Tahu barangnya dicuri, Henny berontak. Namun hati kecilnya dalam dilema. Apakah harus mengejar atau berteriak minta tolong. "Apa yang harus dilakukan untuk melawan ketiga pencopet itu?" batinnya berdesir.
Dalam kepanikan, Henny melihat beberapa polisi sedang bertugas. Dia pun bergegas turun. Henny mengejar tiga pencopet tersebut sembari berteriak, copet..copet...
Aksi kejar-kerajan tak terhindarkan. "Saya lari sekencang-kencangnya saat itu dengan jatung berdebar-debar," kenangnya.
Tuhan masih melindungi Henny yang saat itu masih menjadi sprinter nasional. Dia berhasil mendekati tiga orang pencopet. Sejurus kemudian, ketiga pencopet berhasil diringkus oleh Henny, polisi, dan juga orang-orang yang kebetulan berada di lokasi kejadian. Beberapa orang sempat melontarkan bogem mentah ke arah tubuh para pencopet.
Para penjahat itu langsung dibawa ke Markas Polda Metro Jaya, yang kebetulan tak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP). Saat digelandang ke markas, seorang polisi memegang seorang pencopet, sementara Henny memegang dua pencopet. "Saya nekat saja. Saya pegang sininya," kata Henny yang menunjuk ke arah bagian kerahnya.
Saat di markas itu, banyak polisi heran sekaligus kagum. Sebab, ada seorang wanita yang berani menangkap dua pencopet sekaligus. "Mungkin dikira saya intel, ya. Apalagi potongan rambut saya waktu itu pendek, gitu," ucap Henny, lalu tersenyum.
Henny bersyukur. Dompet yang diambil pencopet berhasil kembali. Usai diperiksa di Markas Polda Metro Jaya, Henny bergegas pulang. Namun saat pulang, ia berpapasan dengan sejumlah wartawan. Banyak di antara wartawan itu yang ia mengenalnya. "Saya bilang nggak ada apa-apa," kelit dia ketika dimintai keterangan wartawan.
Kejadian itu akhirnya jadi berita besar. Sebelum meninggalkan pelataran Polda Metro Jaya, Henny tak bisa berkutik ketika puluhan wartawan mencegatnya. Namun sebelum memberi penjelasan, ia minta syarat agar namanya tidak ditulis lengkap. Cukup inisial LHM (Lourina Henriette Maspaitella).
Esok hari, suasana di pelatnas geger. Koran-koran ibu kota memberitakan kejadian itu cukup besar. Ada atlet nasional yang berhasil menangkap copet. Bahkan, ada koran yang menyebut sprinter nasional berhasil meringkus copet. Atlet-atlet di pelatnas mencecar Henny, apa benar yang dimaksud koran-koran itu dengan inisia LHM adalah dirinya? Henny tak menjawab selain menggelengkan kepalanya.
Setelah peristiwa itu, dua bulan Henny tak berani naik bus. "Tiap hari saya naik taksi. Saya takut kalau-kalau gerombolan mereka mencari saya," kenang Henny, terkekeh.
***