dan penghayatan spiritual. Bagi mereka yang tidak dapat hadir di Mekah, tradisi ini tetap dilaksanakan di tempat-tempat suci lainnya, memungkinkan mereka untuk merasakan keberkahan dan rahmat hari Arafah. Tradisi ini menunjukkan pentingnya doa dan salat dalam mendekatkan diri kepada Allah, terutama pada hari yang sangat mulia ini.
Puasa Arafah
Puasa pada hari Arafah adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak melaksanakan haji. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah mengungkapkan betapa besar keutamaan puasa pada hari ini. Berikut adalah penjelasan mendetail mengenai puasa Arafah, pandangan para ulama, dan alasan mengapa puasa ini dianjurkan serta perbedaan hukum antara jamaah haji dan non-jamaah:
1. Keutamaan Puasa Arafah
Pahala Menghapus Dosa Dua Tahun:
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah, Nabi Muhammad saw. bersabda:
"Puasa pada hari Arafah menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya." (H.R. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa puasa pada hari Arafah memiliki keutamaan luar biasa, yaitu penghapusan dosa selama dua tahun, yaitu satu tahun sebelum dan satu tahun setelah puasa. Ini menandakan betapa besarnya rahmat dan ampunan Allah pada hari tersebut.
2. Hukum dan Pandangan Ulama
a. Pandangan Imam As-Syafi'i
1) Bagi Non-Jamaah
Menurut Imam As-Syafi'i dan para pengikutnya, berpuasa pada hari Arafah bagi umat Islam yang tidak melaksanakan haji adalah mustahab (sunnah yang sangat dianjurkan). Ini tercantum dalam kitab al-Majmu' yang disusun oleh Imam An-Nawawi.
2) Bagi Jamaah Haji:
Dalam kitabnya Al-Mukhtasar, Imam As-Syafi'i menyatakan bahwa bagi jamaah haji, berpuasa pada hari Arafah adalah tidak disunnahkan. Bahkan, ini dianggap sebagai suatu keringanan dan rahmat bagi mereka. Puasa pada hari itu bisa menyulitkan mereka dalam menjalankan ibadah wukuf di Arafah, yang merupakan puncak dari ibadah haji.
b. Alasan Larangan Puasa untuk Jamaah Haji
1) Kenyamanan dan Kekuatan
Para ulama berpendapat bahwa puasa pada hari Arafah bisa membuat jamaah haji lemah dan kehilangan energi yang diperlukan untuk berdiri lama, berdoa, dan beribadah di Arafah. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. sendiri tidak berpuasa pada hari wukuf, untuk memastikan beliau dan para sahabatnya bisa fokus dan kuat dalam ibadah.
2) Kemudahan dan Rahmat
Larangan puasa bagi jamaah haji merupakan bentuk rahmat Allah agar mereka dapat melaksanakan ibadah dengan sempurna tanpa hambatan fisik. Puasa pada hari tersebut, meskipun sangat dianjurkan bagi non-jamaah, tidak disarankan bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji.
3. Praktik Puasa Arafah untuk Non-Jamaah
a. Waktu dan Tata Cara
Puasa Arafah dilakukan pada tanggal 9 Zulhijah, hari sebelum Idul Adha. Umat Islam yang tidak melaksanakan haji dianjurkan untuk berpuasa sepanjang hari, mulai dari fajar hingga maghrib.
b. Keutamaan dan Manfaat
Puasa ini tidak hanya memberikan pahala besar, tetapi juga menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah. Di samping itu, puasa ini merupakan bentuk taubat dan permohonan ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu.
c. Doa dan Zikir
Di hari Arafah, umat Islam yang berpuasa dianjurkan untuk memperbanyak doa, dzikir, dan memohon ampunan. Mereka dapat membaca doa Arafah, berzikir, dan berdoa secara pribadi atau berjamaah, di masjid, rumah, atau tempat ibadah lainnya.
Puasa pada hari Arafah merupakan ibadah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak melaksanakan haji. Hadis Nabi Muhammad saw. tentang keutamaan puasa pada hari ini menunjukkan betapa besar rahmat dan ampunan Allah. Sementara itu, bagi jamaah haji, tidak berpuasa pada hari Arafah adalah bentuk rahmat agar mereka dapat menjalankan ibadah dengan sempurna. Oleh karena itu, umat Islam di seluruh dunia, baik yang sedang melaksanakan haji maupun yang tidak, diundang untuk merayakan hari yang penuh berkah ini dengan penuh keimanan dan ketakwaan.
Dalam Hadis
1. Keutamaan Puasa pada Hari Arafah
Puasa pada hari Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar dalam ajaran Islam, terutama bagi umat Muslim yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Hal ini didasarkan pada beberapa hadis yang menunjukkan pahala dan manfaat spiritual dari puasa pada hari tersebut.
2. Hadis tentang Keutamaan Puasa Arafah
a. Hadis Riwayat Abu Qatada al-Ansari
Abu Qatada al-Ansari meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. pernah ditanya tentang puasa pada hari Arafah. Beliau menjawab:
"Puasa itu menghapus dosa satu tahun sebelum berpuasa dan satu tahun yang akan datang." (H.R. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun: satu tahun sebelum hari puasa dan satu tahun setelahnya. Ini menandakan betapa besar rahmat dan ampunan Allah SWT pada hari tersebut.
b. Hadis tentang Pembebasan dari Neraka
Dalam Shahih Muslim, diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi Muhammad saw. berkata:
"Tidak ada hari di mana Allah membebaskan lebih banyak orang dari neraka daripada hari Arafah. Dia mendekat dan mengungkapkan pemenuhan-Nya kepada para malaikat, mengatakan, 'Apa yang diinginkan orang-orang ini?'"
Hadis ini menegaskan bahwa hari Arafah adalah hari yang penuh berkah, di mana Allah SWT membebaskan banyak orang dari api neraka. Ini menunjukkan betapa pentingnya hari tersebut dalam mendapatkan rahmat dan ampunan Allah.
3. Praktik Puasa Arafah
a. Anjuran Puasa bagi Non-Jamaah Haji
Puasa pada hari Arafah sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Manfaat dari puasa ini adalah penghapusan dosa selama dua tahun, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Abu Qatada al-Ansari. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa pada hari ini sebagai bentuk ibadah dan upaya mendekatkan diri kepada Allah.
b. Tidak Disarankan untuk Jamaah Haji
Bagi mereka yang sedang melaksanakan haji dan berada di Arafah, tidak disarankan untuk berpuasa. Hal ini disebabkan karena puasa dapat menyebabkan kelelahan dan mengurangi energi yang dibutuhkan untuk menjalankan ibadah wukuf di Arafah. Dalam hal ini, Nabi Muhammad saw. tidak berpuasa saat beliau berada di Arafah, menunjukkan bahwa keutamaan wukuf lebih diutamakan daripada puasa pada hari tersebut bagi jamaah haji.
Puasa pada hari Arafah adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam, dengan pahala yang besar berupa penghapusan dosa. Bagi umat Islam yang tidak melaksanakan haji, puasa pada hari Arafah memberikan penghapusan dosa selama dua tahun, . Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatada al-Ansari dan Aisyah menekankan betapa besar rahmat dan ampunan Allah pada hari-hari tersebut, menjadikannya kesempatan emas bagi umat Islam untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hari Arafah: Keutamaan dan Maknanya dalam Islam
1. Hari Disempurnakannya Agama Islam dan Nikmat
Hari Arafah, yang jatuh pada tanggal 9 Zulhijah, adalah salah satu hari yang paling mulia dalam Islam. Pada hari ini, Allah SWT menyempurnakan agama Islam dan melimpahkan nikmat-Nya kepada umat Muslim. Hal ini disebutkan dalam firman Allah SWT:
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu." (QS. Al-Maidah: 3)
Ayat ini diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. saat beliau melaksanakan haji wada' (haji perpisahan) di Arafah, menandakan penyempurnaan ajaran Islam dan pemberian nikmat yang sempurna kepada umat Islam.
2. Hari 'Ied bagi Kaum Muslimin
Hari Arafah juga dianggap sebagai hari 'ied (perayaan) bagi kaum Muslimin. Meskipun tidak dirayakan dengan cara yang sama seperti Idul Fitri atau Idul Adha, hari Arafah tetap merupakan hari yang penuh kebahagiaan dan keberkahan bagi umat Islam. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab:
"Sesungguhnya hari itu adalah hari 'ied (perayaan) bagi kita." (H.R. Tirmidzi)
3. Keutamaan Puasa pada Hari Arafah
Puasa pada hari Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar. Nabi Muhammad saw. bersabda mengenai puasa pada hari ini:
"Puasa pada hari Arafah menghapus dosa satu tahun sebelum dan satu tahun setelahnya." (H.R. Muslim)
Puasa pada hari Arafah dianjurkan bagi mereka yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Dengan berpuasa pada hari ini, umat Islam dapat memperoleh pengampunan dosa selama dua tahun, yaitu satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Ini menunjukkan betapa besar rahmat dan ampunan Allah SWT yang diberikan pada hari Arafah.
4. Hari Pengampunan Dosa dan Pembebasan dari Siksa Neraka
Hari Arafah juga dikenal sebagai hari pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka. Nabi Muhammad saw. bersabda:
"Tidak ada hari di mana Allah membebaskan lebih banyak orang dari neraka daripada hari Arafah." (H.R. Muslim)
Pada hari ini, Allah SWT mendekatkan diri kepada para hamba-Nya yang berdoa dan memohon ampunan di Arafah. Allah mengungkapkan pemenuhan-Nya kepada para malaikat dan membebaskan banyak orang dari siksa neraka, menunjukkan betapa penting dan mulianya hari ini dalam memperoleh rahmat dan pengampunan.
Hari Arafah adalah salah satu hari yang paling mulia dalam Islam, ditandai dengan penyempurnaan agama Islam dan pemberian nikmat yang sempurna oleh Allah SWT. Hari ini juga dianggap sebagai hari 'ied bagi kaum Muslimin, penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan. Puasa pada hari Arafah dianjurkan bagi non-jamaah haji, dengan keutamaan penghapusan dosa selama dua tahun. Selain itu, hari Arafah adalah hari pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka, di mana Allah SWT mendekatkan diri kepada hamba-Nya dan memberikan rahmat-Nya secara melimpah. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memanfaatkan hari yang penuh berkah ini dengan berdoa, beribadah, dan memperbanyak amalan kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H