Bab pertama ini memberikan gambaran tentang ketegangan dalam tim kampanye, memperkenalkan elemen politik uang, dan menciptakan pertanyaan moral yang akan menggoda pembaca untuk terus menjelajahi kisah ini.
Bab 2: Perang Strategi di Bawah Bayang-Bayang Rupiah
Pagi hari menyapa Jakarta dengan sinar matahari yang cerah, tapi di ruang rapat kampanye PRI, atmosfer masih dipenuhi kekhawatiran. Daniel menatap peta pemilih sambil bersikap serius, mencoba memetakan wilayah yang perlu ditargetkan.
Raden, seorang ahli strategi politik yang misterius, masuk dengan langkah tanpa suara. "Daniel, kita perlu mengeksekusi rencana dengan cermat. Ini bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang bagaimana kita memanfaatkannya."
Daniel menatap Raden. "Apa yang kamu maksud?"
Raden tersenyum tajam. "Uang yang kita miliki harus menjadi bayangan di balik kebijakan kita. Kami perlu menciptakan citra bahwa PRI adalah partai yang mendukung rakyat, meski di baliknya ada strategi yang lebih kompleks."
Sementara itu, Priya masuk dengan wajah penuh keyakinan. "Saya memiliki ide bagus. Kita bisa memberikan bantuan keuangan kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan, memberikan kesan bahwa PRI benar-benar peduli pada rakyat."
Maya skeptis. "Tapi, apakah ini tidak terkesan sebagai suap pemilih?"
Priya tersenyum lagi. "Ini bukan suap, ini adalah kebijakan yang mendukung kesejahteraan rakyat. Semua orang suka pemberian, bukan?"
Raden menambahkan, "Dan kita bisa memastikan bahwa setiap bantuan yang diberikan memiliki dampak besar di media sosial. Kita kontrol naratifnya."
Daniel mengangguk setuju. "Baiklah, mari kita buat rencana ini berjalan mulus. Tapi, kita harus berhati-hati. Setiap langkah kita akan diperhatikan oleh lawan."