Mohon tunggu...
Agus Tulastyo
Agus Tulastyo Mohon Tunggu... lainnya -

Praktisi periklanan, Pengamat media, Peneliti. "All Truth passes thru three stages: First, it is ridiculed. Second, it is violently opposed. Third, it is accepted as self-evident." - Arthur Schopenhauer; German Philosopher

Selanjutnya

Tutup

Politik

“Badai Pengungsi” Senjata menaklukan Elit Uni Eropa? Analisis, dan yang Harus Anda Tahu

28 September 2015   14:02 Diperbarui: 28 September 2015   15:06 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali, bagaimana “Banjir Bandang/Badai Pengungsi” bisa terjadi secara tiba-tiba?

Ketika AS melihat indikasi kurang menguntungkan dan terjadi degradasi atas hegemoninya di Uni Eropa, maka sebuah tindakan radikal harus diambil untuk mengembalikan pada posisi semula, atau lebih mencengkeram. Indikasi yang merugikan bagi AS tersebut seperti dijelaskan di atas: (1) Keengganan politisi dan Elit di Uni Eropa untuk menerapkan Sangsi Ekonomi secara sungguh-sungguh terhadap Rusia. Fakta, transaksi perdagangan utamanya MiGas terus berlangsung tanpa menghiraukan sangsi yang dikenakan AS. (2) Ketika terjadi “Perebutan Lahan Gas Alam” a.k.a Crimea-Ukraina (4.3 triliun meter kubik) yang dimenangkan oleh Rusia, AS merasa di pecundangi, dan menganggap bergabungnya Crimea ke Rusia sebagai Aneksasi, sementara Elit Uni Eropa terkesan pasif. (3) Karena menganggap Crimea di aneksasi Rusia, maka AS meluncurkan tambahan bobot dan memperluas Sangsi Ekonomi terhadap Rusia, dengan harapan Crimea dilepaskan. Namun, terjadi sebalik, para Elit dan Politisi Uni Eropa tidak menyetujui dan Negara-negara seperti Perancis dan Jerman pun enggan untuk lebih menekan Rusia. (4) Effort dan tingkat keseriusan yang sangat minim dari Elit dan Politisi EU, untuk melaksanakan Agenda Pergantian Rezim di Syiria. 

Mengapa para Elit Uni Eropa terasa enggan untuk melakukan berbagai tekanan terhadap Rusia? Jawabannya ada pada Peta Jalur MiGas Rusia. Penyaluran Migas dari Rusia sudah mencukupi kebutuhan Uni Eropa. 

Namun, beberapa negara di kawasan Arab juga ingin menyalurkan Migas mereka melalui jalur pipa, karena lebih efisien. Yaa...Titik Pusat dari permasalahan di Kawasan Arab dan Levant umumnya, tidak lebih tidak kurang karena para Greedy Crook Capitalist pemilik Petrodollar Corp. Mereka menginginkan lebih banyak lagi keuntungan dan hegemoni; “capitalist: dung of the devil-kotoran iblis” - Paus Fransiskus.

Lalu apakah “Badai Pengungsi” ke Uni Eropa adalah hasil dari sebuah keputusan radikal AS, untuk mengendalikan para Elit dan Politikus? Bisa ya bisa tidak. Begini penjelasannya:

Pertama; ISIS is a Trojan Horse; Seluruh permasalahan yang terjadi berakar pada perencanaan jalur pipa penyalur MiGas oleh negara dikawasan Arab dan Asia Tengah, untuk eksport ke Uni Eropa. Ada tiga rencana jalur MiGas, yang telah direncanakan sebelum terjadi peperangan, terbentuknya ISIS, dan Pengungsi. Rencana-rencana tersebut juga masuk kedalam wilayah strategi geopolitik AS. 

Saat syiria tidak menyetujui peta atau kerjasama denga Qatar dan Arab Saudi, maka kedua negara ini dibantu AS merekrut Islam Radikal di kawasan Iraq awal mulanya, kemudian disatukan dengan yang berada di Syria. Tujuan utama kelompok ini adalah mendestabilisasi Syria dan menguasai jalur yang akan dilalui oleh Pipa Penyalur Migas. Semantara rencana menjatuhkan Pemerintahan Bashar Al-Assad ditangani oleh AS, terus berjalan melalui berbagai cara; Propaganda di Media Massa International, membangun Kelompok Opossi, dan mempersiapkan pengganti Bashar Al-Assad. Menugaskan kaum radikal yang sudah dipersiapkan, untuk meneror dan mendestabilisasi pemerintah Syria. Saai ini Kelompok tersebut dikenal dengan Kelompok ISIS. Peperangan meluas dan tak terkendali, pengungsian besar-besaran dari Syria ketetanggapun tidak dapat dihindari. Dibawah adalah peta jalur penyaluran MiGas, dikawasan terjadinya perang:

Kedua; Refugee is a Weapon; “Turki membuka lebar-lebar pintunya untuk para pengungsi yang berjumlah jutaan orang, dan membangun kamp pengungsi yang menelan biaya $6 milyard - bukan untuk sebuah alasan altruisme, tetapi akan mempergunakan mereka sebagai sebuah “Senjata” geopolitik, bekerjasama dengan AS, NATO, dan Elit Uni Eropa, saat dibutuhkan.” - The German Konjunktion.info network, globalresearch.ca. 

Skenario yang cantik dan manis bukan? Pada dasarnya strategi tersebut di atas bukan  resep “Bang Toyyip” a.k.a Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki), si “Bang Toyyip” hanya menuruti perintah sang Master; Master of Puppet dari AS dan NATO. Turki membuka tangan lebar-lebar terhadap ratusan ribu bahkan jutaan pengungsi dengan menggelontorkan milyaran dolar dan pembangunan kamp pengungsi yang sangat terorganisir. Apakah elit Turki menarik keuntungan dari peristiwa tersebut? Pasti, baik finansial dan dukungan politik internasional dalam banyak hal. Kamp pengungsi itu sendiri memang bagian dari strategi jangka panjang  sebagai “save heavens” terletak di kawasan utara Syria, yang dipersiapkan untuk sarana pendukung NATO dan Proxy Terorisnya ISIS-DAesh (globalresearch.ca). 

Saat ini, karena alasan-alasan tersebut di atas (1.2.3.4), ratusan ribu  pengungsi dilepas untuk memasuki kawasan Uni Eropa dalam waktu singkat. Mesin propaganda (Main Stream Media), bergerak cepat dengan headline-headline yang pada initinya meng “iblis” kan Bashar al Assad, bertema “Badai Pengungsi yang terjadi diakibatkan peperangan di Syria yang tidak berkesudahan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun