Cat warna-warni itu justru dianggap merusak. Hingga akhirnya pandemi datang dan kawasan tersebut seolah kembali ke bentuk awalnya.
Kini, kendati masih jelas cat warna-warni hasil revitalisasi, kondisi Jalan Panggung terlihat kumuh. Lampu-lampu hias yang terlihat dominan banyak yang rusak.
Pun dengan aktivitas pasar ikan dengan segala keramaian yang juga menggunakan bagian dari jalan masih ada dan menghadirkan ketidaknyamanan.
Untuk diketahui, Kota Lama digolongkan sebagai kawasan heritage karena telah memenuhi empat kriteria, yakni estetika, kejamakan, peranan sejarah, dan memperkuat kawasan.
***
Kehadiran Kota Lama Surabaya sejatinya sudah lama dinanti. Karena di sana banyak bangunan dengan arsitektur lama yang indah. Bangunan-bangunan yang bersejarah yang dibiarkan tak terurus alias mangkak.
Di antara bangunan berjarah itu adalah Gedung Internatio, Gedung Cerutu, Pabrik Limun (Siropen), Museum Hoofdbureau, Gedung HVA (PTPN IX), Kantor Pos Kebonrojo (Hogere Burger School), De Javasche Bank, dan Penjara Kalisosok.
Banyak kalangan mempertanyakan kesungguhan Pemerintah Kota Surabaya mengurus bangunan-bangunan bernilai sejarah tersebut. Karena hal itu sangat mempengaruhi wajah Kota Pahlawan.
Senin (17/6/2024) lalu, saya ke Kota Lama Surabaya zona Eropa. Saya penasaran, seberapa jauh persiapan yang dilakukan dan kondisi mutakhir jelang launching.
Saya datang sekitar pukul 13.00 WIB. Lokasi pertama yang saya tuju di Jalan Mliwis. Saya melihat subanyak bangunan sudah dicat. Pedentrian juga ditata rapi. Taman-taman juga dipercantik. Tidak terlihat sampah berceceran.