Mak Inah menepuk bahu Naya dengan bangga. "Kamu udah nyalakan api semangat, Nay. Semoga warga lain juga ikut sadar pentingnya suara mereka."
Tiba-tiba, ponsel Naya berbunyi. Ia menerima pesan dari Rani, temannya yang sedang berada di London.
"Nay, kampanye kita viral! Banyak WNI di luar negeri tergerak untuk ikut menolak politik uang," bunyi pesan tersebut.
Naya matanya berbinar. Ia membalas pesan Rani, berbagi cerita tentang perjuangan mereka di Desa Sukamaju. Di kejauhan, tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang mengawasi mereka dari balik pohon.
Sementara itu, di Jakarta, Bara berhasil kabur dari kejaran preman dengan membawa bukti-bukti yang ia rekam.
Ia bergegas menuju kantor redaksi tempatnya bekerja, langsung menemui pemimpin redaksi, Pak Harto.
"Pak, ini bukti kecurangan pemilu yang dilakukan Pak Bos," Bara menunjukkan foto dan video yang ia peroleh.
Pak Harto terkejut melihat barang bukti itu. "Ini serius, Bara. Tapi kamu sadar ini bisa berbahaya?"
"Saya sadar, Pak. Tapi saya nggak bisa tinggal diam! Ini tentang masa depan demokrasi Indonesia," tegas Bara.
Pak Harto terdiam beberapa saat, lalu mengangguk mantap. "Kamu bener, Bara. Kita nggak boleh biarkan kecurangan ini terjadi. Mari kita bongkar praktik kotor ini!"
Berita investigasi Bara tentang praktik politik uang Pak Bos menjadi berita utama di media massa.