Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Membeli Kenangan

6 September 2019   13:03 Diperbarui: 8 September 2019   05:32 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi foto: Pixabay 

"Seperti satu naskah berjudul Esiklopedia Nusantara. Pram mewanti-wanti Pak Wie agar naskah tersebut tidak diterbitkan sebelum ada seminar. Tapi sampai sekarang seminar itu gak pernah digelar, sampai Pram wafat," jawabanku ini membuat Syilvia dan Mas Pudjo terkesiap.

"Sudahlah, Mas. Itu tadi anggap intermeso."

"Oh, nggak. Ini menarik. Aku baru dengar dari Anda. Lalu, siapa yang membantu dia sekarang?"

"Pak Wie? Tidak ada, Mas. Di masa tuanya dia hanya tetap menulis dan membaca."

Rumah Pak Wie di Medokan Ayu, Surabaya, aku menimpali, dipakai untuk perpustakaan. Namanya Medayu Agung. Ada enam karyawan yang bekerja merawan ribuan buku, foto-foto, dan dokumen.

Pak Wie pernah dapat tawaran menggiurkan dari Charles Coppel dari University of Melbourne Australia. Intinya, mereka mamu membeli koleksi Pak Wie. Nilainya cukup gede, Rp 1 miliar. Charles Coppel ingin menjadikan koleksi Pak Wie buat pusat studi Indonesia di Australia. Namun Pak Wie menolak karena khawatir bukti-bukti sejarah yang ia punya akan diputarbalikkan.

Bekal menghidupi keluarga dan karyawannya, Pak Wie juga membuka warung, melayani kebutuhan warga sekitar rumahnya.

"Beberapa kali ia terima bantuan dari orang-orang yang peduli, namun hanya sporadis, gak rutin."

Pak Wie, aku menimpali, selalu bangga disebut segelintir orang yang tetap bersemangat menghidupkan budaya literasi.

"Meski juga ada yang menyebut Pak Wie sebagai pribadi yang suka merawat kenangan," ucapku.

Mas Pudjo dan Sylvia tersenyum. "Aku senang dengar ceritamu, Sal. Suatu ketika, aku ingin bertemu dengan dia," ucap Mas Pudjo, sesaat setelah seluruh makanan terhidang di meja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun