Sikap yang berubah-ubah dari menegaskan netralitas hingga memperbolehkan keterlibatan dalam kampanye politik menggambarkan ketidakkonsistenan dalam prinsip dan komitmen politiknya.
Keberpihakan atau penampilan keberpihakan dari kepala negara dalam proses politik dapat merusak demokrasi. Dalam sebuah sistem demokratis yang sehat, penting bagi pemimpin negara untuk tetap netral dan tidak memihak. Hal ini memastikan bahwa proses politik berjalan dengan adil dan bahwa kepentingan seluruh rakyat dihormati.Â
Ketika presiden dan wakil presiden terlihat memihak pada salah satu kandidat atau partai politik, hal ini dapat menimbulkan keraguan akan integritas mereka sebagai pemimpin yang harus melayani kepentingan nasional di atas kepentingan politik pribadi atau partai.
Oleh karena itu, penting bagi pemimpin negara untuk memperkuat prinsip netralitas dan menjauhkan diri dari praktik-praktik yang dapat merusak integritas demokrasi.Â
Dengan demikian, kritik terhadap perubahan sikap Jokowi terkait netralitas presiden adalah penting untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip demokrasi tetap terjaga dan dihormati dalam sistem politik negara.
Pernyataan Jokowi yang memungkinkan presiden dan wakil presiden mengambil bagian dalam kampanye dapat membuka peluang penyalahgunaan kekuasaan dan aset negara. Ini dapat memicu ketidakadilan dan menghambat penciptaan pemilihan umum yang adil.Â
Keputusan tersebut mengundang keprihatinan karena ada kemungkinan bahwa pemimpin negara akan menggunakan sumber daya dan fasilitas yang tersedia untuk kepentingan politik pribadi atau partai politik tertentu. Hal ini bisa mengubah dinamika kompetisi politik dan memberikan keuntungan tidak adil kepada kandidat yang didukung oleh pemerintah.
Pembukaan celah untuk penyalahgunaan wewenang dan sumber daya negara juga dapat mengancam integritas pemilihan umum. Pemilihan yang seharusnya berdasarkan pada keadilan dan kesetaraan di antara semua peserta bisa terganggu jika ada campur tangan dari pihak yang seharusnya netral.Â
Ketidakadilan dalam proses pemilihan bisa merusak kepercayaan publik terhadap demokrasi dan pemerintah. Jika pemilihan dianggap tidak adil, hal ini bisa menghasilkan ketegangan politik dan ketidakstabilan sosial, serta menghambat kemajuan menuju sistem politik yang lebih transparan dan inklusif.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa pemimpin negara tetap netral dan tidak menggunakan sumber daya negara untuk kepentingan politik pribadi atau partai.Â
Langkah-langkah untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan aset negara perlu diterapkan secara ketat demi menjaga integritas dan keadilan dalam pemilihan umum.