Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Artikel Utama

5 PR Penting di Kota Lama Surabaya

20 Juni 2024   11:08 Diperbarui: 9 Juli 2024   14:01 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya kemudian menyisir ke Jalan Jembatan Merah. Gedung Singa. Pada masa Pemerintahan Belanda dulu namanya Algemeene. Dirancang oleh arsitek H.P Berlage. Di situ, memberapa pekeja masih melakukan pengecaran.

Aktivitas yang agak ramai terlihat di Taman Jayengrono, namanya kini Taman Sejarah. Taman itu telah direvitalisasi. Jauh lebih bersih dan punya ruang terbuka. Beberapa literatur sejarah Pertemuan Surabaya dengan bingkai juga dipasang di sana.
 
Di Taman Sejarah juga ada replika mobil Buick, mobil milik AWS Mallaby yang terbakar. Replika kendaraan itu sengaja dibangun untuk mengenang peristiwa 30 Oktober 1945 silam.

Di sebelahnya ada Gedung Internatio. Lokasi ini paling ramai dikunjungi masyarakat. Banyak orang berfoto di sini. Terlebih spot foto dengan Gedung Cerutu yang digunakan ditempati kantor perusahaan gula (Java Sugar Syndicate).

Saya juga menyempatkan melihat ke Penjara Kalisosok. Kondisi bangunan bersejarah ini masih terlihat lusuh. Pedestriannya juga belum ditata baik,

Penulis melihat replika mobil Buick, mobil milik AWS Mallaby, di Taman Sejarah. | Foto: Artika Farmita
Penulis melihat replika mobil Buick, mobil milik AWS Mallaby, di Taman Sejarah. | Foto: Artika Farmita

***

Kendati sudah banyak perubahan, namun beberapa pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan dari keberadaan Kota Lama Surabaya Zona Eropa ini.

Pertama, perlunya literasi lebih luas terkait Kota Lama Surabaya. Ini terkait dengan klasifikasi zona Eropa, Pecinan, Melayu dan Arab yang dilakukan di Pemerintahan Hindia Belanda

"Klasifikasi belum menyentuh batas-batas wilayah sesungguhnya," cetus Nanang Purwono, ketua Komunitas Rajapatni.

Nanang menyebutkan, selain empat etnis itu, ada etnis Jawa yang sudah ada sebelum Belanda datang ke Indonesia. Mereka ini juga punya andil besar dalam pembangunan peradaban di Surabaya.

Kedua, hingga sekarang keberadaan gedung-gedung bersejarah ini masih banyak yang menjadi "museum". Tidak ada aktivitas yang berlangsung di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun