"Kalau itu lain. Itu doa untuk kepentingan politik. Jawab Basuki
"Apa itu bisa dibenarkan? Firman terus mengejar.
"Saya tak mau menghakimi. Saya tidak ingin berdebat soal itu," elak Basuki seraya meremas-remas rokoknya ke dalam asbak.
Satu lagi, kita bisa menyaksikan lah, banyak orang berdoa juga minta sedekah. Di perempatan jalan, keliling pakai mobil? cetus Firman lagi.
Basuki hanya terdiam lalu menganggukkan kepalanya.
Pertemuan dengan Basuki itu melumat pikiran Firman. Ia masih bingung. Energi besar bisa lahir dari doa yang dilakukan bersama. Atau, energi dihasilkan dari berdoa dengan suara gemuruh? Perlahan, energi tubuh Firman mulai redup. Ia rasakan, kerisauan yang menderanya telah membawanya makin tak berdaya.
Suara lantunan Alquran dari loud speaker musala masih nyaring terdengar. Lamat-lamat, mata Firman jadi berat. Ia lalu tertidur ditemani buku-bukunya yang sebagian tercecer di lantai. Dalam benaknya, ia berharap, semoga bisa melukis rumah di surga. (agus wahyudi)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI