Kembali, bagaimana “Banjir Bandang/Badai Pengungsi” bisa terjadi secara tiba-tiba?
Ketika AS melihat indikasi kurang menguntungkan dan terjadi degradasi atas hegemoninya di Uni Eropa, maka sebuah tindakan radikal harus diambil untuk mengembalikan pada posisi semula, atau lebih mencengkeram. Indikasi yang merugikan bagi AS tersebut seperti dijelaskan di atas: (1) Keengganan politisi dan Elit di Uni Eropa untuk menerapkan Sangsi Ekonomi secara sungguh-sungguh terhadap Rusia. Fakta, transaksi perdagangan utamanya MiGas terus berlangsung tanpa menghiraukan sangsi yang dikenakan AS. (2) Ketika terjadi “Perebutan Lahan Gas Alam” a.k.a Crimea-Ukraina (4.3 triliun meter kubik) yang dimenangkan oleh Rusia, AS merasa di pecundangi, dan menganggap bergabungnya Crimea ke Rusia sebagai Aneksasi, sementara Elit Uni Eropa terkesan pasif. (3) Karena menganggap Crimea di aneksasi Rusia, maka AS meluncurkan tambahan bobot dan memperluas Sangsi Ekonomi terhadap Rusia, dengan harapan Crimea dilepaskan. Namun, terjadi sebalik, para Elit dan Politisi Uni Eropa tidak menyetujui dan Negara-negara seperti Perancis dan Jerman pun enggan untuk lebih menekan Rusia. (4) Effort dan tingkat keseriusan yang sangat minim dari Elit dan Politisi EU, untuk melaksanakan Agenda Pergantian Rezim di Syiria.
Mengapa para Elit Uni Eropa terasa enggan untuk melakukan berbagai tekanan terhadap Rusia? Jawabannya ada pada Peta Jalur MiGas Rusia. Penyaluran Migas dari Rusia sudah mencukupi kebutuhan Uni Eropa.
Lalu apakah “Badai Pengungsi” ke Uni Eropa adalah hasil dari sebuah keputusan radikal AS, untuk mengendalikan para Elit dan Politikus? Bisa ya bisa tidak. Begini penjelasannya:
Pertama; ISIS is a Trojan Horse; Seluruh permasalahan yang terjadi berakar pada perencanaan jalur pipa penyalur MiGas oleh negara dikawasan Arab dan Asia Tengah, untuk eksport ke Uni Eropa. Ada tiga rencana jalur MiGas, yang telah direncanakan sebelum terjadi peperangan, terbentuknya ISIS, dan Pengungsi. Rencana-rencana tersebut juga masuk kedalam wilayah strategi geopolitik AS.
Skenario yang cantik dan manis bukan? Pada dasarnya strategi tersebut di atas bukan resep “Bang Toyyip” a.k.a Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki), si “Bang Toyyip” hanya menuruti perintah sang Master; Master of Puppet dari AS dan NATO. Turki membuka tangan lebar-lebar terhadap ratusan ribu bahkan jutaan pengungsi dengan menggelontorkan milyaran dolar dan pembangunan kamp pengungsi yang sangat terorganisir. Apakah elit Turki menarik keuntungan dari peristiwa tersebut? Pasti, baik finansial dan dukungan politik internasional dalam banyak hal. Kamp pengungsi itu sendiri memang bagian dari strategi jangka panjang sebagai “save heavens” terletak di kawasan utara Syria, yang dipersiapkan untuk sarana pendukung NATO dan Proxy Terorisnya ISIS-DAesh (globalresearch.ca).
Saat ini, karena alasan-alasan tersebut di atas (1.2.3.4), ratusan ribu pengungsi dilepas untuk memasuki kawasan Uni Eropa dalam waktu singkat. Mesin propaganda (Main Stream Media), bergerak cepat dengan headline-headline yang pada initinya meng “iblis” kan Bashar al Assad, bertema “Badai Pengungsi yang terjadi diakibatkan peperangan di Syria yang tidak berkesudahan.”