Mohon tunggu...
Agus Tulastyo
Agus Tulastyo Mohon Tunggu... lainnya -

Praktisi periklanan, Pengamat media, Peneliti. "All Truth passes thru three stages: First, it is ridiculed. Second, it is violently opposed. Third, it is accepted as self-evident." - Arthur Schopenhauer; German Philosopher

Selanjutnya

Tutup

Politik

“Badai Pengungsi” Senjata menaklukan Elit Uni Eropa? Analisis, dan yang Harus Anda Tahu

28 September 2015   14:02 Diperbarui: 28 September 2015   15:06 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

“We despise and abhor the bully, the brawler, the oppressor, whether in private or public life, but we despise no less the coward and the voluptuary. No man is worth calling a man who will not fight rather than submit to infamy or see those that are dear to him suffer wrong.” 

- Theodore Roosevelt (1858-1919); the twenty-sixth President of the United States, and a leader of the Republican Party and of the Progressive Movement. 

Sampai hari ini, jika kita membuka dan membaca lembar Koran, Majalah, Tabloid, serta melihat dan mendengar Stasiun TV Berita, TV Entertainment, TV Semi Berita, Lokal/International, tak luput dari pemberitaan “Badai Pengungsi” di Uni Eropa. Liputan dan reportase berbagai kisah pengungsi, mulai dari yang memilukan mengenai terdamparnya mayat seorang anak pengungsi di tepi pantai, hingga kisah heroik relawan yang memusatkan perhatian pada penyelamatan para pengungsi. 

Main Stream Media (MSM) Lokal/International, berlomba menyairkan peristiwa fenomenal ini dari berbagai sudut. Mulai dari ketidak siapan banyak negara Uni Eropa - baik Timur/Barat - dalam penangan dan penyediaan sarana prasarana bagi para pengungsi. Hingga konflik antara kepolisian dan pengungsi. Politisi saling tuding dan berdebat untuk mencari jalan terbaik untuk penanganan “Badai Pengungsi”. Serta komentar Pundit dan Politisi yang setengah benar “half truth” setengah dimanipulasi “half baked”. MSM juga berpartisipasi dalam menyajikan berita yang terkadang membingungkan pembaca dan pemirsa.

Uni Eropa, sudah sejak lama menjadi wilayah target pengungsi, utamanya dari Afrika dan Asia tengah, dengan motif ekonomi. Uni Eropa dianggap sebagai kawasan mencari nafkah. Pengungsi lain dari Timur Tengah, paska invasi Amerika Serikat (AS) terhadap Irak, 2003. Namun yang terjadi kali ini berbeda, mereka mencoba masuk ke wilayah Eropa, dengan motivasi dan tujuan beragam; Sebagian korban Human Traficking. Sebagian pengungsi pencari perlindungan, karena perbedaan ideologi politik. Penyusupan kelompok ISIS berasal dari Eropa yang ingin kembali, tapi masuk daftar cegah tangkal. Terakhir, pengungsi karena dipaksa/melalui iming-iming mengungsi ke wilayah Eropa.

Lalu bagaimana Krisis Pengungsi di Eropa bisa terjadi? Pertanyaan penting, namun tidak pernah diangkat, ditanyakan atau dipertanyakan oleh MSM Nasional maupun Internasional. Apakah karena Lack of Critical Thinking? Mungkin. Yang sangat menyedihkan apabila mass media dan jurnalis tidak menggali lebih dalam isu “Badai Pengungsi” dikarenakan tekanan dari penguasa/pemilik. Jadilah mereka Presstitute Media dan Eunuch Journalist; MESSENGER OF THE TRUTH for the People, becomes MESSENGER OF DEATH. 

“Propaganda bagai bilah belati yang akan menusuk/membunuh democracy dari belakang, seperti seorang Diktator/Tiran menggunakan Naginata untuk memenggal lawan politik, oposisi, dan aktivis pembela/pemdukung demokrasi.” 

Memahami krisis “Badai Pengungsi” di Uni Eropa.

Jika, MSM tidak bermetamorphosis menjadi Presstitute, Jurnalis tidak menjadi Eunuch, dan kita tidak hidup di tengah hutan belantara tanpa teknologi informasi, maka kita akan mendapatkan infomasi akurat dan benar dalam berbagai hal. Tidak terkecuali informasi mengenai “Badai Pengungsi”, yang terjadi diluar ekspektasi Elit politik di Uni Eropa. 

MSM hanya sekedar memberi informasi tapi tidak memberitakan esensi permasalan. Informasi sampai ketangan masyarakat sudah melalui Proses Seleksi Ketat dan Pabrikasi; Manufacturing The News. Mengabaikan atau bahkan membuang unsur terpenting dari nilai informasi itu sendiri. Dampak juga akan terjadi pada keputusan yang diambil oleh para pemangku jabatan dipemerintah. Kebanyak pejabat mendapat atau menerima informasi untuk mengambil sebuah keputusan, atas dasar isu yang beredar dimasyarakat melalui media massa. Lalu apa jadinya jika informasi yang beredar sudah dipabrikasi? Nah begitu pula yang terjadi pada informasi dan isu yang beredar mengenai berbagai peristiwa yang terjadi ditengah “Badai Pengungsi” di Uni Eropa.  

Untuk memahami dari awal bagaimana “Badai Pengungsi” tersebut bisa terjadi, dibawah ini penjelasannya:

1. “Engineering Muslim World into Sectarianism”; Dalam rangka untuk menguasai hasil alam melimpah (MiGas) dan Geopolitik dijazirah Timur Tengah, para Globalist, Global Banksters dan Petrodollar Corp. memekanisasi dunia muslim (hasil alam melimpah). Dunia Muslim, dijadikan dua kelompok besar dengan pemisahan ekstrim; Kelompok Syiah dan Sunni. Pemisahan kelompok sektarian terbut terwujud melalui berbagai Strategi Propaganda, menggunakan “Weapon of Mass Destruction”  yaitu Main Stream Media (MSM), yang telah dikuasai dan miliki kelompok tersebut di atas, terutama MSM barat. MSM dipersenjatai dengan senjata ampuh “Weapon of Mass Deception” dan senjata pendukung “Weapon of Mass Distraction”

Di atas gambar kedua kelompok bersenjata: Sunni/ISIS (kiri) Syiah/Hezbollah (kanan)

Bagi orang-orang muslim yang (maaf) naif, pemisahan dua kelompok besar menjadi sangat penting, ini terjadi melalui proses “Brainwashing”; Psy-Ops. Ini juga merupakan keberhasilan sebuah projek propaganda. Walaupun kedua kelompok menyadari menggunakan dan berpegang pada Kitab Suci yang sama Al Qur’an, Lima Rukun Islam dan Enam Rukun Iman, sama-sama mengharamkan babi; Para ahli dunia barat mengatakan: “If you want to see the real life of the muslim world, better visit Indonesia, where Islam is well exercised.” 

“...Creating sectarianism in the region is a good thing, even though it created literal chaos in Iraq from 2003 until this very day. Most Americans won’t notice that I lied.” 

“...Menciptakan Sektarianisme di kawasan tersebut (TimTeng) adalah strategi jitu, walau menciptakan/menimbulkan konflik horizontal (antar kedua kelompok) di Iraq sejak 2003 hingga hari ini. Kebanyakan orang Amerika tidak menyadari kalau saya tipu” 

- Thomas L. Friedman; American journalist, columnist and author. He has won the Pulitzer Prize three times and currently writes a weekly column for The New York Times; veteranstoday.com, 13 September 2015.

Jadi dengan alasan apapun!!! Sunni dan Syiah, adalah sebuah strategi politik “Divide and Conquer”. Sebuah Sectarianism Strategy, untuk mengendalikan, menciptakan ketergantungan dan menghindari gangguan protes dan resistensi dari masyarakat, terhadap Elit Dunia Arab dan Barat, TITIK!. Selanjutnya, sektarianisme akan digunakan untuk memenuhi Agenda Tertentu, memperluas atau mempertahankan Hegemoni

“Hegemony is as old as Mankind…” -Zbigniew Brzezinski, former U.S. National Security Advisor.

Apakah strategi seperti ini tidak terasa oleh para tokoh Agama di Timur Tengah (Tokoh Negeri - tokoh NU - mengatakan yang sebenarnya, tetapi tidak menguak bagaimana konflik Syiah/Sunni diciptakan dan terjadi)? Pasti mereka tahu!!! Tapi, oleh karenanya mereka merasakan kenyamanan, kenikmatan, kemakmuran, mengapa mereka harus mengubahnya? Insting alami manusia. Lalu siapa sebenarnya pencipta Konflik Sektarianisme Islam (Sunni/Syiah)? Para Elit di Dunia Arab bersama-sama Elit dunia barat. Para Elit tersebut - Greedy Crook Capitalist “dung of the devil - kotoran iblis”. Dengan memberdayakan “Politisi Budak” Mereka mempraktekan “Rwanda Blue-Print Strategy”.

Jadi, harus diingat! ISLAM adalah ISLAM. Tidak ada Islam A, B, C, D, dan seterusnya. Jika ada Islam A, B, C, D, dan seterusnya, adalah Strategi Politik Pecah Belah “Divide and Conquer” atau “De Vide et Impera”, untuk menguasai dan mengendalikan umat, demi keuntungan dan kepentingan individu, dan Elite-Hegemony; TITIK!!! 

This project (Sunny and Shiite), which has been in the  planning stages for several years, consists in creating an arc of instability, chaos, and violence extending from Lebanon, Palestine, and Syria to Iraq, the Persian Gulf, Iran, and the borders of NATO-garrisoned Afghanistan.” globalresearch.

2. “Engineering Chaos and Regime Change”; Pada tahun 2007 Amerika Serikat (AS) mulai memekanisasi, merekonstruksi, dan merekonfigurasi strategi prioritas, yang berdampak pada perubahan besar - ideologi politik maupun pergantian rejim - di kawasan Middle East and North Africa (MENA Project), untuk kepentingan segelintir orang di Wall Street, Globalist, Global Bankster dan Global Corporations.

Seymour Hersh; (American investigative journalist and political writer based in Washington, D.C) dalam artikelnya di The New Yorker, 5 Maret 2007: The Redirection: Is the administration’s new policy benefitting our enemies in the war on terrorism? (terjemahan bebas)

“Untuk melemahkan Iran yang didominasi oleh kaum Syi’ah, pemerintahan Presiden Bush memutuskan dan melakukan rekonfigurasi prioritas di Timur Tengah. Di Libanon, pemerintahan G.W Bush bekerjasama dengan pemerintah Arab Saudi (notabene didominasi kaum Suni), menjalankan Clandestine Operation (operasi rahasia kriminal; illicit) dengan tujuan untuk melemahkan Hezbollah; Organisasi kaum Syi’ah yang dibantu Iran. AS juga berperan dalam Clandestine Operation di Iran dan Syria. Operasi-operasi tersebut untuk memproduksi, mendorong, dan mengakselerasi pertumbuhan kelompok Ekstrimis Suni, menjadi kelompok teroris mematikan, dengan visi Islam Radikal Militan, bersimpati pada Al Qaeda, dan pada dasarnya, juga sangat berbahaya bagi AS.” 

Seymour Hersh juga menguak keterlibatan AS - dibawah pemerintahan Presiden Bush -bersama sekutunya Arab Saudi melalui perantara, mulai memberi dan menyalurkan dana untuk mendanai Syrian Muslim Brotherhood, yang berperan sangat penting dan krusial sebagai pembuka phase terjadinya perang yang sangat destruktif dikawasan Levant sampai saat ini.  

Tahun 2008, dari Libya ke Syria dan setrusnya, Departemen Luar negeri AS mendata dan mengumpulkan seluruh aktivis dari kawasan MENA. Tujuan? Untuk mendapatkan titik mana dan apa yang paling efektif untuk melakukan dan menjalankan, Industri “Color Revolution”. Gagasan ini digagas oleh Washington dan WallStreet (Sumber: Intelligence Analysis). Mereka sengaja dipersiapkan, dan tidak mengetahui, bahwa dikemudian hari, harus bergerak dibawah koordinasi AS, yang telah merekonstruksi peta politik MENA, dan mendestabilisasi kawasan. Pada tahun 2011, strategi Clandestine Ops. dilaksanakan, diawali demo-demo dan pemberontakan menentang kebijakan penguasa. Propaganda masif melalui Main Stream Media  menggunakan terminologi dan slogan “Arab Spring”, agar terdengar dan terasa aktivitas Grassroots dan manis. Intinya:

"We need to take out their government, and run their country for them." - Dark Cabals; Globalist, Global Banksters, Global Corporation, Petrodollars.

Beberapa tahun sebelum pergerakan, Melalui NED (National Endowment for Democracy) dan Movement.org, para agitator terbang bolak balik Washington dan New York, serta kebeberapa tempat di beberapa negara. Untuk mendapatkan pelatihan, beberapa peralatan dan pendanaan untuk menjalankan operasi pergantian rejim, ketika mereka pulang ke negara masing-masing. Di Indonesia, NED (National Endowment for Democracy) dikenal dengan USAID (United States Agency for International Development).

Tanggal 14 April 2011 New York Time membuat Headline “US Groups Helped Nurture Arab  Uprising” 

“Bebera grup dan individu yang terlibat dalam pergerakan menentang pemerintah, menyebar ke seluruh kawasan (MENA). Termasuk pergerakan pemuda menentang pemerintah di Mesir tanggal 6 April. Entsar Qadhi, seorang aktivis Grass-root Pemimpin Pemuda Yaman, serta aktivis Bahrain Centre for Human Right, mendapat pelatihan dan bantuan dana dari International Republican Institute, the National Democratic Institute, dan Freedom House organisasi nirlaba Human Right yang berkedudukan di Washington.”

Jadi jelas, bahwa “Arab Spring/Uprising” merupakan sebuah produk hasil dari Industri “Color Revolution”. Global Politics Affair dengan campur tangan Dark Cabals, Globalist, Global Banksters, Petrodollar yang memperdaya pemerintah AS. Tidak bisa disangkal pula, bahwa lebih luas, seluruh peristiwa terjadi untuk membarikade pengaruh Rusia dan China (baca buku: “Grand Chessboard” by Zbigniew Brzezinski).  

Namun operasi “Arab Spring” ternyata tidak memberi hasil signifikan, dapat dikatakan gagal. Belajar dari kegagalan tersebut Dark Cabal mulai bergerak dengan Plan B. Memperdaya kekuatan Superpower melalui “Proxy War” (strategi Pengecut; “Coward”). Menciptakan peperangan atau pemberontakan bersenjata menggunakan organisasi ekstrimis/radikal yang sudah tercipta/diciptakan. Orang-orang yang sudah diberi pelatihan, peralatan dan pendanaan dialihkan menjadi sebuah kekuatan bersenjata, diberi lebel heroik “Freedom Fighter/Pejuang Kebebasan”, bermetamorphosis menjadi ISIS. Melalui strategi proxy war ini ternyata cukup efektif, Muammar Gaddafi (RIP) PM Libya tumbang, dan yang lain sedang berlangsung dikawasan MENA, sampai saat ini.

3. Afghanistan-Libya-Syria-Iraq Quagmire dan Ukraina; Disaat Dark Cabals, Globalist, Global Banksters, mulai kesulitan mengendalikan kekacauan yang terjadi, terutama di keempat negara (Afghanistan, Libya, Syiria, dan Iraq), konflik terus berlangsung, bertambah parah, dan diluar kontrol. Disisi lain Pemerintah Ukraina (ciptaan mereka) masih bergelut dengan kekerasan dan kehilangan Crimea. Disamping itu mereka juga tidak dapat sepenuhnya menguasai dan menaklukan Rusia dan China, melalui sangsi ekonomi. Bahkan Presiden Obama mematahkan satu misi penting mereka terhadap Iran, untuk menggagalkan perjanjian tentang tenaga Nuklir. 

4. Pergantian rezjim di Syria sebagai tonggak utama, untuk menetralisir Rusia dan Iran; Para Cabals berhasil melakukan pergantian rejim di Ukraina dengan mensponsori kudeta, mengganti pemerintahan Presiden Viktor Fedorovych Yanukovych, yang lebih mementingkan hubungan baik dengan Rusia ketimbang bergabung ke Uni Eropa. Saat ini Ukraina dipimpin “Presiden Boneka” Petro Poroshenko, namun harus kehialangan Crimea dengan dominasi penduduk berbahasa Rusia. Merupakan kehilangan wilayah yang sangat signifikan, karena Crimea memiliki kandungan Gas Alam 4,3 triliun meter kubik, Ukraina kini (minus Crimea yang sudah menjadi bagian dari Rusia melalui referendum) hanya memiliki persediaan Gas Alam sebanyak 1,1 triliun meter kubik.  

Meng“Iblis”kan Bashar al-Assad; Keberhasilan mensponsori kudeta di Ukraina adalah sebuah momentum bagi para Cabals untuk memperdaya perintah AS agar melakukan hal yang sama terhadap Syria. Presiden Obama merestui, dan mengeluarkan pernyataan “Presiden Bashar Al-Assad harus turun tahta.” Diikuti para sekutunya di Eropa. Penggelontoran dana, Pensuplian Senjata dan Psychological Warfare pun mulai dioperasikan. Memcuci otak “Brainwashing” seluruh polulasi penduduk dunia merupakan langkah pertama dan krusial. Berbagai propaganda meng“iblis”kan Bashar al Assad dilakukan melalui Main Stream Media (MSM) baik Local/International, tidak terkecuali di Negeri ini. Satu contoh, Pemerintah Bashar al-Assad dituduh menggunakan Senjata Kimia untuk membunuh rakyatnya sendiri. Fakta, tidak ada lembaga manapun didunia yang dapat membuktikan ia membunuh rakyatnya menggunakan senjata kimia, dan melewati Red Line. Taktik propaganda Senjata Kimia bertujuan untuk melegalisasi dan mendeklarasikan perang total terhadap Syiria. 

Rusia dan China tidak sependapat pada tuduhan, dan memiliki bukti bahwa Bashar Al-Assad tidak pernah menggunakan Senjata Kimia. Bukti selanjutnya, polisi turki menagkap 2 anggota teroris, berusaha menyelundupkan bahan baku (hanya dimiliki AS) pembuat senjata kimia ke Syiria, untuk membantu pemberontak memproduksi senjata kimia. AS membela diri, bahwa mereka hanya mendanai pergerakan atau kelompok  “Freedom Fighter”, terdiri dari kelompok oposisi dan Islam Moderat, bukan kelompok ISIS.

Seperti di beritakan MSM, ISIS menjadi tidak terkontrol dan bergerak diluar pakem yang telah digariskan Pemerintah AS-NATO. Diberitakan kekejaman demi kekejaman dilakukan oleh organisasi ini (?). Akhirnya Pemerintah AS pun mendeklarasikan, bahwa ISIS adalah kelompok teroris, harus “dimusnahkan dari permukaan bumi”. Ajaibnya, ISIS bertambah kuat, menyebar luas hingga Afrika dan menjadi organisasi teroris terkaya dan termodern di dunia, memiliki dana besar, peralatan komunikasi, dan peralatan perang yang tak kalah canggih dibanding tentara Syria. Selanjutnya, menurut MSM, ISIS melakukan kekejaman hingga diluar batas kemanusiaan dan terjadi pembantaian rakyat sipil dimana mereka berada. Masih menurut MSM, petinggi Al Qaeda pun akan mulai melakukan perlawan terhadap ISIS(?). Lalu? Salah satu Jendral AS, Jendral David Petraeus berpendapat: “Kita harus bekerjasama denga Al Qaeda untuk membasmi ISIS.” Whaat...???!!! 

Sebuah sumber menjelaskan, bahwa pemerintah AS-EU akan meningkatkan keterlibatan militer di kawasan tersebut (Konflik di Syria):

"The government is essentially posing a question: Could we do more? Should we do more? But Syria is where the fight should be taken to."

Sumber lain menambahkan: "The government will say the campaign in Iraq has been a success. IS has been degraded, land has been taken back. Some of their leaders have been killed. But the problem is across the border in Syria." 

Dari penjelasan di atas, rasa-rasanya kita mulai mengetahui dan memahami bagaimana “Badai Pengungsi” bisa melanda Uni Eropa. 

Ukraina-Crimea, Sangsi Ekonomi Rusia, ISIS berjaya 

Ketika Crimea akan melakukan referendum untuk menentukan nasib dan masa depan rakyatnya, Uni Eropa dan NATO menunjukan sikap ambigu, menyiratkan ketidak yakinan untuk memenangkan hati rakyat Crimea melalui referendum. Dan mimpi buruk itupun terjadi, setelah diadakan referendum. Rakyat Crimea, dominasi penduduk Berbahasa Rusia, 90% lebih memilih bergabung dengan Rusia. Kali ini Barat menjadi benar-benar panik, ditengah kepanikan, wilayah lain yang berbatasan langsung dengan Rusia, dikawasan timur Ukraina, berkeinginan membentuk negara mandiri. Sementara ISIS mendapat keuntungan dari kekacauan dan situasi panik tersebut, dan berjaya. Berhasil memperluas pengaruh dan “wilayah pendudukan”. Serta bertambahnya kekuatan dan peralatan modern. Dari mana semua itu didapat???Hmmm...!

Dari kekalahan Barat di Ukraina (hilangnya Crimea, dan bangkitnya Donenks), pihak yang paling merasa dirugikan disini adalah AS. Untuk itu Pemerintahan Presiden Obama berkehendak menambah bobot sangsi ekonomi yang sudah dikenakan terhadap Rusia. Karena dianggap telah melampaui batas dan melanggar hukum internasional dengan menganeksasi Crimea. Disamping itu Presiden Putin, konsisten memberi dukungan pada Presiden Bashar al-Assad, dengan persenjataan modern dan pelatihan tentara.

Apa yang terjadi ketika Presiden Obama berkendak memberi tekanan lebih berat terhadap sangsi ekonomi yang sudah dikenakan pada Rusia?

Ketika Capitalisme sedang menghadapi keruntuhan di dunia barat, menjatuhkan sangsi lebih berat terhadap Rusia merupakan tindakan ceroboh dan emosional, paling tidak itu menurut sebagian besar pengamat politik dan ekonom dunia. Ternyata, pendapat tersebut didengar oleh para pilitisi Uni Eropa. 7 Negara (Cyprus, Italy, Yunani, Hungaria, Slovakia, Austria, Spanyol; Sputniknews.com) menolak memperberat Sangsi Ekonomi terhadap Rusia, yang mencengangkan, Jerman dan Perancis juga memberi signal ketidak setujuannya. Dititik inilah kunci utama terjadinya “Badai Pengungsi” yang secara tiba-tiba melanda Uni Eropa. Penentangan dari beberapa negara ini menunjukan pengaruh AS mulai mengalami degradasi, hal itu mempermalukan dan merendahkan kedigdayaan para Dark Cabals, Globalist, dan Global Banksters, serta Petrodollar Corp, dan tentu para Elit AS. Apakah AS melakukan retaliasi menggunakan “Pengungsi” sebagai Senjata? 

Adalah sangat salah jika ada anggapan Uni Eropa tidak layak diganjar banjir pengungsi dari negara lain. Uni Eropa sangat layak mendapat ganjaran tersebut, karena mereka juga andil dalam berbagai kekacauan di negara-negara Afrika selain Timur Tengah, baik politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan. Contoh, Libya dan berbagai negara di timur tengah, dan yang terakhir Syria.  

“Serangan Badai Pengungsi”:

Tatkala Perdana Menteri Libya Muammar Gaddafi (RIP) menghadapi bombardir yang dilakukan NATO, ia mengeluarkan “kutukan keramat” terhadap NATO. Dalam bentuk surat terbuka, diterima oleh Harian Zavra Rusia. Di bawah, bagian dari isi surat tersebut: 

“Sekarang kalian dengar, orang-orang di NATO. Kalian membombardir tembok yang berdiri tegak penghadang perjalanan orang Afrika yang akan bermigrasi dan perjalanan para teroris Al Qaeda ke Uni Eropa. Tembok itu adalah Libya. Kalian hancurkan. Para Idiot, kalian akan dibakar di neraka karena perilaku kalian terhadap ribuan migran dari Afrika dan mendukung Al Qaeda. Itu pasti. Saya tidak pernah berbohong. Dan saya tidak berbohong saat ini.” - http://tass.ru/en/opinions/819928

Whoaa... ternyata do’a dan kutukan PM M. Gaddafi (RIP), yang dianiaya tanpa perikemanusiaan hingga meninggal oleh kelompok barbar bayaran NATO, diterima oleh Yang Maha Kuasa dan terwujud, amiiin; Apapun agenda dibalik “Badai Pengungsi” tersebut. Libya saat ini sangat bertolak belakang situasi dan kondisinya, dibanding saat PM M. Gaddafy (RIP) yang memberi kemakmuran. Tidak aman, terpecah belah, pertikaian tanpa henti, seperti “sekelompok Hyena” bertempur dengan kelompok lainnya untuk memperebutkan kekuasaan dan wilayah. 

Kembali, bagaimana “Banjir Bandang/Badai Pengungsi” bisa terjadi secara tiba-tiba?

Ketika AS melihat indikasi kurang menguntungkan dan terjadi degradasi atas hegemoninya di Uni Eropa, maka sebuah tindakan radikal harus diambil untuk mengembalikan pada posisi semula, atau lebih mencengkeram. Indikasi yang merugikan bagi AS tersebut seperti dijelaskan di atas: (1) Keengganan politisi dan Elit di Uni Eropa untuk menerapkan Sangsi Ekonomi secara sungguh-sungguh terhadap Rusia. Fakta, transaksi perdagangan utamanya MiGas terus berlangsung tanpa menghiraukan sangsi yang dikenakan AS. (2) Ketika terjadi “Perebutan Lahan Gas Alam” a.k.a Crimea-Ukraina (4.3 triliun meter kubik) yang dimenangkan oleh Rusia, AS merasa di pecundangi, dan menganggap bergabungnya Crimea ke Rusia sebagai Aneksasi, sementara Elit Uni Eropa terkesan pasif. (3) Karena menganggap Crimea di aneksasi Rusia, maka AS meluncurkan tambahan bobot dan memperluas Sangsi Ekonomi terhadap Rusia, dengan harapan Crimea dilepaskan. Namun, terjadi sebalik, para Elit dan Politisi Uni Eropa tidak menyetujui dan Negara-negara seperti Perancis dan Jerman pun enggan untuk lebih menekan Rusia. (4) Effort dan tingkat keseriusan yang sangat minim dari Elit dan Politisi EU, untuk melaksanakan Agenda Pergantian Rezim di Syiria. 

Mengapa para Elit Uni Eropa terasa enggan untuk melakukan berbagai tekanan terhadap Rusia? Jawabannya ada pada Peta Jalur MiGas Rusia. Penyaluran Migas dari Rusia sudah mencukupi kebutuhan Uni Eropa. 

Namun, beberapa negara di kawasan Arab juga ingin menyalurkan Migas mereka melalui jalur pipa, karena lebih efisien. Yaa...Titik Pusat dari permasalahan di Kawasan Arab dan Levant umumnya, tidak lebih tidak kurang karena para Greedy Crook Capitalist pemilik Petrodollar Corp. Mereka menginginkan lebih banyak lagi keuntungan dan hegemoni; “capitalist: dung of the devil-kotoran iblis” - Paus Fransiskus.

Lalu apakah “Badai Pengungsi” ke Uni Eropa adalah hasil dari sebuah keputusan radikal AS, untuk mengendalikan para Elit dan Politikus? Bisa ya bisa tidak. Begini penjelasannya:

Pertama; ISIS is a Trojan Horse; Seluruh permasalahan yang terjadi berakar pada perencanaan jalur pipa penyalur MiGas oleh negara dikawasan Arab dan Asia Tengah, untuk eksport ke Uni Eropa. Ada tiga rencana jalur MiGas, yang telah direncanakan sebelum terjadi peperangan, terbentuknya ISIS, dan Pengungsi. Rencana-rencana tersebut juga masuk kedalam wilayah strategi geopolitik AS. 

Saat syiria tidak menyetujui peta atau kerjasama denga Qatar dan Arab Saudi, maka kedua negara ini dibantu AS merekrut Islam Radikal di kawasan Iraq awal mulanya, kemudian disatukan dengan yang berada di Syria. Tujuan utama kelompok ini adalah mendestabilisasi Syria dan menguasai jalur yang akan dilalui oleh Pipa Penyalur Migas. Semantara rencana menjatuhkan Pemerintahan Bashar Al-Assad ditangani oleh AS, terus berjalan melalui berbagai cara; Propaganda di Media Massa International, membangun Kelompok Opossi, dan mempersiapkan pengganti Bashar Al-Assad. Menugaskan kaum radikal yang sudah dipersiapkan, untuk meneror dan mendestabilisasi pemerintah Syria. Saai ini Kelompok tersebut dikenal dengan Kelompok ISIS. Peperangan meluas dan tak terkendali, pengungsian besar-besaran dari Syria ketetanggapun tidak dapat dihindari. Dibawah adalah peta jalur penyaluran MiGas, dikawasan terjadinya perang:

Kedua; Refugee is a Weapon; “Turki membuka lebar-lebar pintunya untuk para pengungsi yang berjumlah jutaan orang, dan membangun kamp pengungsi yang menelan biaya $6 milyard - bukan untuk sebuah alasan altruisme, tetapi akan mempergunakan mereka sebagai sebuah “Senjata” geopolitik, bekerjasama dengan AS, NATO, dan Elit Uni Eropa, saat dibutuhkan.” - The German Konjunktion.info network, globalresearch.ca. 

Skenario yang cantik dan manis bukan? Pada dasarnya strategi tersebut di atas bukan  resep “Bang Toyyip” a.k.a Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki), si “Bang Toyyip” hanya menuruti perintah sang Master; Master of Puppet dari AS dan NATO. Turki membuka tangan lebar-lebar terhadap ratusan ribu bahkan jutaan pengungsi dengan menggelontorkan milyaran dolar dan pembangunan kamp pengungsi yang sangat terorganisir. Apakah elit Turki menarik keuntungan dari peristiwa tersebut? Pasti, baik finansial dan dukungan politik internasional dalam banyak hal. Kamp pengungsi itu sendiri memang bagian dari strategi jangka panjang  sebagai “save heavens” terletak di kawasan utara Syria, yang dipersiapkan untuk sarana pendukung NATO dan Proxy Terorisnya ISIS-DAesh (globalresearch.ca). 

Saat ini, karena alasan-alasan tersebut di atas (1.2.3.4), ratusan ribu  pengungsi dilepas untuk memasuki kawasan Uni Eropa dalam waktu singkat. Mesin propaganda (Main Stream Media), bergerak cepat dengan headline-headline yang pada initinya meng “iblis” kan Bashar al Assad, bertema “Badai Pengungsi yang terjadi diakibatkan peperangan di Syria yang tidak berkesudahan.”

Fakta “Badai Pengungsi” di Uni Eropa”; Daily Mail mengangkat Headline yang berseberangan dengan MSM dan menyatakan dengan lantang, “Figur Pengungsi yang dipublikasikan/diekspos dan krisis pengungsi yang terjadi diakibatkan peperangan (Syria) adalah sebuah “KEBOHONGAN”; Fakta, 4 dari 5 pengungsi bukan dari Syria.”  Kurang dari 20% pengungsi berasal dari Syria, selebihnya 80% dari mana? Yang cukup mengherankan dan mengundang tanya, usia pengungsi pria berumur antara 18 - 34 tahun mendominasi hingga 75%. Jadi jelas inti masalah bukan peperangan, tetapi pengungsi dijadikan “Alat Peperangan”; Refugee is a Weapon. Untuk menekan Elit dan Politisi Uni Eropa. ISIS juga mengklaim menyelundupkan aggotanya.

Ketiga; Perang Informasi “Badai Pengungsi” dan Pretext Menggempur Syria;

Sejauh yang kita tahu, berbagai hal memilukan tentang krisis pengungsi di Uni Eropa, akibat dari peperangan yang terjadi di Syria. Tetapi kita tidak pernah mendapatkan informasi apa yang sebenarnya terjadi dibalik itu semua, dan siapa yang menarik dan mendapatkan keuntungan besar dari peristiwa tersebut. Terlebih dahulu kita menyimak penggunaan kata dibawah ini:

Penggunaan kata “Crisis/Krisis”, “Refugee/Pengungsi”, dan “Migrant/Migran” oleh Main Stream Media (MSM)

Jangan termakan oleh kata-kata tersebut. Mereka (Cabals) menggunakan ketiga kata tersebut untuk mengelabui dan memanipulasi populasi untuk tujuan tertentu. Ketiga kata tersebut intens dipergunakan MSM Barat. Kesemua itu merupakan bagian dari Psy-Ops (Psychological Operations) atau Psy-War (Psychological War); Elemen utama Pretext AS+NATO bertujuan menggempur Syria. Superpower lain dalam hal ini Rusia dan China, menyadari situasi dan kondisi, sehingga tetap merealisasi kontrak dan mensuplai pembelian senjata canggih (sulit untuk ditanding senjata perang tercanggih AS) yang telah ditanda tangani jauh sebelum terjadi pemberontakan dan teror di Syria.

Semua MSM Barat (Setiap kali anda menyebut nama media massa terkenal dari barat, yang manapun) dipenuhi oleh orang-orang Hypocrite (mengaplikasi Double Standard), mereka melacurkan diri pada korporasi dan pemilik, serta Elit Politik. Ken O’keefe menyebutnya sebagai “Rumah Pelacuran”. Mereka menggunakan ketiga kata dengan dukungan visual dramatis, sebagai bagian dari agenda perang para Facist “Greedy Crook Capitalist ‘dung of the devil a.k.a kotoran iblis”, untuk menggulingkan Bashar Al-Assad. 

Andai kita semua tahu! Bahwa krisis pengungsi yang sebenarnya terjadi, berada dikawasan negara tetangga Syria. Karena memiliki rasa nasionalisme tinggi para pengungsi berada tidak jauh dari negara sendiri. Oleh karena itu, jika berbicara krisis pengungsi bukan di Uni Eropa. Mereka berada di negara tetangga: Turkey 1.938.999 pengunsi, Lebanon 1.172.753 pengungsi, Jordania 629.245 pengungsi (lihat peta pengungsi). Sebagai perbandingan, pengungsi di Uni Eropa sampai 2014 ada di kisaran 600 s/d 650 ribu pengungsi. Jadi jelasnya, TIDAK ADA KRISIS PENGUNGSI DI UNI EROPA (28 negara)!!! All News about “Refugee Crisis” in EU is a GOBSHITE!!! The news that’s come out from their mouth is full of shit!!!

Jika Turkey, Jordania, dan Lebanon yang notabene termasuk dalam golongan negara berkembang menampung 1 s/d 2 juta pengungsi, mengapa Uni Eropa (28 negara) yang hanya kisaran ratusan ribu keberatan? Berteriak paling keras, dan akan mengalami krisis ekonomi lebih berat, seperti diberitakan MSM Barat. Ingat! Penekanan berita oleh MSM mengenai krisis pengungsi di eropa selalu di kaitkan akibat dari peperangan di Syria yang dipimpin oleh pemimpin tiran, diberitakan secara masif, 247 seminggu. Padahal hanya 1 pengungsi Syria dari 5 pengungsi yang ke Uni EROPA. “Krisis Pengungsi yang dipertontonkan adalah sebuah pertunjukan drama theaterikal di sebuah Grant Coliseum bernama Uni Eropa”. 

Mereka para jurnalis MSM juga memanipulasi antara kata “Refugee” dan “Migrant”, kedua kata tersebut berbeda implikasinya. Silahkan buka kamus dan cek perbedaannya.

Masih ingat dengan foto mayat anak pengungsi yang terdampar di pantai Turki? Hampir seluruh media didunia mengekspos, mulai dari media sosial hingga stasiun TV. Apakah anda tahu, bahwa kejadian memilukan tersebut dipolitisir dan dijadikan alat meng “iblis” kan Presiden Syria, serta Pretext memulai perang besar tehadap Syria? 

http://www.zerohedge.com/news/2015-09-08/read-mainstream-media-uses-drowned-refugee-boy-start-another-war . Kalau tidak percaya, berarti anda termasuk kelompok orang yang mudah “Dikadali, Ditipu,dan Diprovokasi”. Mengapa? Jika diamati, diteliti, dan dibaca secara cermat berita MSM Barat, maka kita akan paham, pemberitaan Aylan Kurdi bocah tersebut dipolitisir, tendensius dan bermotif. 

Kesimpulan; Seluruh drama yang terjadi di Uni Eropa, utamanya “Badai Pengungsi”, merupakan sebuah Mekaninisme Kehidupan Sosial terintegrasi dan terencana dengan tingkat kecanggihan dan kompleksitas sangat tinggi, biasa disebut dengan “Social Engineering”. Social Engineering melibatkan semua unsur kehidupan Politik, Ekonomi, Social-Budaya, Pertahanan dan Keamanan (POLEKSOSBUD-HANKAM). Unsur masyarakat yang terkait: Korporasi (Bankir/Bankster, Globalist, Global Bankster, Global Corp.), Media Massa/Sosial, NGO, dan Organisasi Global (UN, WTO, dll), sampai ke organisasi Grass-root (Komunitas, Akademia, dan Aktivis).

Tidak ada seorangpun yang dapat menghentikan terjadinya pengusian. Hanya ada Satu jalan menghentikannya: “Berhenti mendukung Peperangan, saat bersamaan Bumi Hanguskan Korupsi dan Pelakunya”. Artinya berhenti mendukung/memilih para Koruptor dan “War Monger” Protagonist, untuk menduduki jabatan di pemerintahan dan menjadi pembunuh jutaan umat manusia di seluruh dunia. Bagi para Aktivis, Media Massa dan jurnalis, seharusnya dibenak kalian utamanya adalah unsur Kemanusiaan bukan unsur Korporasi, karena setiap aksi yang kalian lakukan akan berdampak pada anak cucu harapan Bangsa dan Negeri Pertiwi dimasa depan.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun