Namun operasi “Arab Spring” ternyata tidak memberi hasil signifikan, dapat dikatakan gagal. Belajar dari kegagalan tersebut Dark Cabal mulai bergerak dengan Plan B. Memperdaya kekuatan Superpower melalui “Proxy War” (strategi Pengecut; “Coward”). Menciptakan peperangan atau pemberontakan bersenjata menggunakan organisasi ekstrimis/radikal yang sudah tercipta/diciptakan. Orang-orang yang sudah diberi pelatihan, peralatan dan pendanaan dialihkan menjadi sebuah kekuatan bersenjata, diberi lebel heroik “Freedom Fighter/Pejuang Kebebasan”, bermetamorphosis menjadi ISIS. Melalui strategi proxy war ini ternyata cukup efektif, Muammar Gaddafi (RIP) PM Libya tumbang, dan yang lain sedang berlangsung dikawasan MENA, sampai saat ini.
3. Afghanistan-Libya-Syria-Iraq Quagmire dan Ukraina; Disaat Dark Cabals, Globalist, Global Banksters, mulai kesulitan mengendalikan kekacauan yang terjadi, terutama di keempat negara (Afghanistan, Libya, Syiria, dan Iraq), konflik terus berlangsung, bertambah parah, dan diluar kontrol. Disisi lain Pemerintah Ukraina (ciptaan mereka) masih bergelut dengan kekerasan dan kehilangan Crimea. Disamping itu mereka juga tidak dapat sepenuhnya menguasai dan menaklukan Rusia dan China, melalui sangsi ekonomi. Bahkan Presiden Obama mematahkan satu misi penting mereka terhadap Iran, untuk menggagalkan perjanjian tentang tenaga Nuklir.
4. Pergantian rezjim di Syria sebagai tonggak utama, untuk menetralisir Rusia dan Iran; Para Cabals berhasil melakukan pergantian rejim di Ukraina dengan mensponsori kudeta, mengganti pemerintahan Presiden Viktor Fedorovych Yanukovych, yang lebih mementingkan hubungan baik dengan Rusia ketimbang bergabung ke Uni Eropa. Saat ini Ukraina dipimpin “Presiden Boneka” Petro Poroshenko, namun harus kehialangan Crimea dengan dominasi penduduk berbahasa Rusia. Merupakan kehilangan wilayah yang sangat signifikan, karena Crimea memiliki kandungan Gas Alam 4,3 triliun meter kubik, Ukraina kini (minus Crimea yang sudah menjadi bagian dari Rusia melalui referendum) hanya memiliki persediaan Gas Alam sebanyak 1,1 triliun meter kubik.
Rusia dan China tidak sependapat pada tuduhan, dan memiliki bukti bahwa Bashar Al-Assad tidak pernah menggunakan Senjata Kimia. Bukti selanjutnya, polisi turki menagkap 2 anggota teroris, berusaha menyelundupkan bahan baku (hanya dimiliki AS) pembuat senjata kimia ke Syiria, untuk membantu pemberontak memproduksi senjata kimia. AS membela diri, bahwa mereka hanya mendanai pergerakan atau kelompok “Freedom Fighter”, terdiri dari kelompok oposisi dan Islam Moderat, bukan kelompok ISIS.
Seperti di beritakan MSM, ISIS menjadi tidak terkontrol dan bergerak diluar pakem yang telah digariskan Pemerintah AS-NATO. Diberitakan kekejaman demi kekejaman dilakukan oleh organisasi ini (?). Akhirnya Pemerintah AS pun mendeklarasikan, bahwa ISIS adalah kelompok teroris, harus “dimusnahkan dari permukaan bumi”. Ajaibnya, ISIS bertambah kuat, menyebar luas hingga Afrika dan menjadi organisasi teroris terkaya dan termodern di dunia, memiliki dana besar, peralatan komunikasi, dan peralatan perang yang tak kalah canggih dibanding tentara Syria. Selanjutnya, menurut MSM, ISIS melakukan kekejaman hingga diluar batas kemanusiaan dan terjadi pembantaian rakyat sipil dimana mereka berada. Masih menurut MSM, petinggi Al Qaeda pun akan mulai melakukan perlawan terhadap ISIS(?). Lalu? Salah satu Jendral AS, Jendral David Petraeus berpendapat: “Kita harus bekerjasama denga Al Qaeda untuk membasmi ISIS.” Whaat...???!!!
"The government is essentially posing a question: Could we do more? Should we do more? But Syria is where the fight should be taken to."
Sumber lain menambahkan: "The government will say the campaign in Iraq has been a success. IS has been degraded, land has been taken back. Some of their leaders have been killed. But the problem is across the border in Syria."