Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jokowi Berubah Haluan, Netralisasi Presiden Dipertanyakan?

6 Februari 2024   16:51 Diperbarui: 7 Februari 2024   14:35 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Presiden Joko Widodo membuka Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) 2023 di Kota Bogor, Jawa Barat. (Foto: KOMPAS/RHAMA PURNA JATI)

Pada konteks ini, kritik terhadap Jokowi menggarisbawahi pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan independensi pemimpin negara dalam menjalankan tugas-tugasnya, serta perlunya pengawasan dan penegakan hukum yang kuat untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan politik untuk kepentingan pribadi atau politik.

3. Kekhawatiran publik: Publik mengungkapkan kekhawatiran bahwa pernyataan Jokowi dapat memicu ketidakadilan dan polarisasi dalam kontestasi pemilihan presiden. 

Kekhawatiran ini muncul karena adanya persepsi bahwa pernyataan yang mengindikasikan kecenderungan dukungan terhadap salah satu pasangan calon presiden dapat mengganggu proses pemilihan secara adil dan merangsang polarisasi politik di antara masyarakat. 

Ketidakadilan dapat terjadi jika pemimpin negara terlihat memihak kepada atau memberikan keunggulan tidak adil kepada satu pasangan calon, yang dapat mengganggu integritas dan kredibilitas pemilihan. 

Hal ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan terhadap hasil pemilihan dan merusak kestabilan politik serta sosial. Selain itu, kekhawatiran tentang polarisasi politik juga muncul. 

Ketika pemimpin negara terlibat dalam keberpihakan politik, hal tersebut dapat memperkuat kesan bahwa politik dibagi menjadi dua kubu yang saling bersaing secara tajam, yang dapat memperburuk ketegangan dan konflik di antara masyarakat.

Polarisasi politik yang meningkat dapat mempersulit upaya untuk mencapai kesepakatan dan kerjasama di antara berbagai pihak politik, serta mempengaruhi stabilitas dan keamanan negara secara keseluruhan. 

Oleh karena itu, kekhawatiran publik terhadap pernyataan Jokowi menyoroti pentingnya menjaga netralitas dan integritas pemimpin negara dalam proses politik, serta perlunya memastikan bahwa pemilihan umum berlangsung dengan adil, transparan, dan bebas dari campur tangan politik yang tidak sehat.


Perubahan sikap Jokowi mengenai netralitas presiden patut mendapatkan kritik. Hal ini menunjukkan inkonsistensi dan berpotensi merusak demokrasi. 

Presiden dan wakil presiden seharusnya menjadi pemimpin yang netral dan tidak memihak dalam kontestasi politik. Perubahan sikap Jokowi terhadap netralitas presiden menimbulkan kekhawatiran dan kritik dari berbagai pihak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun