Namun, perjuangan belum berakhir.
Para pelaku kecurangan pemilu masih bisa mengajukan banding. Ancaman dan intimidasi terhadap aktivis pemilu seperti Naya dan Bara pun mungkin terjadi. Akankah mereka bisa mempertahankan kemenangan demokrasi yang sudah diraih dengan susah payah?
Nantikan kelanjutan kisahnya...
Bab 4: Gelombang Balik yang Menerjang
Berita kemenangan calon yang didukung Naya dan kawan-kawan menyebar cepat bak api di rumput kering. Pesta demokrasi diwarnai kegembiraan, namun di sudut lain, ketegangan justru meningkat. Pihak Pak Bos tak terima kekalahan dan melancarkan berbagai upaya untuk membalikkan keadaan.
Di Jakarta, ruang kerja Pak Harto riuh rendah. Telepon terus berdering, reporter dari berbagai media berlomba-lomba meminta klarifikasi terkait investigasi Bara.
"Pak, tekanan dari pihak Pak Bos semakin besar. Mereka mengancam akan mencabut iklan dari media kita kalau berita investigasi itu nggak diturunkan," salah satu wartawan muda melaporkan dengan nada cemas.
Pak Harto mengelus dagunya, raut wajahnya serius. "Kita nggak bisa tunduk pada ancaman. Kebenaran harus tetap disuarakan meskipun berat."
Bara, yang turut hadir dalam diskusi, mengepalkan tangannya. "Betul, Pak. Kita nggak boleh biarkan mereka menginjak-injak demokrasi dan kebebasan pers!"
Meski mendapat tekanan, Pak Harto dan tim redaksi tak menyerah. Mereka terus menggali informasi, mencari bukti tambahan untuk memperkuat investigasi mereka.
Di Desa Sukamaju, kemenangan disambut dengan sukacita. Warga menggelar syukuran sederhana, berdoa untuk kelancaran proses penghitungan suara dan keadilan tetap ditegakkan.