Sejak keci, Henny mengaku suka berlari. Lari cepat. Yang juga mendukung, rumahnya Jl Kawung, dekat lapangan bola. Tiap hari Henny memanfaatkan untuk latihan dan bermain. "Tak hanya di lapangan, di dalam rumah pun saya tak bisa jalan. Mau ke depan dari belakang rumah, saya selalu lari," ungkapnya, lantas tertawa riang.
Umur 11 tahun, Henny mulai aktif berlatih di Lapangan Thor (Gelora Pantjasila). Dia ikut klub AC'75, pendirinya Yan Sondakh dan Bram Soselisa. AC'75 tersebut merupakan klub atletik satu-satunya di Surabaya.
Henny kemudian terpilih ikut Porseni SD, 1975. Saat itu, ia ikut tim SD Santa Angela, Jl Kepanjen Surabaya. Dalam seleksi, Henny berhasil mengalahkan teman-teman satu sekolah. Prestasi gemilang pun berhasil diraih. Medali emas direnggut dari nomor lari 100 meter. Penampilan Henny membius banyak orang yang menyaksikan lomba di Porseni SD tersebut. Â
Setelah juara Porseni SD, Henny makin ketagihan berlatih lari. Obsesinya menjadi juara di atletik digantung setinggi langit. Untuk mewujudkannya, ia menyeriusi latihannya. Saban hari, ia selalu menyempatkan latihan, minimal dua jam.
Selain itu, Henny mengatur pola makan. Lewat bimbingan pelatihnya, bakat Henny mulai terpoles. Kelenturan tubuhnya mulai terbentuk. Peningkatan kecepatan larinya makin pesat.
Merangkak dengan pasti. Di ajang nasional, Henny kembali menunjukkan keunggulannya. Dia melejit sebagai sprinter  nasional yang sangat ditakuti. Di setiap event nasional nama Henny mulai diperhitungkan.Â
Deretan prestasi berhasil ia renggut. Henny Maspaitella adalah pemegang rekor lari 100 meter sejak 1985. Henny mencetak rekornas 100 meter di tahun 1985, catatan waktunya 11,62 detik. Baru pada tahun 1999, rekor Henny dipecahkan Irene Truitje Yoseph dengan waktu 11,56 detik.
Pengalaman internasional mulai dirambah. Yang membanggakan, Henny mendapat medali emas nomor lari 200 meter SEA Games X Jakarta. Saat itu usianya baru 14 tahun. Dan sejak itu Henny jadi langganan memperkuat tim nasional pada kejuaraan multi maupun single event internasional.
Apakah prestasinya itu suatu kebetulan? "Tidak," ucap Henny. "Kalau kebetulan, di nomor 100 meter saat itu saya meraih perunggu. Jadi, itu bukan suatu kebetulan," sambung wanita yang pernah berlatih di Jerman selama enam bulan ini.
Yang sangat mengejutkan, Henny berhasil mempecundangi ratu atletik Filipina, Lydia de Vega, yang sempat merajai dunia atletik pada beberapa SEA Games. Di tahun 1979, Henny merebut emas nomor 100 meter dengan waktu 12,31 detik, jauh di atas Lydia dengan waktu 12,46 detik. Di kejuaraan Asia Terbuka, 1981, ia menjuarai lari 100 dan 200 meter.Â
Dari torehan prestasi tersebut, nama Henny makin melejit. Ia berhasil mencatatkan diri sebagai satu-satunya pelari Indonesia yang berhasil meraih emas SEA Games.