Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serangan Fajar Berlumuran Uang: Sebuah Kisah Demokrasi yang Tercoreng

14 Februari 2024   06:03 Diperbarui: 14 Februari 2024   06:15 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
belitongekspres.disway.id

Opini publik geger. Masyarakat geram dan mendesak pihak berwajib untuk bertindak. Tekanan publik yang masif membuat pihak berwajib bergerak cepat. Mereka menangkap Pak Bos beserta kaki-tangannya sebagai tersangka kecurangan pemilu.

Di London, Rani terus menggalang kampanye online hingga hari pencoblosan berakhir.

Para WNI di luar negeri berbondong-bondong menggunakan hak pilih mereka secara online. Antusiasme mereka menjadi sorotan media internasional, sekaligus tamparan bagi praktik politik uang yang sedang marak di Indonesia.

Beberapa hari setelah pemilu, KPU mengumumkan hasil penghitungan suara.

Ada pergeseran suara yang signifikan di beberapa daerah yang sebelumnya menjadi target operasi politik uang Pak Bos. Para kandidat yang bersih dari praktik kotor tersebut meraih kemenangan.

Di Desa Sukamaju, warga berkumpul untuk menyaksikan pengumuman hasil pemilu di layar televisi.

Ketika nama calon yang didukung mereka keluar sebagai pemenang, sorak sorai membahana. Naya, Mak Inah, dan para pemuda desa saling berpelukan, air mata haru membasahi pipi mereka.

"Kita menang, Nay! Suara kita didengar!" seru Asep.

Naya mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ini kemenangan untuk demokrasi kita! Bukti bahwa suara rakyat, meski dikerdilkan, bisa tetap bergaung."

Kemenangan mereka memang belum sepenuhnya menghapus jejak hitam politik uang di Indonesia.

Tapi perjuangan Naya, Bara, Rani, dan para pendukung mereka telah menjadi titik terang, membuktikan bahwa harapan akan demokrasi yang jujur dan adil masih bisa diraih. Kisah mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berani bersuara dan melawan segala bentuk kecurangan demi masa depan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun